44. Christopher Columbus adalah agen imperialisme Barat, perusakan budaya, dan genosida

Kegiatan Misionaris

Mengintip ke masa depan, Christopher Columbus (1451-1506) tidak dapat mengantisipasi rasa tidak berterima kasih dan penghinaan langsung yang ditunjukkan oleh manusia modern terhadap penemuan dan penjelajahannya di Dunia Baru. Sudah menjadi mode untuk memfitnahnya sebagai genosida yang disengaja. Hanya sedikit yang melihatnya sebagaimana adanya: seorang Katolik yang taat yang sangat peduli akan keselamatan abadi masyarakat adat yang ditemuinya. Sebaliknya, ia dipandang oleh para humanis sekuler anti-Kristen sebagai simbol imperialisme Eropa.1 Bagi mereka, dia membawa kehancuran, perbudakan, dan kematian bagi orang-orang Amerika yang dulunya bahagia dan makmur.2

43. Para Misionaris Katolik bekerja sebagai mata-mata untuk pemerintah asing, dan karena itu dihukum serta dieksekusi

Kegiatan Misionaris

Zaman Elizabeth di Inggris dipandang sebagai masa damai dan sejahtera, serta berkembangnya sastra dan teater. Tapi itu tentu tidak seindah yang dialami oleh umat Katolik Inggris, yang menderita penganiayaan pertama yang disetujui negara terhadap Gereja Katolik sejak Kekaisaran Romawi. Penasihat Ratu Elizabeth, khususnya William Cecil (1520-1598), percaya umat Katolik sebagai ancaman keamanan nasional, dan mendorong Parlemen untuk mengeluarkan sejumlah undang-undang anti-Katolik yang mereka harapkan akan menghancurkan Iman di Inggris dari waktu ke waktu. Cecil mengutip upaya invasi Inggris oleh Armada Spanyol sebagai bukti bahwa umat Katolik tidak bisa menjadi warga negara yang setia di negara yang secara sah Protestan. Penganiayaan yang dihasilkan sangat ganas, dan menciptakan banyak martir.

41. Gereja mengirim misionaris ke seluruh dunia demi mencari emas dan tanah untuk raja-raja Eropa

Kegiatan Misionaris

Sudah menjadi mode di dunia modern, terutama di dunia akademis, untuk memercayai hal-hal terburuk tentang para misionaris Katolik di abad-abad yang lalu. Kaum sinis, sekularis, dan ateis tidak dapat membayangkan bahwa pria dan wanita akan meninggalkan kenyamanan rumah dan mempertaruhkan hidup mereka hanya untuk menyebarkan Injil. Pasti ada motif tersembunyi, seperti kekayaan atau kemuliaan pribadi. Atau mereka adalah pion-pion dari Gereja yang haus kekuasaan atau, lebih buruk lagi, dari para raja yang ingin memperkaya diri mereka sendiri. Tidak ada yang sudi menanggung kesulitan seperti itu hanya untuk jiwa-jiwa yang baik — bukan?