4. Otoritas Tradisi Apostolik

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Dengan semua bukti yang telah kita lihat sampai saat ini menunjukkan keaslian Tradisi Katolik — dengan melihat betapa tak terbantahkannya tradisi itu dalam Gereja mula-mula — kita tidak perlu banyak bicara untuk penjelasan tentang apa yang dipikirkan Gereja perdana tentang otoritas Tradisi Suci. Beberapa contoh pernyataan patristik beikut ini, yang diambil dari tujuh abad pertama Kekristenan, sudah cukup untuk membuktikan bahwa orang Kristen paling awal memandang (regarded; memperhatikan, mengharagai, menghormati, memperhitungkan…red) Tradisi Suci sebagai sesuatu yang otoritatif dan perlu. Tradisi, bagi orang Kristen awal sebagaimana juga sekarang bagi orang Kristen zaman modern, adalah cara Gereja untuk memastikan bahwa ajarannya sesuai dengan apa yang diajarkan Kristus dan para Rasul. Inilah sebabnya, ketika bidah seperti Arianisme muncul, yang menyangkal Trinitas dan keilahian Kristus, Gereja pada abad ketiga dan keempat dapat secara memadai menyangkal (adequately refute; menyanggah, membuktikan bahwa [itu] salah…red) klaim kitab suci kaum Arian. Sama seperti Saksi Yehova atau Mormon di zaman modern ini, kaum Arian hanya bisa mengutip Kitab Suci (di luar konteks dan tentu saja dengan interpretasi yang salah). Mereka tidak dapat merujuk (atau naik banding) pada sebuah Tradisi yang tak terputus dari interpretasi otentik dari bagian-bagian Kitab Suci itu. Namun, Gereja Katolik dapat melakukannya. Dan dengan rujukannya kepada otoritas Tradisi Apostolik, sebagai pernyataan persetujuan yang diperlukan untuk Kitab Suci, Gereja mampu menghadapi dan mengalahkan tantangan doktrinal yang diajukan oleh bidat seperti Arianisme, Nestorianisme, Monofisit, dan kelompok-kelompok lainnya yang menyimpang secara teologis.

1. Keutamaan Petrus dan Pengganti-penggantinya

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Mungkin elemen otoritas yang paling tak terbantahkan dalam Gereja perdana adalah ketergantungannya pada uskup Roma, yang dipilih sebagai pengganti St. Petrus, sebagai titik pusat kesatuan dalam Gereja Kristen. Orang-orang Kristen mula-mula mengakui bahwa uskup Roma memiliki keutamaan khusus dalam hal yurisdiksi dan otoritas pengajaran, dan kutipan-kutipan dari tulisan-tulisan para Bapa Gereja ini, termasuk beberapa dari para paus sendiri, adalah contoh yang mencolok dari kekayaan kesaksian yang ada untuk membuktikan hal ini. Satu hal yang perlu diingat ketika Anda membaca kutipan-kutipan ini: pernyataan-pernyataan tegas yang konstan dan universal dari para penulis Kristen mula-mula tentang otoritas paus, serta pernyataan-pernyataan tegas tentang efek yang dibuat oleh para paus itu sendiri, tidak pernah dibantah oleh umat kristen “ortodoks” lainnya. Dengan kata lain, fakta bahwa ada klaim dan pengakuan yang tak terbantahkan atas keutamaan kepausan, yang berasal dari para uskup di Timur maupun di Barat, menunjukkan bahwa doktrin keutamaan kepausan bukanlah “ciptaan Katolik” di kemudian hari tetapi dipahami sebagai Tradisi yang datang langsung dari Kristus1 dan para Rasul.