30. Otoritas Paus

Gereja dan Paus

Para Bapa Gereja mengakui bahwa para penerus Petrus berbagi otoritas atau keunggulannya yang istimewa. Dalam berbagai cara, para Bapa membuktikan fakta bahwa gereja Roma adalah pusat, gereja yang otoritatif. Mereka mengandalkan Roma dalam meminta nasihat, untuk mediasi dalam perselisihan, dan untuk bimbingan sehubungan dengan masalah-masalah doktrinal. Mereka mencatat, seperti yang dilakukan St. Ignatius dari Antiokhia, bahwa Roma memegang “kepemimpinan” (presidency) di antara gereja-gereja lain, dan bahwa, seperti yang dijelaskan St. Irenaeus dari Lyons, “karena asalnya yang unggul, semua gereja harus setuju” dengan Roma. Para bapa Gereja juga dengan gamblang pada fakta bahwa persekutuan dengan Roma dan uskup Romalah yang menyebabkan seseorang berada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik. Ini menunjukkan pengakuan bahwa, seperti yang dikatakan St. Siprianus dari Kartago, Roma adalah “gereja utama, di mana kesatuan keimamatan memiliki sumbernya.”

29. Para Penerus Petrus

Gereja dan Paus

Para Bapa Gereja mengakui Petrus sebagai batu karang yang di atasnya Yesus menyatakan bahwa Dia akan mendirikan Gereja-Nya; ini memberinya keunggulan khusus; dan dia pergi ke Roma, di mana dia menjadi martir. Dalam bab ini kita melihat bahwa para Bapa juga mengakui bahwa Petrus meninggalkan seorang penerus di Roma. Dengan demikian uskup Roma — paus — terus memenuhi peran Petrus dalam generasi Gereja berikutnya.

Pertanyaan #1

rebuttal

John: Pertanyaannya adalah, apakah Sejarah Gereja mendukung Gereja Katolik Roma? Yah, saya pikir jawaban yang tepat untuk itu adalah Sejarah Gereja Katolik Roma mendukung Gereja Katolik Roma. Jelas mereka memiliki sejarah mereka masing-masing tetapi untuk mengatakan bahwa seluruh sejarah Gereja dengan suara bulat mengikuti Roma adalah tidak benar.

6.3. Sejarah dan Infalibilitas Kepausan

Kepausan

Para apologis Protestan yang berusaha menyangkal doktrin infalibilitas kepausan biasanya mengklaim bahwa doktrin itu muncul lama setelah para rasul dan karena itu bukan bagian dari Perbendaharaan Iman apostolik. Atau, mereka mencoba menyajikan contoh-contoh paus yang diduga mempromulgasikan doktrin sesat, yang akan membantah klaim bahwa setiap paus menerima karisma infalibilitas.

6.2. Argumen-argumen Historis menentang Kepausan

Kepausan

Beberapa kritikus mengklaim bahwa para uskup Roma yang sederhana tidak akan terlihat seperti para paus modern yang bergerak melalui kerumunan orang via “mobil paus”. Di satu sisi itu benar, tetapi gereja-gereja rumah mula-mula yang sederhana tidak akan juga terlihat seperti “gereja-gereja megah” Protestan modern. Karena itu tidak menyangkal teologi Evangelikal, perubahan-perubahan dalam adat-kebiasaan kepausan juga tidak menyangkal teologi Katolik. Dalam arti lain, para paus awal didekati oleh kerumunan orang, dan, dalam kasus Petrus, beberapa dari kerumunan orang seperti ini berharap bayangannya akan mengenai mereka sehingga mereka dapat disembuhkan dari sakit mereka (Kis 5:15); jadi ada preseden sejarah untuk sanjungan yang sering diterima paus saat ini.

6.1. Bukti Keutamaan Kepausan

Kepausan

Tulisan paling awal kita berasal dari seorang paus setelah Petrus, Klemens dari Roma, yang menurut Tertullianus ditahbiskan oleh Petrus dan dijelaskan oleh Irenaeus sebagai penerus ketiga Petrus.1 Suatu saat di paruh kedua abad pertama Klemens menanggapi perselisihan di Gereja Korintus melalui surat yang sekarang dikenal sebagai Surat Pertama Klemens (1 Klemens), yang membahas tentang pemecatan tidak adil beberapa pemimpin di gereja lokal.

6. KEPAUSAN (BAGIAN II)

The Case for Catholicism

Sekalipun Petrus memiliki otoritas atas Gereja universal, itu tidak berarti penerusnya mempertahankan otoritasnya yang sama. Dalam bab 7 kita akan memeriksa bukti alkitabiah untuk gagasan umum suksesi apostolik. Untuk saat ini, kita akan memeriksa bukti sejarah untuk klaim khusus bahwa otoritas Petrus diteruskan kepada penerusnya, para uskup Roma.


5.8. Infalibilitas dan Kitab Suci

Kepausan

Mat 16:18 mengatakan “alam maut” [teks Inggris; gates of Hades; gerbang-gerbang Hades [Neraka]” tidak akan pernah menang melawan Gereja, jadi masuk akal bahwa gembala Gereja Kristus tidak akan pernah mengarahkannya ke neraka dengan secara dogmatis mengajarkan bid’ah. Luk 22:31-32 mencatat Yesus memberi tahu Petrus, “Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu”. Bahasa Yunani asli dalam perikop itu menunjukkan bahwa Setan menuntut untuk menyaring “kamu”, atau semua rasul, tetapi Yesus berdoa secara khusus agar Petrus dan imannya tidak gugur.1

5.7. Infalibilitas Kepausan

Kepausan

Doktrin infalibilitas kepausan mengajarkan bahwa paus memiliki rahmat khusus dari Allah yang melindunginya dari mengikat Gereja untuk mengimani kesalahan. Rahmat ini terkait dengan Rahmat umum yang Kristus berikan kepada Gereja yang mencegah seluruh dewan para uskup, serta umat beriman secara keseluruhan, agar tidak jatuh ke dalam kesalahan. Namun, untuk tujuan diskusi kita, kita hanya akan memeriksa aspek-aspek infalibilitas yang secara langsung berkaitan dengan jabatan kepausan. Katekismus menjelaskannya sebagai berikut:

5.5. Menentang Bukti Alkitab

Kepausan

Bahkan para kritikus kepausan mengakui bahwa perikop-perikop ini tampaknya mengajarkan doktrin itu. D. A. Carson mengatakan bahwa ketika teks Petrine dalam Yoh 21 dan Mat 16 digabungkan, “argumen [untuk primat Petrine] memperoleh suatu kemungkinan yang masuk akal”.1 Tentu saja, para sarjana ini menemukan sesuatu yang lain dalam Kitab Suci yang, menurut pendapat mereka, meniadakan konsep kepausan, jadi teks-teks itulah yang sekarang harus kita periksa.