1. Petrus: Uskup Roma?

Dari Pinggiran ke Pusat Dunia Romawi

Sekitar satu mil di luar tembok kuno kota Roma terdapat sebuah kapel kecil di Via Appia (Appian Way), jalan Romawi kuno. Nama kapelnya adalah Quo Vadis, ungkapan Latin yang berarti Kemana engkau pergi? Legenda yang tercantum pada kapel pertama kali dicatat dalam apokrif Kisah Petrus (Acts of Peter) pada akhir abad kedua. Menurut legenda, Petrus, karena takut akan nyawanya di tahun 64 selama penganiayaan Nero, melarikan diri dari Roma. Saat dia berlari di Via Appia (Jalan Appian) dia bertemu dengan seorang pria yang sedang berjalan menuju kota yang dia kenali sebagai Tuhan. “Mau kemana?” tanya Petrus. “Ke Roma, untuk disalibkan lagi.” Dengan itu Petrus menyadari bahwa tugasnya adalah kembali ke Roma dan tinggal bersama kawanannya selama masa sulit ini, yang mungkin berarti mati sebagai konsekuensinya. Legenda itu sebenarnya tidak memiliki dasar, tetapi menimbulkan pertanyaan penting: apakah Petrus benar-benar datang ke Roma dan mati syahid di sana? Saya ulangi: seluruh sejarah kepausan selanjutnya bergantung pada jawaban afirmatif atas pertanyaan tersebut (lihat gbr. 1.1).

2. Paulus tentang Gereja Katolik

Perspektif Katolik Tentang Paulus

…jemaat dari Allah yang hidup,
tiang penopang dan dasar kebenaran…
1 Tim 3:15

Di bawah St. Paulus, kita harus segera beralih ke doktrinnya tentang Gereja. Dalam perjalanan ke Damaskus, ketika St. Paulus menyadari bahwa dia telah menganiaya Kristus dengan menganiaya Gereja Kristus, dia memahami bahwa Gereja adalah “Tubuh Kristus” (1 Kor 12:27). Sebagai orang Kristen, kita sudah biasa menyebut Gereja sebagai Tubuh Kristus, tetapi pertimbangkan sejenak betapa anehnya menyebut sekelompok orang sebagai “tubuh” dari seorang tokoh sejarah tertentu. Kita kadang-kadang berbicara tentang tubuh politik (body politic), tetapi kita tidak sering menganggap masyarakat sebagai tubuh yang dimiliki oleh seorang tokoh sejarah. Amerika adalah kumpulan manusia, tetapi bukan tubuh George Washington. Namun, St. Paulus menemukan bahwa Gereja adalah tubuh Yesus historis dari Nazaret. Kristus secara mistik memasukkan ke dalam tubuh-Nya sendiri semua yang menjadi milik-Nya. Akibatnya, Gereja menyandang atribut Kristus.1

VII. Bukti Perjanjian Baru untuk sebuah Gereja yang Hirarkis dan Terlihat dengan Otoritas yang Kuat

100 Argumen Alkitabiah Melawan Sola Scriptura

61. Gereja dapat “mengikat dan melepaskan”

Dalam Kitab Suci, Gereja menerima dari Kristus sebuah otoritas yang khusus: kuasa untuk mengikat dan melepaskan.

I. Tradisi Alkitabiah dan Apostolik Dikontraskan dengan Tradisi Manusia yang Palsu dan Korup

100 Argumen Alkitabiah Melawan Sola Scriptura

1. Alkitab berisi banyak informasi tentang Tradisi Suci

Kitab Suci itu unik, tetapi mengacu pada tradisi apostolik yang berotoritas di luar dirinya sendiri:

23. Penutupan Era Apostolik

Penulisan Perjanjian Baru

Rasul pertama yang meninggal adalah St. Yakobus, putra Zebedeus, yang dibunuh oleh Raja Herodes Agripa I sekitar tahun 43 M (Kis 12:1). Kemudian Yakobus yang Adil (James the Just) menjadi martir pada tahun 62, Petrus sekitar 65 atau 66, dan Paulus sekitar 67.

3. Yesus Mendirikan Gereja-Nya

Firman Tuhan Berinkarnasi

Saat Dia mengkhotbahkan firman Allah, Yesus juga mendirikan Gereja-Nya. Istilah Yunani untuk gereja, ekklesia, berarti “jemaat” (assembly), dan Yesus mulai mengumpulkan pengikut di sekeliling-Nya. Salah satu cara Dia melakukannya adalah dengan melakukan mukjizat — tanda-tanda dari Allah yang memvalidasi pesan-Nya.

4. Ketidakcacatan Tubuh Mistik (Gereja)

Ecclesial Deism

Apa alternatif untuk ecclesial deism? Bagaimana integritas Injil dipertahankan sementara itu dibawa ke seluruh dunia selama ratusan dan sekarang ribuan tahun? Tuhan mengatur dengan penuh rahmat bahwa hal-hal yang pernah Dia ungkapkan demi keselamatan semua orang harus tetap utuh, sepanjang zaman, dan disebarkan ke semua generasi.1 Dia melakukan ini dengan mempercayakannya kepada Gereja, dan dengan mengaugerahkan Gereja karunia atau karisma yang dengannya Gereja akan dilindungi dari kehilangan atau kerusakan bagian apa pun dari perbendaharaan iman. St Irenaeus berbicara tentang karisma ini ketika ia menulis:

40. Baptisan Bayi

Sakramen dan Peribadatan

Sebagian besar orang Kristen mengakui praktik baptisan bayi, meskipun beberapa kelompok tidak. Kelompok-kelompok ini berpendapat bahwa baptisan hanya boleh diberikan kepada orang-orang yang telah mencapai usia tertentu dan mampu memintanya. Tidak ada di mana pun dalam Perjanjian Baru kita membaca tentang bayi yang dibaptis, kata mereka.

30. Otoritas Paus

Gereja dan Paus

Para Bapa Gereja mengakui bahwa para penerus Petrus berbagi otoritas atau keunggulannya yang istimewa. Dalam berbagai cara, para Bapa membuktikan fakta bahwa gereja Roma adalah pusat, gereja yang otoritatif. Mereka mengandalkan Roma dalam meminta nasihat, untuk mediasi dalam perselisihan, dan untuk bimbingan sehubungan dengan masalah-masalah doktrinal. Mereka mencatat, seperti yang dilakukan St. Ignatius dari Antiokhia, bahwa Roma memegang “kepemimpinan” (presidency) di antara gereja-gereja lain, dan bahwa, seperti yang dijelaskan St. Irenaeus dari Lyons, “karena asalnya yang unggul, semua gereja harus setuju” dengan Roma. Para bapa Gereja juga dengan gamblang pada fakta bahwa persekutuan dengan Roma dan uskup Romalah yang menyebabkan seseorang berada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik. Ini menunjukkan pengakuan bahwa, seperti yang dikatakan St. Siprianus dari Kartago, Roma adalah “gereja utama, di mana kesatuan keimamatan memiliki sumbernya.”

29. Para Penerus Petrus

Gereja dan Paus

Para Bapa Gereja mengakui Petrus sebagai batu karang yang di atasnya Yesus menyatakan bahwa Dia akan mendirikan Gereja-Nya; ini memberinya keunggulan khusus; dan dia pergi ke Roma, di mana dia menjadi martir. Dalam bab ini kita melihat bahwa para Bapa juga mengakui bahwa Petrus meninggalkan seorang penerus di Roma. Dengan demikian uskup Roma — paus — terus memenuhi peran Petrus dalam generasi Gereja berikutnya.