57. Apakah Mereka Sadar di Menara Pengawal?

Kelompok-kelompok Non-Katolik
  • Dua majalah apa yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa?
  • Mengapa komite penerjemahan Alkitab dirahasiakan, dan mengapa tidak ada tulisan penulis di majalah-majalah Saksi-Saksi Yehuwa?
  • Artikel-artikel apa yang ditemukan dalam majalah ini?
  • “Teknik-teknik” apa yang digunakan publikasi ini untuk menyerang Gereja Katolik?

40. “Alkitab” Anti-Katolik

Anti-Katolikisme
  • Apa sumber utama matermateri anti-Katolik?
  • Apa klaim “Alkitab” anti-Katolik ini, dan siapa penulisnya?
  • Bagaimana umat Katolik harus menyanggah klaim-klaim anti-Katolik?

III. Melanjutkan Ketaatan Kristen pada Tradisi Yahudi (Farisi) dan Hukum Musa

100 Argumen Alkitabiah Melawan Sola Scriptura

Argumen analogis yang lebih luas dan agak penting yang diilustrasikan oleh semua sub-argumen atau potongan-potongan bukti berikut dalam bagian ini dengan kekuatan kumulatif adalah sebagai berikut: Dengan sepenuhnya menerima Hukum Yahudi dan berbagai tradisi Yahudi, Yesus dan para rasul menerima gagasan tentang, pertama, sebuah Tradisi yang mengikat dan diterima secara terus-menerus yang secara organik berkembang menjadi tradisi apostolik Kristen berikutnya dan, kedua, paradigma otoritas Yahudi, yang dengan sendirinya selalu menganut Tradisi lisan (oral) maupun tertulis.

I. Tradisi Alkitabiah dan Apostolik Dikontraskan dengan Tradisi Manusia yang Palsu dan Korup

100 Argumen Alkitabiah Melawan Sola Scriptura

1. Alkitab berisi banyak informasi tentang Tradisi Suci

Kitab Suci itu unik, tetapi mengacu pada tradisi apostolik yang berotoritas di luar dirinya sendiri:

19. Filioque

Tuhan

Dalam bab sebelumnya kita berfokus pada prosesi kekal Putra dari Bapa, dan kita melihat bahwa ini membentuk dasar bagi identitas mereka sebagai Putra dan Bapa. Prosesi abadi di antara pribadi-pribadi Trinitas membangun hubungan di antara ketiga Pribadi, termasuk Roh Kudus.

13. Satu Allah yang Benar

Tuhan

Meskipun setengah dari populasi dunia saat ini menganut agama monoteistik — mengajarkan adanya satu Allah — ini adalah posisi yang sangat tidak biasa pada abad pertama, ketika politeisme pagan — kepercayaan pada banyak dewa — adalah biasa.

PENUTUP

The Case for Catholicism

Sarjana Baptis Timothy George bertanya, “Mengapa kaum Evangelis mengingat kritik Reformasi atas keberlebihan Marian tetapi tidak penilaian positif tentang peran Maria yang tak tergantikan dalam karya penyelamatan Allah?”.1 Dia mengaitkan sikap ini dengan kecenderungan kaum Evangelis untuk mendefinisikan diri mereka dalam istilah-istilah teologi yang mereka lawan. Jadi George berkata, misalnya, “Menjadi seorang evangelikal berarti tidak menjadi seorang Katolik Roma. Menyembah Yesus berarti tidak menghormati Maria, bahkan jika kehormatan seperti itu didasarkan pada alkitabiah dan suci secara liturgis. Di beberapa tempat dalam dunia evangelikal, hilangnya katolik ditandai dengan penghinaan terhadap kredo kekristenan”.2

16.7. Bukti Patristik

Maria

Orang-orang Protestan yang mengklaim bahwa Maria diangkat ke Surga telah disisipkan (foisted) pada Gereja pada tahun 1950 sama sekali tidak benar. Misalnya, meskipun ia kurang percaya pada doktrin tersebut di kemudian hari dalam hidupnya, pada tahun 1539 Reformator Protestan Heinrich Bullinger menulis, “Perwujudan yang murni dan tak bernoda dari Bunda Allah, Perawan Maria, Bait Roh Kudus, yaitu untuk mengatakan tubuh sucinya, dibawa ke surga oleh para malaikat”.1 Pada tahun 590 St. Gregorius dari Tours menggambarkan Pengangkatan Maria dengan cara ini:

16.5. Diangkat Jiwa dan Raga

Maria

Pada tanggal 12 November 1950, Paus Pius XII dengan sungguh-sungguh menyatakan dan mendefinisikan bahwa “Bunda Allah yang Tak Bernoda, Perawan Maria yang kekal, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi”.1 Frasa “setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia” membuka kemungkinan bahwa Maria diangkat ke surga setelah kematian, atau bahwa ia diangkat hidup-hidup ke surga (yang merupakan pandangan minoritas di antara para teolog). Konstitusi apostolik Munificentissimus Deus, yang melaluinya itu didefinisikan, mengatakan bahwa dogma ini adalah dogma yang

16.4. Bukti Patristik

Maria

Di antara para Bapa apostolik, Maria terutama digambarkan dalam surat-surat Ignatius dan biasanya hanya dalam kaitannya dengan kelahiran Kristus. Para kritikus kadang-kadang keberatan bahwa tidak adanya Maria yang digambarkan dalam tulisan-tulisan ini sebagai tidak berdosa atau dikandung tanpa noda menunjukkan bahwa dogma ini tidak memiliki asal apostolik. Tetapi keberatan ini adalah pedang bermata dua, karena baik oleh para Bapa ini dan banyak Bapa mula-mula lainnya, masalah dosa asal juga tidak dibahas. Menurut William Collinge dalam Historical Dictionary of Catholicism-nya, “Ketidakberdosaan Maria, dalam arti kebebasan dari dosa pribadi atau dosa aktual, ditegaskan oleh para penulis abad keempat, tetapi pertanyaan tentang kebebasannya dari dosa asal tidak dapat diangkat sampai doktrin dosa asal telah mendapat rumusan yang jelas dari Agustinus”.1