[Paus] Martinus V, yang kuat, cakap, dan cerdik secara politis, hidup relatif sederhana meskipun berasal dari salah satu keluarga bangsawan besar di Roma. Meskipun demikian, ia memanfaatkan gengsi dan kekuasaan keluarganya dengan baik, terkadang dengan cara yang kasar, jika itu sesuai dengan tujuannya. Dia bertekad untuk mengembalikan kepausan ke Roma, tempat kedudukan keluarganya, tetapi yang lebih penting lagi, tempat kedudukan Santo Petrus. Bagi banyak orang, keputusan untuk kembali ke sana bukanlah kesimpulan yang sudah pasti. Roma, yang tidak pernah mudah untuk diatur atau dilindungi, telah diabaikan dan dibiarkan melayang selama satu abad. Infrastruktur telah terkikis, gereja-gereja dan bangunan-bangunan publik telah rusak, dan daerah-daerah di sekitarnya telah menjadi rumah bagi para perampok. Selain itu, Negara-negara Kepausan (Papal States), yang menjadi garis pertahanan pertama bagi kota, dikendalikan oleh para penguasa lokal atau, kadang-kadang, orang-orang kaya baru seperti Braccio da Montone, yang mendominasi sebagian besar wilayah tersebut. Roma sendiri dikuasai oleh pasukan Neapolitan (Neapolitan troops), yang mengharuskan Martinus untuk menegosiasikan masuknya dia ke sana dengan Ratu Joanna II.