7.7. Prinsip-prinsip Imamat

imamat

Dalam volume pertama Teologi Sistematika-nya, teolog Presbiterian abad kesembilan belas Charles Hodge menulis:

7.6. “Suami Dari Satu Istri”

imamat

Menurut Katekismus, selibat imamat adalah disiplin yang berlaku di Gereja Barat bagi mereka yang “dipanggil untuk menguduskan diri dengan hati yang tak terbagi kepada Tuhan dan ‘perkara Tuhan’ (1 Kor 7:32)” (KGK 1579). Gereja-gereja Katolik Timur mempertahankan tradisi yang mengizinkan para imam menikah, tetapi, seperti juga kebiasaan di Gereja Barat, mereka yang memegang jabatan uskup harus tidak menikah. Karena itu adalah disiplin yang diperkenalkan kemudian dalam sejarah Gereja oleh otoritas Gereja, kehadiran klerus yang menikah dalam Kitab Suci tidak menyangkalnya.

7.5. “Jangan Memanggil Seorang Pun Bapamu”

imamat

Beberapa Protestan mengutuk praktek memanggil imam “bapa” dengan mengutip perintah Yesus untuk “janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga” (Mat 23:9). Tentu saja, jika perintah ini dipahami secara harfiah, orang Kristen bahkan tidak dapat memanggil ayah biologis mereka sendiri sebagai “bapa”. Itulah sebabnya sebagian besar Protestan yang mengajukan keberatan ini mengatakan bahwa Yesus bermaksud agar kita tidak merujuk kepada siapa pun dengan gelar rohani “bapa”, tetapi interpretasi ini tidak dapat dipertahankan.

7.4. Suksesi dan Kepemimpinan Apostolik

imamat

Beberapa Protestan mengklaim bahwa “Gereja” hanyalah persatuan tak terlihat yang ada di antara semua orang Kristen yang dibaptis, dan tidak ada hierarki otoritatif yang terlihat. Di satu sisi, gereja yang tidak terlihat ini memang ada. Menurut Vatican’s Congregation for the Doctrine of the Faith (CDF), “Gereja Kristus hadir dan bekerja di gereja-gereja dan Komunitas gerejawi yang belum sepenuhnya bersatu dengan Gereja Katolik, karena unsur-unsur pengudusan dan kebenaran yang hadir di dalamnya”.1 Tetapi CDF juga menunjukkan bahwa

7.3. Pengakuan Dosa

imamat

Kritikus lain keberatan dengan sakramen pengakuan dosa dengan mengacu pada 1 Yoh 1:9: “Jika kita mengaku [Yunani, homologōmen; akar homologeō] dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni dosa-dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.1 Mereka mengatakan bahwa tidak disebutkan perlunya pengakuan di depan umum kepada seorang imam dan bahwa kita hanya perlu mengakui dosa-dosa kita secara langsung kepada Tuhan. Tetapi konteks perikop itu menyangkut apa yang kita katakan atau akui kepada orang lain daripada apa yang kita komunikasikan kepada Tuhan. Ayat sebelumnya, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada di dalam kita”,2 dan ayat berikutnya, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita”,3 menggambarkan orang-orang percaya yang berbicara satu sama lain. Faktanya, selain Ibr 13:15, homologeō tidak pernah digunakan untuk menggambarkan pengakuan apa pun kepada Tuhan, dan dalam tulisan-tulisan Yohanes itu selalu digunakan untuk menggambarkan pengakuan sebuah kepercayaan kepada orang-orang lain.4

7.2. Pengampunan Dosa

imamat

Salah satu contoh dari sebuah “karakteristik imam” yang ditemukan dalam imamat pelayanan Kristus adalah memberikan pengampunan dosa. Imam-imam pelayanan dari Perjanjian Lama bertanggung jawab untuk mempersembahkan kurban yang menebus dosa-dosa umat. Pengorbanan itu, bagaimanapun, tidak efektif dalam dirinya sendiri (Ibr 10:4), tetapi dengan munculnya pengorbanan Kristus yang definitif, pengampunan yang dipersembahkan melalui pelayan-Nya menjadi efektif. Pengampunan ini dialami melalui apa yang disebut sakramen tobat atau pengakuan dosa.

7.1. Imamat Pelayanan

imamat

Imamat Perjanjian Lama terwujud dalam tiga tingkatan: imamat universal atau “kerajaan imam” yang dimiliki oleh setiap anggota Perjanjian Lama (Kel 19:6), imamat pelayanan yang mempersembahkan kurban atas nama umat (Kel 28:1-2), dan seorang imam besar yang mempersembahkan kurban bagi semua umat Allah, termasuk sesama imamnya (Im 1). Masing-masing dari imamat ini telah digenapi dalam Perjanjian Baru, sebuah fakta yang disetujui oleh Protestan mengenai imamat universal (1 Pet 2:5) dan imamat besar agung yang dipegang Kristus selamanya (Ibr 4:14-16).