PENUTUP

The Case for Catholicism

Sarjana Baptis Timothy George bertanya, “Mengapa kaum Evangelis mengingat kritik Reformasi atas keberlebihan Marian tetapi tidak penilaian positif tentang peran Maria yang tak tergantikan dalam karya penyelamatan Allah?”.1 Dia mengaitkan sikap ini dengan kecenderungan kaum Evangelis untuk mendefinisikan diri mereka dalam istilah-istilah teologi yang mereka lawan. Jadi George berkata, misalnya, “Menjadi seorang evangelikal berarti tidak menjadi seorang Katolik Roma. Menyembah Yesus berarti tidak menghormati Maria, bahkan jika kehormatan seperti itu didasarkan pada alkitabiah dan suci secara liturgis. Di beberapa tempat dalam dunia evangelikal, hilangnya katolik ditandai dengan penghinaan terhadap kredo kekristenan”.2

16.7. Bukti Patristik

Maria

Orang-orang Protestan yang mengklaim bahwa Maria diangkat ke Surga telah disisipkan (foisted) pada Gereja pada tahun 1950 sama sekali tidak benar. Misalnya, meskipun ia kurang percaya pada doktrin tersebut di kemudian hari dalam hidupnya, pada tahun 1539 Reformator Protestan Heinrich Bullinger menulis, “Perwujudan yang murni dan tak bernoda dari Bunda Allah, Perawan Maria, Bait Roh Kudus, yaitu untuk mengatakan tubuh sucinya, dibawa ke surga oleh para malaikat”.1 Pada tahun 590 St. Gregorius dari Tours menggambarkan Pengangkatan Maria dengan cara ini:

16.6. Bukti Alkitabiah Diangkat ke Surga

Maria

Dalam Why 12:1-6 St. Yohanes menggambarkan penglihatan berikut yang dia miliki tentang surga:

Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan. Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya. Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.1

16.5. Diangkat Jiwa dan Raga

Maria

Pada tanggal 12 November 1950, Paus Pius XII dengan sungguh-sungguh menyatakan dan mendefinisikan bahwa “Bunda Allah yang Tak Bernoda, Perawan Maria yang kekal, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi”.1 Frasa “setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia” membuka kemungkinan bahwa Maria diangkat ke surga setelah kematian, atau bahwa ia diangkat hidup-hidup ke surga (yang merupakan pandangan minoritas di antara para teolog). Konstitusi apostolik Munificentissimus Deus, yang melaluinya itu didefinisikan, mengatakan bahwa dogma ini adalah dogma yang

16.4. Bukti Patristik

Maria

Di antara para Bapa apostolik, Maria terutama digambarkan dalam surat-surat Ignatius dan biasanya hanya dalam kaitannya dengan kelahiran Kristus. Para kritikus kadang-kadang keberatan bahwa tidak adanya Maria yang digambarkan dalam tulisan-tulisan ini sebagai tidak berdosa atau dikandung tanpa noda menunjukkan bahwa dogma ini tidak memiliki asal apostolik. Tetapi keberatan ini adalah pedang bermata dua, karena baik oleh para Bapa ini dan banyak Bapa mula-mula lainnya, masalah dosa asal juga tidak dibahas. Menurut William Collinge dalam Historical Dictionary of Catholicism-nya, “Ketidakberdosaan Maria, dalam arti kebebasan dari dosa pribadi atau dosa aktual, ditegaskan oleh para penulis abad keempat, tetapi pertanyaan tentang kebebasannya dari dosa asal tidak dapat diangkat sampai doktrin dosa asal telah mendapat rumusan yang jelas dari Agustinus”.1

16.3. “Juruselamat” dan “Semua Orang Telah Berbuat Dosa”

Maria

Keberatan-keberatan alkitabiah terhadap Dikandung Tanpa Noda biasanya mengambil salah satu dari dua bentuk. Mereka mengklaim bahwa Maria adalah orang berdosa karena semua manusia, kecuali Yesus Kristus, adalah orang berdosa, atau mereka mencoba untuk membuat bukti spesifik bahwa Maria sendiri adalah orang berdosa. Pendekatan yang terakhir biasanya mengutip korban penghapus dosa Maria di Bait Allah (Luk 2:22-24) atau pernyataannya tentang Allah sebagai juruselamatnya (Luk 1:47). Pendekatan sebelumnya biasanya mengutip Rm 3:10 (“Tidak ada yang benar, seorang pun tidak”) dan Rm 3:23 (“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”) untuk membela pandangan bahwa semua manusia selain Kristus telah berdosa.

16.2. “Penuh Rahmat”

Maria

Salah satu bukti Dikandung Tanpa Noda dapat ditemukan dalam Luk 1:28, yang berisi salam malaikat Gabriel kepada Maria. Dia berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” [terjemahan Inggris “Hail, full of grace, the Lord is with you!” ] atau seperti terjemahan lain menerjemahkannya, “Hail, favored one”. Keduanya masuk akal mengingat bahwa kata kerja Yunani yang diterjemahkan berarti “berlimpah dengan kemurahan atau Rahmat ilahi” [“to endue with divine favor or Grace”].1 Karena dalam konteks Kristen kasih karunia (grace : rahmat) adalah perkenanan ilahi (divine favor), frasa “penuh rahmat” (full of grace) secara akurat menggambarkan perkenanan khusus yang diterima Maria dari Bapa untuk menjadi ibu dari Putra-Nya.

16.1. Sebuah Dogma yang Pantas

Maria

Sebelum kita memeriksa bukti untuk Dikandung Tanpa Noda, pertama-tama kita harus mengklarifikasi dogma tersebut untuk menjawab keberatan umum terhadapnya. Beberapa orang bertanya, “Jika Yesus tidak dapat dikandung dalam daging yang berdosa, lalu bagaimana Maria dapat dikandung dalam daging ibunya yang berdosa? Apakah itu berarti ibunya, atau St. Anna, juga dikandung tanpa dosa?”

16. Dikandung Tanpa Noda dan Diangkat ke Surga

The Case for Catholicism

Dikandung Tanpa Noda tidak mengacu pada pembuahan Yesus di dalam rahim Maria. Itu juga tidak merujuk pada kelahiran Kristus dari perawan di Betlehem. Sebaliknya, dogma Maria Dikandung Tanpa Noda mengacu pada Maria yang dikandung secara ajaib di dalam rahim ibunya, St. Anna. Melalui campur tangan Tuhan, Maria ada dan bebas dari segala noda dosa asal. Paus Pius IX secara infalibel mendefinisikan dogma ini pada tanggal 8 Desember 1854, dalam konstitusi apostolik Ineffabilis Deus:

15.8. Sepupu atau Saudara Tiri?

Maria

Pada abad keempat seorang penulis Romawi bernama Helvidius mengklaim bahwa referensi-referensi Injil kepada saudara-saudara Yesus paling baik dijelaskan dengan menyangkal keperawanan abadi Maria (pandangan tentang keperawanan Maria ini kemudian dikenal sebagai pandangan Helvidian). Satu jawaban untuk Helvidius, yang ditawarkan oleh St. Jerome bahwa saudara-saudara Yesus adalah sepupu-sepupu-Nya atau kerabat dekat lainnya dan tidak lahir dari Maria atau Yusuf.1