11.4. Pembenaran dalam Efesus

pembenaran

Salah satu ayat paling umum yang dikutip untuk membela pembenaran oleh iman saja adalah Ef 2:8-9: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”. Ron Rhodes berkata, “Posisi Katolik Roma tampaknya menganggap bahwa manusia benar-benar melakukan hal-hal yang membuat mereka dapat diterima oleh Tuhan, tetapi gagasan seperti itu bertentangan dengan seluruh isi Kitab Suci. Kasih karunia Tuhan— perkenanan Tuhan yang tanpa syarat — adalah satu-satunya kesempatan kita bagi keselamatan (Ef 2:8-9)”.1

11.3. Pembenaran dalam Galatia

pembenaran

Dalam Suratnya kepada Jemaat Galatia, Paulus marah karena pendengarnya meninggalkan Injil yang dia beritakan (Gal 1:6). Setelah mempertahankan mandat apostoliknya, Paulus menjelaskan Injil palsu yang diterima oleh beberapa “orang Galatia yang bodoh” (3:1). Tampaknya sementara komunitas mulai dalam Roh, mereka “sekarang mengakhirinya di dalam daging” (Gal 3:3), dengan kembali ke praktik ritual Yahudi atau “melakukan hukum Taurat” (Gal 3:2, 5). Paulus menegur jemaat Galatia atas keputusan ini, dengan mengatakan:

11.2. Pembenaran dalam Roma

pembenaran

Paulus memulai argumennya dalam Roma dengan mengatakan bahwa dia tidak malu akan Injil, “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman’ ” (Rm 1:17). Setelah Luther sampai pada kesimpulan bahwa teks ini mengajarkan pembenaran oleh iman saja, dia berkata, “Saya merasa bahwa saya sepenuhnya dilahirkan kembali dan telah memasuki surga itu sendiri melalui gerbang yang terbuka”.1 Namun, masalah dengan interpretasi ini adalah bahwa Luther dan sebagian besar Protestan pada intinya memahami “iman” (faith) sinonim dengan “percaya / kepercayaan” (belief).

11.1. Perspektif Baru tentang Paulus

pembenaran

Pada tahun 1977 E. P. Sanders menerbitkan sebuah buku berjudul Paul and Palestinian Judaism,1 yang membantu meluncurkan “perspektif baru”. Buku itu menunjukkan bagaimana para sarjana sejak Reformasi telah salah memahami Yudaisme abad pertama dan pandangan Paulus tentang pembenaran. Pendukung NPP seperti Sanders, N. T. Wright, dan James Dunn (yang terakhir di antara mereka menciptakan istilah “New Perspective on Paul” (Perspektif Baru tentang Paulus)) menunjukkan berapa banyak orang Protestan yang membaca kembali perdebatan abad keenam belas antara para Reformator dan Gereja Katolik kembali ke dalam argumen-argumen Paulus.

10.6. Pandangan Katolik tentang “Iman dan Perbuatan”

pembenaran

Maksud menggunakan Abraham sebagai contoh terungkap dalam ayat 2:24, di mana Yakobus menyimpulkan, “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”. Upaya-upaya Protestan untuk menghindari ayat ini biasanya menghadirkan definisi alternatif yang sama untuk “iman” yang telah kita bahas sebelumnya—tetapi tidak ada yang berhasil. Jika “iman” hanya berarti “iman yang mati”, maka Yakobus akan berkata, “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman yang mati”. Ini menyiratkan bahwa seseorang dibenarkan oleh kombinasi “iman yang mati” dan “perbuatan”. Orang-orang Protestan biasanya menentang dengan mengatakan bahwa Yakobus tidak dapat menggunakan definisi Paulus tentang “membenarkan” mengacu pada iman yang otentik, karena jika ya, maka dia akan bertentangan dengan Paulus.

10.5. Ajaran Yakobus

pembenaran

Sejak Reformasi, Surat Yakobus telah dianggap sebagai salah satu dari saksi-saksi paling kontroversial atas ajaran Alkitab tentang pembenaran. Luther mengatakannya seperti ini:

Surat Yakobus itu memberi kita banyak masalah, karena para paus menerimanya sendirian dan mengabaikan yang lainnya. Sampai saat ini saya telah terbiasa menghadapi dan menafsirkannya sesuai dengan pengertian Kitab Suci lainnya… Jika mereka tidak mau menerima penafsiran saya, maka saya akan membuat puing-puingnya juga. Saya hampir ingin melemparkan Jimmy (James / Yakobus…red) ke kompor, seperti yang dilakukan pendeta di Kalenberg.1

10.4. Ajaran Yesus

pembenaran

Pada sebuah konferensi tahun 2010, John Piper memberikan kuliah berjudul “Apakah Yesus Mengkhotbahkan Injil Paulus?”.1 Scot McKnight mengatakan tentang pendekatan Piper, “Urutan itu—menanyakan apakah Yesus cocok dengan Paulus!—mungkin membuat marah banyak pembaca dan sejarawan Alkitab, tetapi pertanyaan tentang Alkitab seperti itu bukanlah hal yang tidak pantas”.2 Namun, penulis Evangelikal Alan Stanley, mengajukan sebuah pertanyaan penting: “Mengapa Yesus harus didamaikan dengan Paulus seolah-olah Paulus adalah tolok ukurnya? Jika ada yang harus menjadi patokan, bukankah itu seharusnya adalah Yesus sendiri?”3

10.3. Kesamaan?

pembenaran

Untuk meringkas posisi kita sejauh ini, orang Protestan biasanya percaya bahwa pembenaran melibatkan satu momen di mana kita mengenakan kebenaran Kristus. Kebenaran yang diperhitungkan (imputed) ini menutupi dosa-dosa kita tetapi tidak mengubah jiwa kita. Umat Katolik, di sisi lain, percaya bahwa pembenaran adalah baik suatu peristiwa juga proses yang dimulai pada satu momen yang tidak pantas dan berlanjut sepanjang hidup kita ketika kebenaran Kristus dimasukkan (infused) ke dalam jiwa kita dan membantu kita menjadi kudus sama seperti Allah itu kudus.

10.2. Pandangan Katolik tentang Pembenaran

pembenaran

Ketika orang membandingkan pandangan Protestan dan Katolik tentang pembenaran, beberapa orang secara tidak akurat mengatakan, “Protestan percaya pada pembenaran oleh ‘iman saja’, tetapi orang Katolik percaya pada pembenaran oleh ‘iman dan perbuatan'”. Namun, dokumen magisterial, termasuk kanon Konsili Trente dan Katekismus Gereja Katolik, tidak menggunakan frasa “dibenarkan oleh iman dan perbuatan”.1 Sebaliknya, umat Katolik membedakan antara momen awal pembenaran kita dan proses pembenaran yang berlanjut sepanjang hidup kita. Cara terbaik untuk mengilustrasikan perbedaan ini bukanlah dengan ilustrasi Luther tentang kotoran tetapi dengan contoh analogis lainnya.

10.1. Pandangan Protestan tentang Pembenaran

pembenaran

John Calvin berkata, “Setiap orang yang ingin memperoleh kebenaran Kristus harus meninggalkan kebenarannya sendiri”.1 Para Reformator mengajarkan bahwa Allah menutupi dosa dengan kebenaran Kristus, dan pembenaran ini umum diakui [sebagai] sola fide, atau “oleh iman saja”, seruan yang menjadi bahan pokok dari Reformasi Protestan.