6. Kesimpulan

Ecclesial Deism

Ketika saya mulai menyadari ecclesial deism saya, saya mendapati diri saya menaruh minat yang jauh lebih besar pada para Bapa Gereja awal. Jika mereka tidak merusak iman, melainkan dibimbing oleh Roh Kudus untuk melestarikan dan menguraikannya, maka saya ingin tau baik apa yang mereka katakan dan juga memahami Kitab Suci melalui mata mereka. Keyakinan dan praktik Gereja mula-mula yang bagi saya tampak sebagai tambahan atau korupsi kini saya lihat dengan cara yang berbeda, sebagai mekarnya perbendaharaan iman yang dibimbing oleh Roh Kudus yang maha kuasa yang adalah Jiwa dari Tubuh Mistik.1 Ketika saya mempelajari para Bapa Gereja, saya tidak menemukan bukti kemurtadan; Saya menemukan bukti iman dan pengabdian yang dijalankan untuk memelihara iman yang sekali untuk selamanya diserahkan kepada orang-orang kudus.2 Seiring waktu, dengan proses menelusuri Tubuh yang kelihatan itu melalui sejarah hingga saat ini, saya sampai pada kesimpulan bahwa Gereja Katolik saat ini adalah Tubuh yang sama dengan Gereja Katolik pada lima abad pertama. Sebagai hasilnya, saya diterima dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik pada tahun 2006.

5. Sebuah Bantahan

Ecclesial Deism

Satu keberatan yang mungkin terhadap argumen saya melawan ecclesial deism adalah bahwa Allah dalam pemeliharaan-Nya memungkinkan Gereja untuk jatuh ke dalam bidat atau kemurtadan untuk menghasilkan kebaikan yang lebih besar. Menurut keberatan ini, dengan membiarkan Gereja jatuh ke dalam ajaran sesat atau kemurtadan, Allah dapat memberi pelajaran kepada Gereja. Ini adalah bantahan yang baik, tetapi itu tidak merusak alasan mendasar mengapa ecclesial deism pasti salah. Ini mengandaikan beberapa bentuk ecclesial Docetism, seolah-olah Gereja hanyalah institusi manusia yang berhubungan dengan Kristus secara ekstrinsik. Gereja bukan sekadar institusi manusia belaka; Gereja adalah Tubuh Kristus, yang adalah ilahi. Dia adalah kebaikan terbesar, kebaikan yang tidak ada yang lebih besar lagi. Jadi Tuhan tidak pernah dapat memisahkan Kristus dari Gereja untuk memimpin Gereja ke sesuatu yang lebih besar dari Kristus. Janji-janji Kristus kepada Gereja tidak secara tidak sengaja melekat pada Gereja; mereka mengalir dari identitas Gereja sebagai Tubuh Kristus. Gereja tidak dapat jatuh ke dalam bidat karena dia adalah Tubuh Kristus, dan Kristus tidak dapat jatuh ke dalam bidat atau kemurtadan. Roh Kudus, yang merupakan Jiwa Gereja, tidak dapat dituntun ke dalam bidat atau kemurtadan. Kekudusan yang hakiki (yaitu kemurnian doktrin) dan kesatuan hierarki Gereja1 yang tampak berarti bahwa Allah tidak akan pernah membiarkan Gereja jatuh ke dalam bidat atau kemurtadan. Keempat tanda Gereja bukanlah aksiden-aksiden yang dapat diperoleh atau hilang dengan berbagai cara; mereka intrinsik dengan sifat dasar Gereja.

4. Ketidakcacatan Tubuh Mistik (Gereja)

Ecclesial Deism

Apa alternatif untuk ecclesial deism? Bagaimana integritas Injil dipertahankan sementara itu dibawa ke seluruh dunia selama ratusan dan sekarang ribuan tahun? Tuhan mengatur dengan penuh rahmat bahwa hal-hal yang pernah Dia ungkapkan demi keselamatan semua orang harus tetap utuh, sepanjang zaman, dan disebarkan ke semua generasi.1 Dia melakukan ini dengan mempercayakannya kepada Gereja, dan dengan mengaugerahkan Gereja karunia atau karisma yang dengannya Gereja akan dilindungi dari kehilangan atau kerusakan bagian apa pun dari perbendaharaan iman. St Irenaeus berbicara tentang karisma ini ketika ia menulis:

3. Ecclesial Faith

Ecclesial Deism

Bagaimana saya mulai menyadari ecclesial deism saya sebagaimana adanya? Saya mulai melihatnya ketika mengambil seminar pascasarjana tentang St. Thomas Aquinas. Aquinas terus-menerus merujuk pada tradisi Gereja, dan kepada para Bapa Gereja. Saya merasa frustrasi dengan metode teologisnya. Saya ingin dia melakukan eksegese dari Alkitab ketika membuat argumen-argumen teologis, tidak merujuk pada Bapa Gereja. Profesor yang mengajar dalam seminar itu menanggapi keberatan saya dengan menjelaskan bahwa Aquinas percaya bahwa pemeliharaan ilahi (divine providence) membimbing para Bapa Gereja dan perkembangan Gereja. Profesor ini menunjukkan bahwa Aquinas bukan penganut ecclesial deism. Jawaban singkat itu memicu saya untuk melakukan banyak refleksi, karena saya menyadari pada saat itu bahwa saya tidak menganut cara Aquinas yang non-deistik untuk memahami perkembangan Gereja.

2. Ecclesial Deism

Ecclesial Deism

Maksud saya dalam mempertimbangkan contoh Mohler adalah untuk tidak memilih Mohler atau kaum Baptis. Dilema khusus ini tidak unik bagi orang Baptis; ini datang dari sifat asali Protestan, karena Protestantisme, seperti Mormonisme, mengandaikan apa yang saya anggap sebagai ecclesial deisme. Deisme mengacu pada kepercayaan bahwa Tuhan menciptakan dunia, dan kemudian membiarkannya berjalan sendiri. Kadang-kadang dibandingkan seperti “pembuat jam” yang memutar jam dan kemudian “membiarkannya berjalan.” Deisme berbeda dari teisme di mana teisme menegaskan tidak hanya bahwa Allah menciptakan dunia, tetapi juga bahwa Allah terus menopang dan mengatur semua ciptaan. Ecclesial deisme adalah gagasan bahwa Kristus mendirikan Gereja-Nya, tetapi kemudian mengundurkan diri, tidak lagi melindungi Magisterium Gereja-Nya (yakni, Para Rasul dan / atau penerus mereka dalam tugas pengajaran Gereja) agar tidak jatuh ke dalam bidat atau kemurtadan. Ecclesial deisme bukanlah suatu kepercayaan bahwa anggota individu Magisterium dapat jatuh ke dalam bidat atau kemurtadan. [Tapi bahkan] Suatu kepercayaan bahwa Magisterium itu sendiri dapat kehilangan atau merusak beberapa hal penting dari perbendaharaan iman, atau menambahkan sesuatu pada perbendaharaan iman, sebagaimana menurut Protestan, diduga terjadi pada konsili ekumenis kelima, keenam, dan ketujuh.

1. Sebuah Dilema

Ecclesial Deism

Beberapa minggu setelah saya lulus dari seminari, beberapa misionaris Mormon datang ke rumah kami. Istri saya mengundang mereka masuk, dan kami mulai bercakap-cakap. Tapi baru saja kita mulai masuk ke pertanyaan-pertanyaan penting, waktu sudah habis. Jadi, kita sepakat untuk bertemu kembali minggu depan. Akhirnya mereka datang tiap minggu sepanjang musim panas. Karena saya baru saja menyelesaikan 4 tahun pelatihan teologi Kitab Suci, Bahasa Yunani dan Ibrani, saya merasa sangat percaya diri kalau saya dapat membujuk para remaja misionaris ini dengan argumen-argumen eksegese dari Kitab Suci yang menunjukkan kalau Mormonisme itu adalah salah dan Kitab Suci, seperti yang kami mengerti, adalah benar.