56. Upah dan Jasa

Hal-hal Terakhir

St. Paulus memberi tahu kita bahwa Tuhan “akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, . . . tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. Sebab Allah tidak memandang bulu” (Rm 2:6-11; lihat juga Gal 6:6-10).

55. Keselamatan Di Luar Gereja

Hal-hal Terakhir

Katekismus Gereja Katolik menyebut Gereja Kristus sebagai “sakramen keselamatan universal” (KGK 774-776).[1] Dinyatakan: “Di dunia ini Gereja adalah Sakramen keselamatan, tanda dan sarana persekutuan dengan Allah dan di antara manusia.” (KGK 780).

Banyak yang salah memahami sifat ajaran ini. Di satu titik ekstrim, beberapa orang berpikir bahwa tidak ada bedanya gereja apa atau bahkan agama apa yang dianut seseorang, dan bahwa keselamatan dapat diperoleh secara setara melalui salah satu darinya. Pada ekstrem yang lain, beberapa mengklaim bahwa siapa pun yang bukan anggota penuh Gereja Katolik akan dikutuk.

31. Dosa Berat

moralitas

Katekismus Gereja Katolik menyatakan:

Dosa-dosa harus dinilai menurut beratnya. Pembedaan antara dosa berat dan dosa ringan yang sudah dapat ditemukan dalam Kitab Suci (bdk. 1 Yoh 6:16-17), diterima oleh tradisi Gereja. Pengalaman manusia menegaskannya.

Dosa berat merusakkan kasih di dalam hati manusia oleh satu pelanggaran berat melawan hukum Allah. Di dalamnya manusia memalingkan diri dari Allah, tujuan akhir dan kebahagiaannya dan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih rendah. Dosa ringan membiarkan kasih tetap ada, walaupun ia telah melanggarnya dan melukainya (KGK 1854–1855).

54. Wahyu Pribadi

Maria dan Para Kudus

Teologi Katolik umumnya membedakan antara apa yang dikenal sebagai wahyu umum dan wahyu pribadi. Wahyu umum—jenis wahyu yang kita temukan dalam Kitab Suci—bersifat mengikat semua orang Kristen di segala zaman. Sebaliknya, wahyu pribadi hanya mengikat mereka yang menerimanya.

53. Mukjizat yang Terus Berlangsung

Maria dan Para Kudus

Apakah Tuhan masih melakukan mukjizat? Hampir semua orang Kristen akan menjawab ya, benar. Kalau tidak, tidak ada gunanya berdoa kepada-Nya untuk meminta bantuan dalam hidup ini. Tetapi Tuhan dapat bekerja secara halus atau dramatis, dan ada perbedaan antara, misalnya, bagaimana Tuhan dapat membantu Anda menemukan pasangan dan terbelahnya Laut Merah. Salah satu jenis intervensi ilahi jelas tidak mengesampingkan cara kerja alam secara normal, [jenis intervensi yang lain, ya].

52. Perantaraan Para Kudus

Maria dan Para Kudus

Kaum fundamentalis terkadang menantang praktik Katolik yang meminta para santo-santa dan malaikat untuk berdoa bagi kita. Meskipun praktik ini tidak menonjol (prominent) dalam Kitab Suci, ada tempat-tempat di mana Alkitab mengarahkan kita untuk memohon (invoke) mereka yang ada di surga dan meminta mereka untuk berdoa bersama kita.

51. Maria, Tetap Perawan

Maria dan Para Kudus

Saat ini sebagian besar Protestan mengklaim bahwa Maria melahirkan anak-anak selain Yesus. Mereka menunjuk ke bagian Alkitab yang mengacu pada “saudara-saudara Tuhan”. Tetapi tidak satu pun dari ayat-ayat ini menyatakan bahwa mereka adalah anak-anak Maria.

50. Maria, Bunda Allah

Maria dan Para Kudus

Secara berkala dalam sejarah, penggambaran Maria sebagai Bunda Allah telah menjadi kontroversi, tetapi gelar itu cukup beralasan.

49. Maria, Penuh Rahmat

Maria dan Para Kudus

Para Bapa Gereja mengajarkan bahwa Maria menerima sejumlah berkat khusus untuk menjadikannya ibu yang lebih pantas bagi Kristus. Ini termasuk perannya sebagai Hawa Baru (sesuai dengan peran Kristus sebagai Adam Baru), Dikandung Tanpa Noda, keibuan rohaninya bagi semua orang Kristen, dan Diangkat ke surga. Karunia-karunia ini diberikan kepadanya oleh kasih rahmat Tuhan. Dia memang tidak mendapatkannya (earn), namun demikian dia memilikinya (possess).

48. Sabat atau Minggu?

Sakramen dan Peribadatan

Beberapa organisasi keagamaan (Advent Hari Ketujuh, Baptis Hari Ketujuh, dan beberapa lainnya) mengklaim bahwa orang Kristen tidak boleh beribadah pada hari Minggu tetapi pada hari Sabtu, Sabat Yahudi. Mereka menegaskan bahwa, pada suatu saat setelah Zaman Kerasulan, Gereja “mengubah” hari ibadat dari Sabtu menjadi Minggu.