4. DISALIBKAN DI BAWAH PEMERINTAHAN PONTIUS PILATUS

Kota Abadi

Bentuk salib yang memanjang menjadi empat ekstrem dari titik pusat kontaknya menunjukkan kekuatan dan pemeliharaan yang tersebar ke mana-mana dari Dia yang digantung pada salib itu.

– St. Gregorius dari Nyssa1


Tuhan kita Yesus Kristus lahir di Betlehem sesuai dengan nubuatan Mikha. Dia menghabiskan masa kecilnya di Mesir. Sebagian besar hidup-Nya dihabiskan di Galilea. Kristus pergi bersama keluarga ke Yerusalem untuk hari-hari raya besar Yahudi, akan tetapi Dia sibuk di Galilea. Kita tidak membaca tentang keajaiban selama masa muda-Nya, hanya satu kejadian di mana Maria dan Yusuf menemukan Dia di Bait Suci setelah tiga hari menghilang. Setelah itu, Yesus kembali ke Nazaret bersama Maria dan Yusuf, dan “taat kepada orangtua-Nya” (Luk 2:51; was obedient / subject to them). Tidak ada lagi yang dikatakan. Ini adalah tahun-tahun yang tersembunyi.

V. KOHENIM YAHUDI – IMAM-IMAM KATOLIK

Rabi yang Disalibkan

Mereka itu akan membawa semua saudaramu dari antara segala bangsa sebagai korban untuk TUHAN… Juga dari antara mereka akan Kuambil imam-imam dan orang-orang Lewi, firman TUHAN.
– Yes 66:20-21

Kurban membutuhkan seorang imam. Karena Ekaristi adalah kurban, seperti yang kita amati di bab sebelumnya, kita dengan benar mengharapkan Perjanjian Baru juga memiliki imam-imam. Kata Ibrani untuk “imam” adalah kohen, artinya orang yang mempersembahkan korban. Jika Anda pernah memiliki teman Yahudi dengan nama belakang Kohen, Kohan, Cohn, Kahn, Kohn, Coen, atau Cahn, kemungkinan teman Yahudi Anda memiliki keturunan imam. Kohenim (bentuk jamak dari kohen) adalah para imam Perjanjian Lama. Para imam ini menjalankan pelayanan suci mereka melalui hierarki yang ditetapkan secara ilahi. Dalam masyarakat kita yang demokratis dan egaliter, kita sering menolak gagasan hierarki. Namun, hierarki didasarkan dalam sifat penciptaan:

23. Tradisi Apostolik

Sumber Iman

Dalam bab 2, kita melihat peran Tradisi dalam iman Kristiani. Bertentangan dengan pandangan dalam komunitas Protestan, kita tidak dimaksudkan untuk melihat ke “Kitab Suci saja.” Sementara kita harus berhati-hati terhadap tradisi manusia belaka, Alkitab berisi banyak referensi tentang rasa hormat yang harus kita berikan kepada Tradisi apostolik.

9. Kenali Bapa-bapamu

ad fontes

Seruan “Ad fontes!” (Lat. “[kembali] ke sumber!”) telah digunakan dalam berbagai konteks di zaman Renaisans, Reformasi, dan oleh tokoh-tokoh Katolik seperti Erasmus dari Rotterdam.

5. Tanah Suci Kedua

Dunia para Bapa

Di zaman para Bapa, komunitas Kristen begitu aktif di tempat yang sekarang disebut Turki sehingga kadang-kadang disebut “tanah suci kedua.”

16.7. Bukti Patristik

Maria

Orang-orang Protestan yang mengklaim bahwa Maria diangkat ke Surga telah disisipkan (foisted) pada Gereja pada tahun 1950 sama sekali tidak benar. Misalnya, meskipun ia kurang percaya pada doktrin tersebut di kemudian hari dalam hidupnya, pada tahun 1539 Reformator Protestan Heinrich Bullinger menulis, “Perwujudan yang murni dan tak bernoda dari Bunda Allah, Perawan Maria, Bait Roh Kudus, yaitu untuk mengatakan tubuh sucinya, dibawa ke surga oleh para malaikat”.1 Pada tahun 590 St. Gregorius dari Tours menggambarkan Pengangkatan Maria dengan cara ini:

BAB 17. Isu-isu Pagan

Misa Umat Kristen Mula-mula

Ketika Plinius Muda bersikeras bahwa orang-orang Kristen dan liturgi mereka tidak berbahaya dan normal (ordinary; lumrah…red), kita dapat menyimpulkan bahwa beberapa warganya berpikir sebaliknya. Memang, ketika dia melakukan interogasi, Plinius mungkin menyelidiki tuduhan-tuduhan pesta pora seksual, ritual pembunuhan, dan kanibalisme. Tuduhan-tuduhan ini biasa terjadi dalam polemik anti-Kristen kuno. Para pembela Kristen seperti Yustinus, Minucius Felix, dan Tertullianus menulis berhalaman-halaman perkamen sebagai pembelaan dari fitnah semacam itu.

BAB 4. Lebih Berharga Dari Emas

Misa Umat Kristen Mula-mula

Bagi orang Kristen mula-mula, Misa adalah perjumpaan surga dan bumi. Namun demikian, berada di surga-di-bumi (heaven-on-earth) tidak berarti hidup “sendirian” dengan Tuhan. Dari Paulus dan Didache dan seterusnya, orang-orang Kristen mewartakan kekuatan Ekaristi yang mempersatukan di dalam komunitas Gereja.1 “Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu” (1 Kor 10:17). “Bahkan seperti roti yang dipecah-pecahkan ini tersebar di atas bukit-bukit, dan dikumpulkan menjadi satu, demikianlah biarlah Gereja-Mu dikumpulkan dari ujung bumi ke dalam kerajaan-Mu” (Didache 9). Ignatius, pada gilirannya, menulis: “Jadi, berhati-hatilah agar hanya memiliki satu Ekaristi. Karena hanya ada satu tubuh Tuhan kita Yesus Kristus dan satu cawan untuk menyatakan kesatuan darah-Nya” ( Philadelphians 4).

21. Air Suci

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Tradisi Katolik ini sangat indah dan kaya makna, dan juga berasal dari kehidupan Gereja mula-mula. Arti utama dari kebiasaan kuno ini adalah untuk menandakan pembaptisan “pembersihan jiwa” yang terjadi pada saat pembaptisan. Seperti yang dijelaskan St. Paulus: “pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita” (Tit 3:5-7). Setiap kali seorang Katolik memasuki gereja dan mencelupkan tangannya ke dalam wadah air suci untuk memberkati dirinya dengan tanda salib, dia memperbarui perjanjian baptisannya dengan Tuhan. Tindakan penuh rahmat ini mengingatkan kata-kata St. Paulus di atas serta mengingatkan kita akan baptisan kita “dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus” (Mat 28:19).

17. Patung dan Ikon

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Penggunaan ikon, patung, dan gambar suci lainnya secara Kristen adalah cara yang berguna untuk mengingat realitas surgawi yang tidak dapat kita lihat dengan indera fisik kita. Digunakan dengan benar, dan dengan menghindari dosa penyembahan berhala, ikon dan gambar suci ada dalam Tradisi Gereja karena hal itu membantu mengarahkan pikiran dan hati kita ke surga, mengingatkan kita pada para pahlawan Iman kita yang telah berlomba di depan kita dan sekarang berada di surga layaknya “saksi, bagaikan awan” (Ibr 12:1), dan mereka membantu mengekspresikan doktrin bahwa Kristus sendiri adalah “gambar (ikon) Allah yang Hidup” (bdk. Kol 1:15).