6. Yunani, Lombardia, Franka

Membawa Keteraturan dari Kekacauan

Dalam benak Anda, bayangkan tiga adegan. Yang pertama terjadi di Roma sekitar lima puluh tahun setelah kematian Gregorius. Bayangkan sendiri seorang paus, sakit parah. Dia berada di katedral St. Yohanes Lateran, di mana dia berlindung sebagai tempat kudus untuk menyelamatkan diri dari para agen kaisar. Para agen menista tempat kudus itu, menangkap paus, menanggalkan jubah kepausannya, dan menyelundupkannya ke kapal menuju Konstantinopel. Begitu sampai di Konstantinopel, paus Martin I (paus Martinus I), diadili atas tuduhan pengkhianatan yang dibuat-buat. Dia dinyatakan bersalah, diseret dengan rantai di jalan-jalan, dicambuk di depan umum, dan dijatuhi hukuman mati, yang diubah menjadi penjara seumur hidup. Paus meninggal enam bulan kemudian karena kedinginan, kelaparan, dan perlakuan kasar.

48. Ortodoksi Timur

Kelompok-kelompok Non-Katolik
  • Apa yang menyebabkan perpecahan antara Dunia Kristen Timur dan Barat?
  • Kapan perpecahan antara Timur dan Barat terjadi?
  • Mengapa gereja Ortodoks Timur terpecah menjadi banyak gereja yang berbeda?
  • Apakah perselisihan Filioque menjadi penyebab utama perpecahan?
  • Apa yang diyakini gereja-gereja Ortodoks tentang peran paus dalam Gereja?

47. Bidaah-bidaah Besar

Kelompok-kelompok Non-Katolik
  • Apa bidaah itu, dan bagaimana itu dibedakan dengan dosa-dosa lain terhadap iman?
  • Apa tiga syarat yang harus ada agar seseorang dianggap sesat?
  • Bidaah-bidaah apa yang menjangkiti orang Kristen mula-mula, dan apa yang diajarkan ajaran-ajaran sesat ini?
  • Mengapa Protestantisme dianggap sebuah bidaah?

ABAD V

sejarah Gereja

Sebagaimana di abad ke-4, di abad ke-5 juga muncul paham-paham sesat yang mengguncang Gereja yang bahkan sampai menimbulkan perpecahan atau skisma. Konsili lokal maupun eukumenis harus diadakan untuk mencegah berkembangnya paham-paham itu.

12. Kenalilah Bidat-bidatmu

ad fontes

Bab ini menyajikan deskripsi-deskripsi singkat tentang berbagai bidat dan perpecahan yang aktif selama periode Bapa Gereja.1

9. Kenali Bapa-bapamu

ad fontes

Seruan “Ad fontes!” (Lat. “[kembali] ke sumber!”) telah digunakan dalam berbagai konteks di zaman Renaisans, Reformasi, dan oleh tokoh-tokoh Katolik seperti Erasmus dari Rotterdam.

5. Tanah Suci Kedua

Dunia para Bapa

Di zaman para Bapa, komunitas Kristen begitu aktif di tempat yang sekarang disebut Turki sehingga kadang-kadang disebut “tanah suci kedua.”

6.5. Kasus Honorius

Kepausan

Hal itu menyisakan kita dengan Honorius, yang sejauh ini merupakan contoh favorit di antara para kritikus yang mengatakan beberapa paus jelas-jelas mengajarkan kesalahan dan bertentangan dengan apa yang katanya karisma infalibilitas mereka. Menurut apologis Protestan Todd Baker, “Paus Honorius (625-638 M) dikutuk setelah kematiannya sebagai bidat karena kepercayaan monoteletisnya (doktrin bahwa Kristus hanya memiliki satu kehendak) oleh Konsili Konstantinopel Ketiga yang diadakan pada tahun 680 M”.1 Untuk menentukan apakah tuduhan ini akurat, kita harus memeriksa dua aspek dari kasus Paus Honorius — tulisan-tulisannya yang diduga sesat dan kecaman yang dia terima di Konsili Konstantinopel Ketiga.

6.4. Dugaan Kasus-kasus “Kesalahan (Fallibility)” Kepausan

Kepausan

Orang-orang Protestan yang percaya bahwa beberapa paus sungguh mengajarkan kesalahan biasanya mengutip contoh Liberius (352-366), Zosimus (417-418), Vigilius (537-555), dan Honorius (625-638). Tetapi ketika kita memeriksa fakta-fakta yang berkaitan dengan masing-masing paus ini, kita melihat bahwa tidak satu pun dari mereka mengajarkan bidaah dengan cara yang mengikat seluruh Gereja (mereka tidak mempromulgasikan sebuah pernyataan ex cathedra).

4. Otoritas Tradisi Apostolik

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Dengan semua bukti yang telah kita lihat sampai saat ini menunjukkan keaslian Tradisi Katolik — dengan melihat betapa tak terbantahkannya tradisi itu dalam Gereja mula-mula — kita tidak perlu banyak bicara untuk penjelasan tentang apa yang dipikirkan Gereja perdana tentang otoritas Tradisi Suci. Beberapa contoh pernyataan patristik beikut ini, yang diambil dari tujuh abad pertama Kekristenan, sudah cukup untuk membuktikan bahwa orang Kristen paling awal memandang (regarded; memperhatikan, mengharagai, menghormati, memperhitungkan…red) Tradisi Suci sebagai sesuatu yang otoritatif dan perlu. Tradisi, bagi orang Kristen awal sebagaimana juga sekarang bagi orang Kristen zaman modern, adalah cara Gereja untuk memastikan bahwa ajarannya sesuai dengan apa yang diajarkan Kristus dan para Rasul. Inilah sebabnya, ketika bidah seperti Arianisme muncul, yang menyangkal Trinitas dan keilahian Kristus, Gereja pada abad ketiga dan keempat dapat secara memadai menyangkal (adequately refute; menyanggah, membuktikan bahwa [itu] salah…red) klaim kitab suci kaum Arian. Sama seperti Saksi Yehova atau Mormon di zaman modern ini, kaum Arian hanya bisa mengutip Kitab Suci (di luar konteks dan tentu saja dengan interpretasi yang salah). Mereka tidak dapat merujuk (atau naik banding) pada sebuah Tradisi yang tak terputus dari interpretasi otentik dari bagian-bagian Kitab Suci itu. Namun, Gereja Katolik dapat melakukannya. Dan dengan rujukannya kepada otoritas Tradisi Apostolik, sebagai pernyataan persetujuan yang diperlukan untuk Kitab Suci, Gereja mampu menghadapi dan mengalahkan tantangan doktrinal yang diajukan oleh bidat seperti Arianisme, Nestorianisme, Monofisit, dan kelompok-kelompok lainnya yang menyimpang secara teologis.