APAKAH GEREJA KATOLIK “MENGUBAH HARI SABAT”?

Gereja Katolik Mengubah Hari Sabat

Teks ini adalah terjemahan manual dari video Jimmy Akin pada channel youtube-nya berjudul DID THE CATHOLIC CHURCH “CHANGE THE SABBATH”? (12 Oktober 2012)


Kadang-kadang Anda menemukan tuduhan bahwa Gereja Katolik secara keliru “mengubah hari Sabat” dari hari Sabtu menjadi Minggu. Ini adalah klaim yang sering dibuat oleh, misalnya, para penganut Advent Hari-Ketujuh (Seventh-day Adventist). Namun bahkan jika seseorang tidak menuduh Gereja melakukan pelanggaran [itu], pertanyaan tetap muncul: Mengapa umat Katolik beribadah pada hari Minggu dibandingkan hari Sabtu? Begini ceritanya. . .

KRISTEN IYA, TAPI MENGAPA HARUS JADI KATOLIK?

Patris Allegro

Teks ini adalah transkrip dari video Romo Patris Allegro dalam channel youtube beliau yang berjudul KRISTEN IYA, TAPI MENGAPA HARUS JADI KATOLIK? (diunggah 27 April 2024)


Topik hari ini adalah tentang apa ya? 10 Alasan mengapa harus menjadi Katolik dan bukan hanya menjadi Kristen saja. Kristen, tapi kenapa harus Katolik? Kristen ya sudah pasti. Kita percaya Yesus Kristus, tapi kenapa harus menjadi Katolik? Itu sebuah pertanyaan untuk orang Katolik. Kenapa tidak Kristen saja? Kenapa harus tunduk paus? Kenapa harus menyembah Maria? Kenapa harus menyembah patung? Itu ada alasannya. Why? Ada alasan untuk menjadi Katolik. Banyak alasan. Mungkin sama banyaknya dengan jumlah anggota Gereja termasuk tingkat kesempatan, pilihan, dan keyakinan yang berbeda-beda.

21. Mawar Baru

Renaisans dan Reformasi

Roma yang baru? Tentu saja, tidak sepenuhnya baru, bukan Roma “kota abadi”, di mana sisa-sisa era demi era dari sejarahnya yang panjang dapat dilihat oleh para pengunjung biasa bahkan hingga hari ini. Namun yang pasti, sebuah era baru telah dimulai sejak [Paus] Paulus III naik tahta pada tahun 1534, dan sekarang, setelah Konsili Trente, kepausan yang baru mulai mengambil bentuk yang lebih jelas, yang berdampak pada budaya kota. Era ini menandai awal pembentukan kepausan modern, di mana fungsi-fungsi baru, tanggung jawab baru, lembaga-lembaga baru namun berkarakter, dan bahkan cita-cita baru muncul dengan menonjol dan kuat.

18. Luther, Leo, dan Dampaknya

Renaisans dan Reformasi

“Sekarang Tuhan telah memberi kita kepausan, marilah kita menikmatinya.” Penerus Julius II, Leo X, tidak pernah mengucapkan kata-kata tersebut. Kata-kata itu meleset dari sasaran pria itu, tapi kebenarannya cukup untuk membuat kata-kata itu menempel padanya bagaikan lem. Leo cerdas, saleh, memperhatikan tugasnya sebagai paus (seperti yang dia lihat) dan, berbeda dengan para pendahulunya, bebas dari hubungan asmara. Tapi dia memiliki kelesuan aristokrat yang ditangkap Raphael dalam potretnya yang terkenal. Dia mengumpulkan sekelompok penyair dan musisi di sekelilingnya, yang bersamanya merasa lebih nyaman dibandingkan dengan siapa pun. Saat menjadi paus, ia mempekerjakan 683 pelayan, termasuk seorang penjaga gajah kepausan.

17. Para Paus Renaisans

Renaisans dan Reformasi

Ungkapan para paus Renaisans membuat orang-orang tersenyum masam, seolah-olah menunjukkan bahwa mereka tahu betapa bajingannya mereka. Nama Borgia langsung terlintas di benak saya. Buku-buku teks suka menggambarkan mereka sebagai pemberi tongkat yang mendorong Luther mencela institusi tersebut sebagai tempat pembuangan limbah kejahatan dan para paus sebagai orang yang sangat anti-Kristus. Namun ekspresi tersebut menghadirkan senyuman lain di wajah para sejarawan seni, sebuah senyum kenikmatan. Dari pertengahan abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-17, para Paus, keluarga mereka, dan orang-orang lain dalam rombongan mereka termasuk di antara para pendukung seni yang paling tercerahkan dan boros sepanjang masa. Mereka kebetulan mempunyai orang-orang jenius yang luar biasa—Raphael, Michelangelo, Bernini, dan Caravaggio. Seolah-olah ini belum cukup, mereka juga memiliki Botticelli, Signorelli, Perugino, Pinturicchio, Pietro da Cortona, Bramante, Borromini, dan tampaknya tak terhitung banyaknya seniman, arsitek, insinyur, dan perencana kota lainnya yang memiliki bakat luar biasa dan menakjubkan. Mereka mengubah Roma menjadi kota dengan kekayaan seni yang tak tertandingi.

16. Kepausan Yang Dipulihkan

Renaisans dan Reformasi

[Paus] Martinus V, yang kuat, cakap, dan cerdik secara politis, hidup relatif sederhana meskipun berasal dari salah satu keluarga bangsawan besar di Roma. Meskipun demikian, ia memanfaatkan gengsi dan kekuasaan keluarganya dengan baik, terkadang dengan cara yang kasar, jika itu sesuai dengan tujuannya. Dia bertekad untuk mengembalikan kepausan ke Roma, tempat kedudukan keluarganya, tetapi yang lebih penting lagi, tempat kedudukan Santo Petrus. Bagi banyak orang, keputusan untuk kembali ke sana bukanlah kesimpulan yang sudah pasti. Roma, yang tidak pernah mudah untuk diatur atau dilindungi, telah diabaikan dan dibiarkan melayang selama satu abad. Infrastruktur telah terkikis, gereja-gereja dan bangunan-bangunan publik telah rusak, dan daerah-daerah di sekitarnya telah menjadi rumah bagi para perampok. Selain itu, Negara-negara Kepausan (Papal States), yang menjadi garis pertahanan pertama bagi kota, dikendalikan oleh para penguasa lokal atau, kadang-kadang, orang-orang kaya baru seperti Braccio da Montone, yang mendominasi sebagian besar wilayah tersebut. Roma sendiri dikuasai oleh pasukan Neapolitan (Neapolitan troops), yang mengharuskan Martinus untuk menegosiasikan masuknya dia ke sana dengan Ratu Joanna II.

15. Tiga Paus Sekaligus : Skisma Besar di Barat

Perkembangan, Kemunduran, Kekacauan

Robert dari Jenewa (Robert of Geneva), yang diangkat menjadi kardinal oleh Gregorius XI dan pemimpin kekuatan militer yang memungkinkan Gregorius kembali ke Roma, hadir pada konklaf yang memilih Urbanus (Urbanus VI). Dia adalah orang pertama yang memberikan penghormatan kepadanya, namun juga merupakan salah satu orang pertama yang memberikan reaksi menentangnya. Ia memainkan peran utama dalam drama yang berujung pada pemilihannya sendiri dengan suara bulat pada bulan September (tiga kardinal Italia abstain namun setuju). Paus yang baru bukanlah orang pertama atau pun orang gereja terakhir yang menjadi tentara terampil dan politisi ulung. Namun, ia dipilih sebagai paus, kemungkinan besar karena ia memiliki hubungan keluarga dengan keluarga kekaisaran Jerman dan keluarga kerajaan Prancis, dan diperkirakan bahwa dengan hubungan ini dan hubungan politiknya yang lain, ia dapat menggalang dukungan untuk penggulingan Urbanus dan pemilihan dirinya sendiri. Ternyata, dia hanya berhasil sebagian saja. Sementara itu, ia mencoba menggunakan kekuatan militer untuk menempatkan dirinya di Roma dan Italia tengah tetapi berhasil dipukul mundur. Pada tanggal 22 Mei 1379, Klemens (Antipaus Klemens VII), ditemani oleh para kardinal, mengucapkan selamat tinggal ke Italia untuk selamanya dan mendirikan bagi dirinya serta kurianya di Avignon.

12. Innosensius III : Wakil Kristus

Perkembangan, Kemunduran, Kekacauan

Perang salib pertama. Konkordat pertama. Konsili kepausan pertama. Evolusi solusi yang bisa diterapkan untuk kontroversi penahbisan (Investiture Controversy). Munculnya para kardinal tidak hanya sebagai pembuat paus tetapi sebagai anggota kuria. Abad ke-12 membuka era baru bagi kepausan seperti yang terjadi di Eropa secara lebih umum. Para monarki sejati sekarang telah muncul dari kekacauan feodal, dan mereka adalah negara penguasa yang dapat kita mulai identifikasi sebagai Inggris, Prancis, dan, setidaknya sampai batas tertentu, Jerman (lebih dikenal sebagai kekaisaran). Monarki-monarki lain juga muncul di Eropa Timur, misalnya, dan di Spanyol.

10. Gregorius VII : Siapa yang Bertanggung Jawab di Sini?

Membawa Keteraturan dari Kekacauan

Bayangkan diri Anda sendiri seorang kaisar dengan pakaian pertobatan berdiri di salju di luar kastil memohon pengampunan dari seorang paus yang menjadi tamu di dalamnya. Tahunnya 1077, tempatnya adalah Canossa (sebuah desa kecil di Apennines), kaisarnya adalah Henry IV (putra Henry III), dan pausnya adalah Gregorius VII (sebelumnya dikenal sebagai Hildebrand). Adegan ini sangat kontras dengan adegan di Sutri pada tahun 1046 ketika ayah Kaisar Henry IV duduk dengan bangga dalam pengadilan atas tiga penggugat kepausan, memeriksa deposisi mereka, dan kemudian menempatkan kandidatnya sendiri di atas takhta. Dalam tiga puluh tahun yang terintervensi di antara adegan-adegan ini, sebuah revolusi telah terjadi dan sebuah kontroversi besar telah meledak.

8. Saat-saat Tergelap Mereka

Membawa Keteraturan dari Kekacauan

Pada paruh pertama abad kesembilan pada masa pemerintahan Charlemagne dan bahkan masa pemerintahan putranya Louis yang Saleh  (Louis the Pious), orang Kristen Barat tampak baik adanya seperti selama dua abad. Di Roma, serangkaian paus yang sebagian besar berumur pendek dan tidak terlalu penting menggantikan satu sama lain, kadang-kadang dibebani oleh pemilihan yang sekarang agak sering diperdebatkan, tetapi mereka tidak harus berurusan dengan pergolakan atau krisis besar. Kerajaan Charlemagne pada akhir hidupnya membentang dari Prancis selatan hingga ke timur sejauh Saxony dan selatan ke Italia. Prestasi budaya dan agamanya sama mengesankannya. Meskipun dia sendiri mungkin tidak bisa menulis, dia mengumpulkan di istananya sekelompok cendekiawan yang begitu cemerlang, yang dipimpin oleh Alcuin yang agung, sehingga itu adalah pusat dari apa yang disebut Renaisans Carolingian (Carolingian Renaissance).