Mahkota Kemuliaan yang Tidak Dapat Pudar

Klemens dari Roma

Apakah surat Klemens memulihkan ketertiban di Korintus? Dia sendiri mungkin tidak pernah tahu pasti. Eusebius memberi tahu kita bahwa “Pada tahun ketiga pemerintahan Trajanus [101 M], Klemens meninggalkan hidup ini, menyerahkan jabatannya kepada Evarestus”.[1] Uskup kita yang mulia ini, kemudian memiliki waktu kurang dari enam tahun untuk hidup ketika dia menulis ke jemaat Korintus, dan situasi di sana mungkin tidak punya waktu untuk dipulihkan sepenuhnya sebelum kematiannya. Fakta-fakta tentang tempat dan cara kematiannya tidak ada.

Sebuah Surat yang Sangat Kuat

Klemens dari Roma

“Setelah kemartiran Paulus dan Petrus”, catat Eusebius, “orang pertama yang ditunjuk sebagai Uskup Roma adalah Linus. Ia disebut oleh Paulus ketika menulis kepada Timotius dari Roma, dalam salam di akhir surat” [2 Tim 4:21].[1] Kemudian, “pada tahun kedua kepemipinan Titus Linus, Uskup Roma, setelah memegang jabatan selama dua belas tahun menyerahkannya kepada Anencletus”.[2] Secara praktis tidak ada yang diketahui tentang salah satu dari kedua orang ini; mungkin mereka ditahbiskan lebih awal oleh para Rasul, mungkin sebagai diaken, dan setelah matang melalui penganiayaan dan pelayanan yang setia menjadi pemimpin yang kuat dan teguh. Akhirnya, “pada tahun kedua belas dari kepemimpinan Anencletus, setelah dua belas tahun sebagai Uskup Roma, digantikan oleh Klemens”.[3]

Mendapat bagian dalam kemuliaan

Klemens dari Roma

Bahkan, sebagai seorang peziarah, Klemens menemukan kehidupan baru dan kewarasan beriman di antara orang-orang Kristen, Romawi yang pernah menjadi bangsa yang begitu penting namun kini tergelincir semakin jauh ke lereng kegilaan. Kemakmuran materi dan kedamaian lahiriah tidaklah cukup; kemudian, seperti sekarang, mereka membuat pengganti-pengganti yang buruk dari harapan dan idealisme. Semakin tercerai berai, setiap hari lebih ketakutan, marah tanpa daya dan muncul penyakit skeptis — orang Romawi segera mulai mundur ke dalam individualisme yang tidak wajar /tidak sehat. Setiap orang melakukan apa yang benar di matanya sendiri. Pemerintah -dihadapkan dengan populasi yang meledak dari orang-orang Libertini yang tidak dapat diatur, dan putus asa dilumpuhkan oleh politik yang mandek- melakukan apa yang selalu dilakukan para pemerintah dalam keadaan seperti itu: tidak mampu lagi percaya pada seorang Gembala, mereka mulai mencari Orang Kuat.

Seorang Guru bagi Bangsa Bukan Yahudi (Gentiles)

Klemens dari Roma

Setelah menjadi murid para Rasul, saya sekarang menjadi guru bagi orang bukan Yahudi. Apa yang telah diwariskan saya sampaikan persis seperti bagaimana layaknya murid-murid Kebenaran. Sesungguhnya, dapatkah seseorang yang telah diajar dengan benar dan telah jatuh cinta dengan Sang Logos, gagal untuk berusaha mempelajari dengan tepat apa yang telah ditunjukkan dengan jelas oleh Sang Logos kepada murid-murid yang kepadanya Logos menampakkan diri secara langsung dan memberikan pewahyuan dalam bahasa yang sederhana? Dia tidak dipahami oleh orang-orang yang tidak percaya, tetapi memberikan penjelasan rinci kepada para murid, dan mereka ini yang diperhitungkan oleh-Nya sebagai dapat dipercaya, mengetahui misteri-misteri Bapa.[1]

Rumah Tangga Allah

Klemens dari Roma

Solusi untuk teka-teki yang tampaknya tak terpecahkan ini ternyata sederhana saja — memang, bagi generasi Klemens, fakta yang paling gamblang sejujurnya adalah: “Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu” (Mat 26:71b).

Seekor Serigala dalam Jemaat

Klemens dari Roma

Di tempat lain di Roma, seorang gembala lain juga telah bekerja dengan giat di antara domba-domba yang hilang. Seperti Petrus, nama aslinya juga adalah Simon. Bahkan, bagi kebanyakan pikiran orang Roma, dia tampak persis sama, tak ada bedanya dengan sang Nelayan Besar kita. Toh kedua pria itu menyebut diri mereka “rasul”. Keduanya dihubung-hubungkan dengan laporan-laporan mukjizat dan kejadian-kejadian lain yang sulit dijelaskan.

Menetap di Babilon

Klemens dari Roma

Beberapa dari kita mungkin sedikit terkejut mengetahui kalau Petrus menggembalakan Gereja Roma. Alkitab tidak banyak bicara -jika ada tentang keadaan seperti itu, dan topik ini telah menjadi pusat dari banyak kontroversi. Jelas, Protestan saat ini masih memiliki masalah besar dengan kepercayaan Katolik bahwa Petrus adalah paus pertama. Namun, dalam semangat mereka, banyak pengkhotbah telah terlalu jauh dengan menyangkal bahwa Petrus sama sekali pernah berada di Roma. Ini sangat disayangkan bahwa para cendekiawan yang serius — baik Katolik, Protestan, pun yang sekuler — telah lama setuju bahwa bukti sejarah untuk pelayanan Petrus di Roma tidak dapat disangkal.[1]

Kerajaan Surga Sudah Dekat

Klemens dari Roma

Tibalah Para Rasul. Suatu waktu antara tahun 50 dan 60 M, Klemens mendengar desas-desus menyebar di antara para filsuf sudut jalan kota bahwa di Yudea sana telah muncul sekelompok orang bijak Yahudi yang berkhotbah atas nama dewa misterius baru bernama Kristus. Nyatanya, para rasul ini dan para pengikut mereka dikatakan begitu antusias memasukkan iman baru ini di Roma. Dan meskipun Klemens tidak diragukan lagi telah mendengar banyak pengkhotbah pada saat ini (mewakili setiap “agama misteri” yang eksotis pada masa itu, dari Zoroastrianisme hingga kultus Mithras), para bijak baru dari Timur ini dilaporkan datang untuk meneguhkan ajaran mereka dengan tanda-tanda ajaib. Bagi seseorang yang sedang bergumul seperti halnya Klemens, di tengah lautan kata-kata kosong, rumor tentang pengajaran yang dikhotbahkan dengan otoritas surgawi saja pasti sudah cukup untuk mengirim seseorang dalam misi dari Tuhan.

Domba Kecil yang Tersesat

Klemens dari Roma

Klemens dari Roma, kemungkinan besar lahir dan dibesarkan sebagai seorang kafir penyembah berhala — lahir, menurut perkiraan terbaik, sekitar 30 M; mungkin tahun itu juga ketika Tuhan yang telah bangkit memberikan tanggung jawab-Nya yang resmi kepada Petrus. Dan meskipun (seperti yang kami sebutkan sebelumnya) detail yang dapat dipercaya tentang kehidupan awalnya sulit didapat, tampaknya ada setidaknya beberapa tradisi otentik yang dilestarikan dalam sebuah buku kuno berjudul The Itinerarium of St. Clement.[1]

Gembalakanlah Domba-Domba-Ku

Klemens dari Roma

Untuk memahami peran Klemens dalam rencana Tuhan bagi Gereja mula-mula, kita benar-benar perlu memulainya lebih jauh lagi — dengan menghidupkan kembali beberapa “masa kanak-kanak” dari jemaat yang akhirnya dia gembalakan. Sayangnya, detail aktual dari hidup subjek kita telah hilang dari sejarah; yang bertahan dengan pasti hanyalah Surat itu sendiri. Namun jika kita melihat dengan teliti pada halaman-halaman Kitab Suci dan pada sejarah dari saat-saat yang menakjubkan itu, kita mulai melihat sebuah garis besar — kehidupan dan masa-masa, mungkin bukan Klemens, tetapi keluarganya di dalam Kristus. Memang benar bahwa tanpa biografi Klemens yang sebenarnya, banyak latar belakang suratnya yang tak ternilai itu akhirnya menjadi samar dengan hipotesis dan spekulasi. Namun, kisah tentang gereja Rumah (home church) Klemens diketahui dengan cukup akurat, dan dengan cerita ini memandu cara kita agar setidaknya dapat mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang nantinya membentuk perjalanan petualangan Kristennya di bumi ini.