17. Alkitab adalah Buku Katolik

Setelah Perjanjian Baru

Banyak kelompok berusaha mengklaim Alkitab untuk diri mereka sendiri, tetapi seperti yang telah kita lihat, Alkitab adalah buku Katolik!

16. Bagaimana Kita Tahu Kitab-kitab yang Merupakan Kitab Suci?

Setelah Perjanjian Baru

Daftar isi dalam Alkitab tidak diilhami secara ilahi. Para penulis Perjanjian Baru tidak menulis daftar kitab suci dan menyerahkannya kepada kita. Jika mereka menulis daftar itu, maka itu akan menjadi kitab yang alkitabiah, dan tidak akan pernah ada pertanyaan tentang kanon.

Jadi bagaimana — dengan prinsip sola scriptura — seorang Protestan dapat menentukan apa yang termasuk dalam Alkitab?

15. Kanon Kitab Suci

Setelah Perjanjian Baru

Sola scriptura bukanlah satu-satunya posisi kontroversial Luther tentang Alkitab. Yang lain menyangkut buku-buku miliknya.

Di antara ajaran-ajaran Katolik yang ditentang Luther adalah gagasan tentang api penyucian. Meskipun hal ini dapat didukung baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, bagian yang sangat jelas ditemukan dalam 2 Makabe di mana Yudas Makabe dan orang-orangnya menemukan mayat sesama tentara Yahudi yang gugur dalam pertempuran. Mereka menemukan bahwa setiap yang gugur mengenakan jimat berhala dan menyimpulkan inilah mengapa mereka dibiarkan binasa. Namun, karena mereka juga mati berperang untuk Tuhan, mereka menyimpulkan bahwa dosa itu dapat ditebus.

14. Terjemahan-terjemahan Baru Katolik

Setelah Perjanjian Baru

Sayangnya, kaum anti-Katolik belakangan salah mengartikan sikap Gereja terhadap Alkitab edisi anti-Katolik seolah-olah Gereja memusuhi Alkitab itu sendiri.

Kadang-kadang, klaim luar biasa dibuat — dan bahkan sampai hari ini kadang-kadang masih dibuat — bahwa Gereja Katolik “membenci” Alkitab dan melakukan semua yang bisa dilakukan untuk menekannya dengan mempertahankannya dalam bahasa Latin dan melarang orang membacanya dalam bahasa mereka sendiri.

13. Terjemahan-terjemahan Baru Protestan

Setelah Perjanjian Baru

Jika setiap orang harus menentukan doktrin hanya dengan Kitab Suci saja, itu berarti dia tidak hanya membutuhkan sebuah salinan pribadi dari Alkitab, tetapi dia membutuhkannya dalam bahasa yang dapat dia baca. Maka, para Reformator mulai memproduksi terjemahan Alkitab dalam bahasa lokal, bahasa sehari-hari, atau yang disebut bahasa vulgar (umum, biasa, lazim).

12. Percetakan dan Reformasi Protestan

Setelah Perjanjian Baru

Setiap teknologi yang menimbulkan gangguan juga memiliki kualitas-kualitas yang baik, itulah sebabnya orang terburu-buru mengadopsinya. Tetapi seperti yang juga ditunjukkan oleh abad ke-20 kepada kita, teknologi baru juga memiliki kelemahan.

Ketika kegirangan atas buku-buku baru yang murah tumbuh, sebuah ide mulai berkembang yang tidak akan terpikirkan sebelum titik sejarah ini.

11. Alkitab di Era Percetakan

Setelah Perjanjian Baru

Dunia selamanya diubah oleh kerja keras penemu Katolik Johannes Gutenberg (ca. 1400–1468). Lahir di kota Mainz, Jerman, ia mengembangkan mesin cetak modern. Sebelumnya, pencetakan balok kayu dikenal di Eropa, tetapi lamban (clumsy; ceroboh, kaku) dan setiap balok kayu harus diukir dengan tangan.

9. Alkitab di Abad Pertengahan

Setelah Perjanjian Baru

Berkembangnya aktivitas intelektual Kristen ini berpusat pada Alkitab sebagai firman Allah yang diwahyukan. Pada titik ini, pembuat buku cukup terampil sehingga semua bukunya dapat dijilid dalam satu jilid, tetapi memproduksi Alkitab itu sulit.

8. Abad Pertengahan – Sebuah Zaman Pembelajaran

Setelah Perjanjian Baru

Terlepas dari reputasinya yang tidak semestinya diberikan sebagai “zaman kegelapan”, Abad Pertengahan adalah masa pembelajaran dan kesarjanaan yang luar biasa.1 Membentang dari sekitar tahun 500 hingga 1500 M, era tersebut menyaksikan karier banyak sekali sarjana yang masih terkenal hingga saat ini, termasuk: