24. Gereja Katolik

Gereja dan Paus

Akar Yunani dari istilah katolik berarti “menurut” (kata; κατά) “keseluruhan” (holos; ὅλος), atau lebih bahasa sehari-hari, “universal.” Pada awal 100-an, kita menemukan St. Ignatius dari Antiokhia di Syria menggunakan istilah katolik untuk mengacu pada Gereja. Ini adalah penggunaan istilah pertama yang bertahan dengan pengertian ini, tetapi karena Ignatius memperkenalkannya tanpa penjelasan apa pun, itu pasti telah digunakan lebih awal, pada paruh kedua abad pertama, sebelum tahun 100.

15. Trinitas

Tuhan

Fakta bahwa hanya ada satu Allah ditekankan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama (lih. bab 22), tetapi ketika Yesus datang, Dia mengungkapkan kepada kita lebih banyak tentang kehidupan Allah, khususnya bahwa Allah yang esa ada (exist) sebagai tiga Pribadi ilahi — Bapa, Putra, dan Roh Kudus.1

40. DOA-DOA UNTUK ORANG YANG SUDAH MENINGGAL

Kebiasaan Orang Katolik

Beberapa tahun yang lalu saya melakukan ziarah ke Roma dengan seorang teman baik. Saya tidak mengetahuinya pada saat itu, tetapi salah satu ujudnya untuk perjalanan itu adalah penyembuhan. Dia ingin Tuhan “memperbaiki” (fix) emosi yang bertentangan yang dia rasakan terhadap ayahnya, yang telah meninggal selama bertahun-tahun. Teman saya memang disembuhkan, di salah satu dari situs-situs suci, oleh aliran rahmat yang tiba-tiba, terwujud dalam luapan air mata.

5.7. Infalibilitas Kepausan

Kepausan

Doktrin infalibilitas kepausan mengajarkan bahwa paus memiliki rahmat khusus dari Allah yang melindunginya dari mengikat Gereja untuk mengimani kesalahan. Rahmat ini terkait dengan Rahmat umum yang Kristus berikan kepada Gereja yang mencegah seluruh dewan para uskup, serta umat beriman secara keseluruhan, agar tidak jatuh ke dalam kesalahan. Namun, untuk tujuan diskusi kita, kita hanya akan memeriksa aspek-aspek infalibilitas yang secara langsung berkaitan dengan jabatan kepausan. Katekismus menjelaskannya sebagai berikut:

4.7. Gereja dan Kanon

kanon Perjanjian Baru

Calvin keberatan dengan gagasan bahwa kanon Kitab Suci memperoleh otoritasnya dari Gereja karena menurut dia, “Sama sekali sia-sia, jika demikian, untuk menganggap bahwa kuasa untuk menilai Kitab Suci terletak pada gereja dan bahwa kepastiannya bergantung pada persetujuan gerejawi”.1 Tetapi pembenaran Calvin untuk kanon hanya menggantikan “gereja” dengan “individu” dan memperoleh kepastiannya dari persetujuan (pembenaran) individu terhadap apa yang menurutnya telah diungkapkan oleh Roh Kudus (atau “diterangi oleh kuasa-Nya”) kepadanya.

SEBUAH PEMIKIRAN TERAKHIR TENTANG TRADISI

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Dokumen Vatikan II tentang wahyu Ilahi, Dei Verbum (“Sabda Allah”) merangkum kesatuan esensial dari Kitab Suci, Tradisi, dan magisterium:

“Maka jelaslah tradisi suci, Kitab suci dan Wewenang Mengajar Gereja (magisterium), menurut rencana Allah yang mahabijaksana, saling berhubungan dan berpadu sedemikian rupa, sehingga yang satu tidak dapat ada tanpa kedua lainnya, dan semuanya bersama-sama, masing-masing dengan caranya sendiri, di bawah gerakan satu Roh Kudus, membantu secara berdaya guna bagi keselamatan jiwa-jiwa” (DV 10, par.3).

33. Penomoran Sepuluh Perintah Allah

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Ini adalah masalah yang menjengkelkan bagi banyak orang. Kaum Protestan, Mormon, dan Saksi-Saksi Yehuwa menyerang ajaran Gereja Katolik tentang gambar-gambar suci dengan mengacu pada bagian-bagian kitab suci yang mengutuk penyembahan berhala, ayat-ayat yang paling umum adalah yang ada di Keluaran 20. Sebelum kita mempertimbangkan mengapa penomoran kesepuluh perintah cara Katolik berbeda dari cara Protestan, pertama-tama mari kita lihat bagaimana perintah-perintah itu diberikan dalam Kitab Suci:

22. Sakramentali

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Sakramentali adalah tanda-tanda, elemen-elemen, serta isyarat sakral yang memberikan rahmat yang ditetapkan oleh Gereja yang membantu kita menjadi lebih siap menerima sakramen dan mendekat kepada Kristus. Mereka juga melambangkan realitas sakramen, seperti halnya cincin kawin melambangkan realitas pernikahan. Cincin itu sendiri hanyalah sebuah tanda, simbol dari sesuatu yang lain. Hal yang sama berlaku untuk sakramentali. Hal-hal seperti medali, kartu suci, skapulir, air suci, dan sejenisnya adalah suci sejauh mereka mewakili realitas yang sakral, tetapi tidak ada kualitas inheren dari objek itu sendiri yang melampaui simbolis.

19. ‘Katolik’ Nama Gereja Kristen Yang Asli

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Nama formal atau resmi untuk Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus adalah Gereja Katolik. Penggunaannya di Gereja mula-mula di antara para Bapa dan Pujangga Gereja (seperti pada abad-abad berikutnya) adalah untuk membedakan satu Gereja yang sejati yang didirikan oleh Yesus Kristus dari semua kelompok lain, termasuk kelompok sesat atau menyimpang yang mengklaim nama “Katolik.”

4. Otoritas Tradisi Apostolik

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Dengan semua bukti yang telah kita lihat sampai saat ini menunjukkan keaslian Tradisi Katolik — dengan melihat betapa tak terbantahkannya tradisi itu dalam Gereja mula-mula — kita tidak perlu banyak bicara untuk penjelasan tentang apa yang dipikirkan Gereja perdana tentang otoritas Tradisi Suci. Beberapa contoh pernyataan patristik beikut ini, yang diambil dari tujuh abad pertama Kekristenan, sudah cukup untuk membuktikan bahwa orang Kristen paling awal memandang (regarded; memperhatikan, mengharagai, menghormati, memperhitungkan…red) Tradisi Suci sebagai sesuatu yang otoritatif dan perlu. Tradisi, bagi orang Kristen awal sebagaimana juga sekarang bagi orang Kristen zaman modern, adalah cara Gereja untuk memastikan bahwa ajarannya sesuai dengan apa yang diajarkan Kristus dan para Rasul. Inilah sebabnya, ketika bidah seperti Arianisme muncul, yang menyangkal Trinitas dan keilahian Kristus, Gereja pada abad ketiga dan keempat dapat secara memadai menyangkal (adequately refute; menyanggah, membuktikan bahwa [itu] salah…red) klaim kitab suci kaum Arian. Sama seperti Saksi Yehova atau Mormon di zaman modern ini, kaum Arian hanya bisa mengutip Kitab Suci (di luar konteks dan tentu saja dengan interpretasi yang salah). Mereka tidak dapat merujuk (atau naik banding) pada sebuah Tradisi yang tak terputus dari interpretasi otentik dari bagian-bagian Kitab Suci itu. Namun, Gereja Katolik dapat melakukannya. Dan dengan rujukannya kepada otoritas Tradisi Apostolik, sebagai pernyataan persetujuan yang diperlukan untuk Kitab Suci, Gereja mampu menghadapi dan mengalahkan tantangan doktrinal yang diajukan oleh bidat seperti Arianisme, Nestorianisme, Monofisit, dan kelompok-kelompok lainnya yang menyimpang secara teologis.