23. Tradisi Apostolik

Sumber Iman

Dalam bab 2, kita melihat peran Tradisi dalam iman Kristiani. Bertentangan dengan pandangan dalam komunitas Protestan, kita tidak dimaksudkan untuk melihat ke “Kitab Suci saja.” Sementara kita harus berhati-hati terhadap tradisi manusia belaka, Alkitab berisi banyak referensi tentang rasa hormat yang harus kita berikan kepada Tradisi apostolik.

12. Kenalilah Bidat-bidatmu

ad fontes

Bab ini menyajikan deskripsi-deskripsi singkat tentang berbagai bidat dan perpecahan yang aktif selama periode Bapa Gereja.1

Pertanyaan #9

rebuttal

John: Apakah ada dalam Alkitab yang mengajarkan bahwa tradisi diilhami atau memadai? Tidak! Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa Tradisi diilhami. Firman Tuhan diilhami dan itu saja. Tradisi yang pada dasarnya dirancang oleh manusia pada suatu saat dalam sejarah tidak ada hubungannya dengan wahyu Allah. Wahyu Allah sekali untuk selamanya disampaikan kepada orang-orang kudus. Itu komprehensif, lengkap, selesai, dengan kitab Wahyu. Jangan menambahkan apa pun, jangan mengambil apa pun. Ini saja! Tradisi hanyalah ciptaan-ciptaan manusia yang membumbui (embellish) firman Allah atau menambahkan firman Allah seiring berjalannya waktu. Tidak ada persamaan (perbandingan) antara keduanya.

Pertanyaan #2

rebuttal

John : Apakah para bapa Gereja mula-mula memiliki kesepakatan bulat tentang doktrin Gereja Katolik? Sama sekali tidak. Seseorang berkata bertahun-tahun yang lalu, dan saya pikir ada sejumlah kebenaran, Anda dapat membuktikan hampir semuanya dengan merujuk ke para bapa Gereja. Karena ada begitu banyak keragaman dan karena Anda tidak selalu tahu konteksnya, Anda dapat mengambil apa yang mereka katakan dan menyampaikannya ke satu arah atau yang lain. Tetapi bagaimana bapa-bapa Gereja mula-mula dapat mendukung dengan suara bulat doktrin-doktrin Gereja Katolik sementara doktrin-doktrin Gereja Katolik bahkan tidak berkembang sampai setelah para bapa Gereja. Maksud saya ada begitu banyak komponen Katolik yang muncul setelah para bapa Gereja. Dalam konsili-konsili, katakanlah dari tahun 325 hingga 725, ada hal-hal kuat yang diputuskan bahwa para bapa Gereja akan menyetujui hal-hal yang berkaitan dengan Trinitarianisme dan keilahian Kristus dan hal-hal semacam itu. Tetapi segala macam hal berkembang dalam agama Katolik dari waktu ke waktu yang bahkan tidak disinggung oleh para bapa Gereja mula-mula.

16.4. Bukti Patristik

Maria

Di antara para Bapa apostolik, Maria terutama digambarkan dalam surat-surat Ignatius dan biasanya hanya dalam kaitannya dengan kelahiran Kristus. Para kritikus kadang-kadang keberatan bahwa tidak adanya Maria yang digambarkan dalam tulisan-tulisan ini sebagai tidak berdosa atau dikandung tanpa noda menunjukkan bahwa dogma ini tidak memiliki asal apostolik. Tetapi keberatan ini adalah pedang bermata dua, karena baik oleh para Bapa ini dan banyak Bapa mula-mula lainnya, masalah dosa asal juga tidak dibahas. Menurut William Collinge dalam Historical Dictionary of Catholicism-nya, “Ketidakberdosaan Maria, dalam arti kebebasan dari dosa pribadi atau dosa aktual, ditegaskan oleh para penulis abad keempat, tetapi pertanyaan tentang kebebasannya dari dosa asal tidak dapat diangkat sampai doktrin dosa asal telah mendapat rumusan yang jelas dari Agustinus”.1

BAB 8. St. Klemens dari Roma

Misa Umat Kristen Mula-mula

Paus Klemens dari Roma adalah sosok seperti bayangan yang hanya sedikit kita ketahui; dan para sejarawan bahkan dengan sengit memperdebatkan sedikit hal yang kita pikir mungkin kita ketahui. Suratnya kepada Jemaat Korintus, jelas termasuk di antara segelintir artefak yang paling penting bagi sejarah Gereja awal. Karena itu tentu saja merupakan salah satu dokumen Kristen paling kuno yang bertahan hingga zaman kita.

SEBUAH PEMIKIRAN TERAKHIR TENTANG TRADISI

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Dokumen Vatikan II tentang wahyu Ilahi, Dei Verbum (“Sabda Allah”) merangkum kesatuan esensial dari Kitab Suci, Tradisi, dan magisterium:

“Maka jelaslah tradisi suci, Kitab suci dan Wewenang Mengajar Gereja (magisterium), menurut rencana Allah yang mahabijaksana, saling berhubungan dan berpadu sedemikian rupa, sehingga yang satu tidak dapat ada tanpa kedua lainnya, dan semuanya bersama-sama, masing-masing dengan caranya sendiri, di bawah gerakan satu Roh Kudus, membantu secara berdaya guna bagi keselamatan jiwa-jiwa” (DV 10, par.3).

14. Liturgi Ekaristi

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Istilah Katolik “Liturgi” berasal dari kata Yunani leitourgia, yang berarti “sebuah tugas publik” (a public duty) atau “tindakan publik” (a public action). Makna ini mengambil konotasi religius sehubungan dengan pelayanan publik dari para imam Perjanjian Lama di Bait Suci (bdk. Kel 38:27, 39:12; Yl 1:9, 2:17; di mana istilah leitourgeo digunakan dalam versi Yunani Septuaginta). Tradisi Liturgi kuno telah diajarkan dan diyakini oleh orang Kristen sejak zaman Kristus. Umat Katolik Ritus Latin biasa menyebutnya sebagai “Misa” (Mass), sedangkan umat Katolik Timur menyebutnya “Liturgi Ilahi” (Divine Liturgy). Keduanya mengacu pada doktrin yang sama.

4. Otoritas Tradisi Apostolik

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Dengan semua bukti yang telah kita lihat sampai saat ini menunjukkan keaslian Tradisi Katolik — dengan melihat betapa tak terbantahkannya tradisi itu dalam Gereja mula-mula — kita tidak perlu banyak bicara untuk penjelasan tentang apa yang dipikirkan Gereja perdana tentang otoritas Tradisi Suci. Beberapa contoh pernyataan patristik beikut ini, yang diambil dari tujuh abad pertama Kekristenan, sudah cukup untuk membuktikan bahwa orang Kristen paling awal memandang (regarded; memperhatikan, mengharagai, menghormati, memperhitungkan…red) Tradisi Suci sebagai sesuatu yang otoritatif dan perlu. Tradisi, bagi orang Kristen awal sebagaimana juga sekarang bagi orang Kristen zaman modern, adalah cara Gereja untuk memastikan bahwa ajarannya sesuai dengan apa yang diajarkan Kristus dan para Rasul. Inilah sebabnya, ketika bidah seperti Arianisme muncul, yang menyangkal Trinitas dan keilahian Kristus, Gereja pada abad ketiga dan keempat dapat secara memadai menyangkal (adequately refute; menyanggah, membuktikan bahwa [itu] salah…red) klaim kitab suci kaum Arian. Sama seperti Saksi Yehova atau Mormon di zaman modern ini, kaum Arian hanya bisa mengutip Kitab Suci (di luar konteks dan tentu saja dengan interpretasi yang salah). Mereka tidak dapat merujuk (atau naik banding) pada sebuah Tradisi yang tak terputus dari interpretasi otentik dari bagian-bagian Kitab Suci itu. Namun, Gereja Katolik dapat melakukannya. Dan dengan rujukannya kepada otoritas Tradisi Apostolik, sebagai pernyataan persetujuan yang diperlukan untuk Kitab Suci, Gereja mampu menghadapi dan mengalahkan tantangan doktrinal yang diajukan oleh bidat seperti Arianisme, Nestorianisme, Monofisit, dan kelompok-kelompok lainnya yang menyimpang secara teologis.