Kesimpulan

100 Argumen Alkitabiah Melawan Sola Scriptura

Orang yang benar-benar mengikuti Kitab Suci ke mana pun arahnya, dan yang tidak terikat pada tradisi manusia yang diciptakan pada abad keenam belas, akan menyimpulkan bahwa sola scriptura tidak alkitabiah, tidak logis, dan tidak benar. Saya sampaikan bahwa hal tersebut di atas menunjukkan kebangkrutan alkitabiah dan intelektualnya dari banyak sudut.

XII. Kontra-Argumen Terhadap Dugaan Proofteks Sola Scriptura

100 Argumen Alkitabiah Melawan Sola Scriptura

Sebelum kita melanjutkan di bagian ini, yang membahas dugaan prooftexts1 yang paling umum dirujuk oleh kaum Protestan dalam dukungan mereka terhadap sola scriptura, kekurangan dari prooftexting seperti itu harus dijelaskan secara singkat. Ayat-ayat Alkitab yang hanya mengulangi trustworthiness (sifat dapat dipercaya) dan kebaikan Kitab Suci tidak cukup untuk membuktikan sola scriptura. Ayat-ayat itu selaras dengan pandangan sola scriptura, tetapi mereka tidak menegakkannya (establish; menentukan, menjadi dasar) atau memberikan bukti yang mendukungnya, karena mereka [justru] selaras dengan pandangan Katolik.

III. Melanjutkan Ketaatan Kristen pada Tradisi Yahudi (Farisi) dan Hukum Musa

100 Argumen Alkitabiah Melawan Sola Scriptura

Argumen analogis yang lebih luas dan agak penting yang diilustrasikan oleh semua sub-argumen atau potongan-potongan bukti berikut dalam bagian ini dengan kekuatan kumulatif adalah sebagai berikut: Dengan sepenuhnya menerima Hukum Yahudi dan berbagai tradisi Yahudi, Yesus dan para rasul menerima gagasan tentang, pertama, sebuah Tradisi yang mengikat dan diterima secara terus-menerus yang secara organik berkembang menjadi tradisi apostolik Kristen berikutnya dan, kedua, paradigma otoritas Yahudi, yang dengan sendirinya selalu menganut Tradisi lisan (oral) maupun tertulis.

II. Tradisi Lisan dan Deuterokanonika

100 Argumen Alkitabiah Melawan Sola Scriptura

13. Perjanjian Baru mengutip tradisi-tradisi yang tidak dijabarkan dalam Perjanjian Lama

Banyak orang Protestan hanya berasumsi tanpa argumen bahwa segala sesuatu yang berotoritas pasti ada di dalam Alkitab. Namun, dalam Perjanjian Baru kita membaca kutipan-kutipan otoritatif dari tradisi-tradisi tak tertulis.

4. Tradisi Dalam Gereja Mula-mula

Firman Tuhan Berinkarnasi

Pada awalnya, para rasul menjalankan misi pengajaran mereka dalam bentuk murni lisan (oral). Petrus berkhotbah tentang Pentakosta. Dia tidak mengeluarkan pamflet. Dengan mengajar secara lisan, para rasul mengikuti teladan Yesus, yang tidak menulis kitab, surat, atau risalah apa pun. Hanya sekali Injil menyebutkan Yesus menulis, dan itu dengan jari-Nya di tanah (Yoh 8:6, 8).

1. Firman Menjadi Manusia

Firman Tuhan Berinkarnasi

Fase selanjutnya dari rencana Allah dimulai dengan serangkaian wahyu pribadi.

Yang pertama terjadi ketika malaikat Gabriel menampakkan diri kepada imam tua Zakharia dan mengatakan kepadanya bahwa —meskipun usianya sudah lanjut dan istrinya mandul — mereka akan memiliki seorang putra yang akan memiliki pelayanan kenabian yang membuat banyak orang bertobat. Zakharia tidak mempercayai pesan itu dan menuntut bukti (“Bagaimana aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi?”). Gabriel menjawab bahwa Zakharia akan menjadi bisu sampai anak itu lahir, dan itulah yang terjadi (Luk 1:5–23).

11. Sumber-sumber Perjanjian Lama

Firman Tuhan Sebelum Alkitab

Tradisi adalah sarana penting untuk menyampaikan informasi, terutama dalam kitab-kitab seperti Kejadian, yang membahas periode sebelum Israel menjadi sebuah kerajaan.

5. TRADISI!

Firman Tuhan Sebelum Alkitab

Setiap kali informasi disampaikan dari satu orang ke orang lain, itu adalah contoh tradisi. Kata tradisi berasal dari akar bahasa Latin tradere, yang berarti “menyerahkan” (to hand over) atau (to pass on).

23. Tradisi Apostolik

Sumber Iman

Dalam bab 2, kita melihat peran Tradisi dalam iman Kristiani. Bertentangan dengan pandangan dalam komunitas Protestan, kita tidak dimaksudkan untuk melihat ke “Kitab Suci saja.” Sementara kita harus berhati-hati terhadap tradisi manusia belaka, Alkitab berisi banyak referensi tentang rasa hormat yang harus kita berikan kepada Tradisi apostolik.

2. Tentang Para Bapa

Pengantar

Tradisi!

Tradisi penting bagi setiap orang dan setiap kelompok orang. Itu adalah bagian dari identitas kita. Tradisi mewakili pendidikan kita, budaya kita, segala sesuatu yang telah diturunkan kepada kita oleh generasi sebelumnya. Tradisi adalah — secara harfiah — apa yang diwariskan (what is handed on). Istilah ini berasal dari kata Latin tradere, “mewariskan” (to hand on, meneruskan, menurunkan, mewasiatkan). Tidak semua tradisi itu penting. Beberapa bersifat sembrono (frivolous; remeh, dangkal, tidak penting, tidak keruan) atau bahkan berbahaya (lih. Mrk 7:8 dan Kol 2:8 tentang tradisi “manusia” belaka). Tetapi beberapa memang sangat penting.