21. Inkuisisi memulai perburuan-perburuan penyihir yang terkenal di Eropa dan Dunia Baru, yang menyebabkan jutaan wanita tak berdosa dibakar di tiang pancang

inkuisisi

Pada Halloween 1999, koalisi lebih dari 1.600 penyembah berhala yang disebut Pagans in Action Council of Truth menyampaikan surat terbuka kepada Paus Yohanes Paulus II (memimpin Gereja tahun 1978–2005) yang meminta “atas nama leluhur spiritual kami yang menderita penganiayaan selama Inkuisisi” agar dia memasukkannya dalam permintaan maaf atas kesalahan masa lalu Gereja yang akan diberikan selama Yubileum Agung tahun 2000.[1] Orang-orang pagan mempunyai pemikiran mitos sejarah bahwa Gereja memburu pria dan wanita tak berdosa yang dituduh mempraktekkan guna-guna dan sihir dan membakarnya pada pasak, mengakibatkan sembilan juta kematian yang dikenal sebagai “pagan Holocaust”.[2] Rupanya, penulis surat itu tidak menyadari bahwa angka sembilan juta itu tidak memiliki dasar sejarah, dan dibuat oleh feminis Amerika Matilda Joslyn Gage pada tahun 1893.[3] Ketika Hari Pengampunan (Day of Pardon ) diadakan di Roma pada 12 Maret 2000, paus tidak menyebutkan tentang penyihir dan penyembah berhala ketika meminta pengampunan Tuhan atas pelanggaran masa lalu dari para anggota Gereja.

20. Inkuisisi mengendalikan pikiran umat Katolik dengan membuat Indeks Buku-buku Terlarang

inkuisisi

Kisah Para Rasul mencatat kejadian aneh dalam perjalanan misionaris St. Paulus. Saat berada di Efesus, Paulus menyaksikan sekelompok orang percaya mengakui praktik “ilmu sihir” jahat dan kafir mereka sebelumnya dan kemudian membakar buku-buku berharga mereka di hadapannya (Kis 19:18-19). Pembakaran buku, tidak seperti yang dipercaya, tidak hanya dilakukan oleh Gereja Katolik atau Nazi Jerman. Memang itu pernah dipraktikkan di dunia pagan kuno dan di antara orang-orang Yahudi. Kadang-kadang dipicu oleh massa, dan di lain kesempatan diperintahkan oleh negara. Pada abad keempat, Konstantinus memerintahkan agar karya Porphyry, seorang pagan pengkritik Iman abad ketiga, dibakar.[1]

19. Inkuisisi sering menggunakan metode-metode penyiksaan yang sadis, dan membunuh jutaan orang

inkuisisi

Film komedi Mel Brooks tahun 1981, History of the World: Part 1 berisi urutan satire tentang Inkuisisi Spanyol yang menampilkan Brooks sendiri sebagai “Torquemada”.[1] Penyiksaan yang melatarbelakangi sebuah musik dengan para inkuisitor menari tap-dancing dan para suster berenang-sinkronisasi, di mana si Torquemada menyerang orang-orang Yahudi, bertanya kepada para inkuisitornya apakah ada “petobat” hari ini, dan mengeluh bahwa “kami telah meratakan jari mereka, kami menandai roti [atau sanggul?] mereka, [tetapi] tidak ada yang berhasil!”. Meskipun sama sekali tidak memiliki dasar sejarah, lelucon Brooks benar-benar (kocak dan cerdik) mencerminkan mitos modern Inkuisisi sebagai sebuah sarana pengontrol-pikiran yang sadis dari Gereja Katolik yang bersikeras memaksa para bidat untuk mengaku dan agar orang Yahudi menjadi Katolik atau menderita siksaan yang tak terbayangkan dan mengerikan di sini-dan-sekarang dan berakhir membara di neraka. Untungnya, Inkuisisi versi Hollywood bukanlah kisah nyata.

18. Gereja menciptakan Inkuisisi untuk memaksakan kepatuhan mutlak dalam keyakinan beragama di seluruh Eropa

inkuisisi

Lothar dari Segni berasal dari keluarga bangsawan Romawi dan merupakan siswa brilian yang dididik di universitas Paris dan Bologna pada abad kedua belas. Pada tahun 1198 ia terpilih sebagai penerus St. Petrus pada usia tiga puluh tujuh tahun, dan menjadi paus pertama dengan pendidikan universitas. Dia adalah paus ketiga yang menggunakan nama Innosensius dan mulai memastikan supremasi kepausan dalam hubungannya dengan penguasa duniawi. Kepausannya datang di tengah-tengah gerakan Perang Salib, dan dia bekerja tanpa lelah untuk memulihkan kendali umat Kristen di Tanah Suci. Paus Innosensius III (memimpin Gereja tahun 1198–1216) mengkhotbahkan lebih banyak Perang Salib daripada paus lainnya, dan meskipun dia tidak pernah menyadarinya, seruannya pada tahun 1208 untuk Perang Salib melawan bidat Albigensian di selatan Prancis berkontribusi pada terciptanya Inkuisisi.