9. Umat Kristen awal percaya bahwa Yesus hanyalah seorang nabi, bukan Tuhan. Gereja Katolik pada Konsili Nicea tahun 325 mengubah keyakinan itu dengan menyatakan Yesus sebagai Tuhan

Gereja Mula-mula

Mungkin sulit untuk percaya, tetapi gempa bumi adalah salah satu alasan kita mengetahui tentang ajaran dan praktik Gereja mula-mula. Pada tahun 115 M., gempa bumi dahsyat mengguncang kota Antiokhia, tempat para pengikut Yesus pertama kali disebut Kristen. Kaisar Romawi Trajanus (memerintah 98–117) yang berkunjung ke kota, menderita luka-luka yang tidak mengancam nyawanya akibat gempa tersebut, namun menyebabkan kerusakan properti yang luas dan mengakibatkan banyak korban jiwa. Kota itu terus dilanda gempa susulan yang kuat dan mengguncang wilayah itu selama berhari-hari.

8. Kaisar Konstantinus menjadikan agama Kristen sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi, dengan demikan melembagakan penyimpangan Katolik dari iman alkitabiah yang benar

Gereja Mula-mula

Kaisar di Barat yang lama terbaring sekarat di Inggris. Keinginan terakhirnya adalah untuk melihat putra kesayangannya 1.600 mil jauhnya di Nikomedia dan di bawah pengawasan kaisar Timur, yang takut kalau pemuda itu suatu hari kelak akan menggesernya. Dalam sebuah kisah cerita yang layak menjadi blockbuster Hollywood, pemuda itu melarikan diri dari istana kekaisaran dan melakukan perjalanan dari Asia Kecil ke Inggris Romawi untuk melihat ayahnya tepat sebelum waktu dia meninggal.

7. Gereja Katolik melenyapkan buku-buku tertentu dalam Alkitab (misalnya, Injil gnostik) untuk mengontrol pesan Yesus

Gereja Mula-mula

Sesekali muncul berita-berita tentang penemuan sebuah “teks Kristen kuno” yang bukan merupakan bagian dari Kitab Suci yang konon diberantas oleh Gereja Katolik karena isinya bertentangan dengan ajaran Gereja yang ortodoks. Contoh terbaru adalah apa yang disebut Injil Istri Yesus yang “membuktikan” bahwa Yesus menikah. Awalnya diterima sebagai otentik, kemudian terbukti sebuah pemalsuan modern.[1] Tuduhan bahwa Gereja Katolik mengubah pesan Yesus bukanlah hal baru. Propagandis Romawi Porphyry (234–305) menyatakan bahwa meskipun Yesus mengajar para pengikut-Nya untuk menyembah satu Allah yang benar, setelah kematian-Nya para rasul mengajarkan bahwa Yesus-lah Tuhan itu sendiri. Sebuah kelompok bid’ah mula-mula yang dikenal sebagai Gnostik menghasilkan sejumlah besar literatur, yang kebanyakan fiksi, mengklaim memiliki pengetahuan rahasia tentang apa yang sebenarnya diajarkan Yesus, yang berbeda dengan apa yang diajarkan Gereja. Para kritikus modern Gereja memanfaatkan “Injil-injil gnostik” ini dalam upaya untuk mendiskreditkan ajaran-ajaran dan kedudukan Gereja di dunia.

6. Gereja Katolik penyebab jatuhnya Kekaisaran Romawi

Gereja Mula-mula

Ketika ayahnya, Jenderal Orestes, mengangkat kaisar Romulus yang berusia 16 tahun pada tahun 475 M, ia mengambil kendali atas Kekaisaran Romawi dengan sangat berbeda dari yang didirikan oleh Oktavianus (Augustus) pada 27 SM. Roma pada abad kelima adalah negara yang rentan terpecah belah oleh intrik politik dan dikendalikan oleh sebuah pasukan yang keanggotaan intinya terdiri dari para pejuang etnis Jerman. Para komandan prajurit Jerman ini menuntut peningkatan pengakuan dan otoritas dari pemerintah Romawi atas jasa-jasa mereka. Pada tahun 476, Odoacer, seorang komandan pembantu Romawi, menuntut kekuasaan sebagian besar Italia namun ditolak oleh Jenderal Orestes.

5. Tak lama setelah Kristus mendirikan Gereja, Gereja mengalami kemurtadan, menjadi Gereja Katolik yang korup. Iman Kristen yang benar bergerak di bawah tanah sampai Reformasi Protestan

Gereja Mula-mula

Kematian kaisar Romawi Konstantinus pada tahun 337 membawa kekacauan di istana kekaisaran. Setelah kematian seorang kaisar, anggota keluarga besarnya biasanya dibunuh untuk mencegah penuntut takhta saingannya. Julius Constantius, saudara tiri mendiang kaisar, dipandang sebagai ancaman; jadi para tentara Romawi membunuhnya dan salah satu putranya. Dua putranya yang lain dibiarkan hidup dan dikirim ke pengasingan; namun hampir dua puluh tahun kemudian salah satu dari mereka dieksekusi. Putra Julius Constantius yang masih hidup menjadi yang pertama dan satu-satunya kaisar Romawi Kristen yang menyangkal imannya, dan sejak itu dikenal sebagai Julius si Murtad.

4. Keyakinan Katolik tentang Perawan Maria yang Terberkati berasal dari sumber-sumber pagan

Gereja Mula-mula

Batu lain yang dilemparkan oleh kerumunan [penganut…red] “Orang Kristen mencuri ajaran-ajaran mereka dari paganisme” adalah tentang Perawan Maria yang Terberkati. Mereka mengklaim bahwa kepercayaan Katolik tentang Maria didasarkan pada mitos-mitos pagan kuno. Serangan-serangan ini biasanya berpusat pada keperawanannya, dikanduung dan dilahirkannya Yesus, dan soal gelar “Bunda Allah” dan “Ratu Surga” berasal dari duni kafir. Bahkan ada klaim aneh oleh ahli mitos D.M. Murdock bahwa “Perawan Maria adalah, seperti Yesus Kristus, sebuah karakter mitos, yang didasarkan atas dewi-dewi yang lebih tua” [dengan penekanan]. [1]

3. Orang Kristen Meminjam Natal dan Paskah dari Budaya Kafir

Gereja Mula-mula

Setiap musim semi tepat sebelum Paskah, organisasi-organisasi warta berita yang besar menerbitkan wacana-wacana yang “menyanggah” salah satu prinsip utama iman Kristen — kebangkitan Yesus. Ada yang melakukan wawancara dengan seseorang yang dianggap ahli alkitab yang mengemukakan alasan-alasan untuk meragukan kebenaran Injil tentang kebangkitan; yang lain dengan begitu bersemangat melaporkan beberapa “penemuan” arkeologi yang diduga menyangkal kebangkitan, seperti osuarium yang berisi tulang-tulang Yesus. Apa pun bentuk serangan-serangan ini, tujuan mereka selalu sama: untuk menabur keraguan dalam pikiran orang-orang percaya, dan meneguhkan pikiran orang-orang yang tidak percaya.

2. Iman Kristen hanyalah mitos pagan yang dikemas ulang

Gereja Mula-mula

Joseph Campbell (1904–1987) adalah seorang penulis dan ahli dalam hal mitologi. Ketertarikannya pada mitos dimulai ketika, masih kanak-kanak, dia pertama kali melihat tiang totem masyarakat Pribumi Amerika. Sebagai seorang Katolik yang taat sampai usia tiga puluhan, Campbell terpesona oleh kemiripan yang tampak di antara mitos-mitos budaya yang berbeda. Dalam buku-buku terlaris seperti buku abadi The Hero with a Thousand Faces, Campbell berpendapat bahwa kesamaan ini adalah penjelasan terbaik dari proyeksi-proyeksi “alam bawah sadar kolektif” dari manusia secara universal (dia sangat dipengaruhi oleh Carl Jung).