16. Kepausan Yang Dipulihkan

Renaisans dan Reformasi

[Paus] Martinus V, yang kuat, cakap, dan cerdik secara politis, hidup relatif sederhana meskipun berasal dari salah satu keluarga bangsawan besar di Roma. Meskipun demikian, ia memanfaatkan gengsi dan kekuasaan keluarganya dengan baik, terkadang dengan cara yang kasar, jika itu sesuai dengan tujuannya. Dia bertekad untuk mengembalikan kepausan ke Roma, tempat kedudukan keluarganya, tetapi yang lebih penting lagi, tempat kedudukan Santo Petrus. Bagi banyak orang, keputusan untuk kembali ke sana bukanlah kesimpulan yang sudah pasti. Roma, yang tidak pernah mudah untuk diatur atau dilindungi, telah diabaikan dan dibiarkan melayang selama satu abad. Infrastruktur telah terkikis, gereja-gereja dan bangunan-bangunan publik telah rusak, dan daerah-daerah di sekitarnya telah menjadi rumah bagi para perampok. Selain itu, Negara-negara Kepausan (Papal States), yang menjadi garis pertahanan pertama bagi kota, dikendalikan oleh para penguasa lokal atau, kadang-kadang, orang-orang kaya baru seperti Braccio da Montone, yang mendominasi sebagian besar wilayah tersebut. Roma sendiri dikuasai oleh pasukan Neapolitan (Neapolitan troops), yang mengharuskan Martinus untuk menegosiasikan masuknya dia ke sana dengan Ratu Joanna II.

70. Panduan Referensi Kitab Suci

Apologetika Praktis
  • Apakah sola scriptura valid?
  • Apa bukti tulisan suci yang mendukung ajaran tentang iman dan perbuatan?
  • Di mana Tritunggal disebutkan dalam Alkitab?
  • Apakah keilahian Kristus dan Kehadiran Nyata dalam Ekaristi didukung oleh Kitab Suci?
  • Apakah umat Katolik menciptakan kepausan, api penyucian, menghormati Maria, dan berdoa kepada orang-orang kudus?

6. Paulus Tentang Purgatorium & Berdoa Bagi Orang Mati

Perspektif Katolik Tentang Paulus

… ia sendiri akan diselamatkan,
tetapi seperti dari dalam api…
1 Kor 3:15

Penyucian Post-Mortem

Tidak diragukan lagi, bab ini akan membuat terkejut sebagian orang Protestan yang membaca buku ini. Banyak pelajar non-Katolik dari tulisan-tulisan Paulus berasumsi bahwa api penyucian adalah hal terjauh dari pikiran Paulus. Namun, Gereja Katolik menemukan salah satu argumen yang paling persuasif untuk api penyucian dalam surat-surat Paulus. Perbedaan ini disebabkan oleh fakta bahwa kebanyakan orang Protestan telah mengetahui bahwa api penyucian adalah rumah di tengah jalan (halfway house) antara surga dan neraka. Presuposisi ini tidak benar. Api penyucian bukanlah jalan tengah (middle ground) antara surga dan neraka. Sebaliknya, api penyucian adalah sebuah persiapan dan penyucian (purification) untuk surga. Hanya yang diselamatkan yang pergi ke api penyucian.1

Pertanyaan #13

rebuttal

John : Bagaimana ajaran-ajaran tentang Misa, api penyucian, dan perbuatan baik, menyimpang dari Injil Kristus dan karya Kristus yang telah selesai? Jelas sekali, jika Anda menambahkan komponen selain apa yang Kristus lakukan, Anda telah mengacaukan Injil. Jika ada perbuatan di sana, Paulus berkata kepada jemaat di Roma: kasih karunia bukan lagi kasih karunia. Ini semua karena Kristus.

13.7. Api Penyucian dan Indulgensi

api penyucian

Masalah indulgensi berada di luar cakupan bab ini, tetapi harus dibahas, setidaknya secara singkat, karena hubungannya dengan doktrin api penyucian.

Mengutip Konstitusi apostolik Indulgentiarum Doctrina 1 Januari 1967 dari Paus Paulus VI, Katekismus mendefinisikan indulgensi sebagai ” ‘Indulgensi adalah penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk dosa-dosa yang sudah diampuni’ (Norm 1)” (KGK 1471). Indulgensi tidak mengampuni dosa tetapi menghapus hukuman sementara yang disebabkan dosa ketika orang berdosa menebus kesalahan melalui tindakan doa dan amal. Indulgensi tidak pernah dijual, tetapi penyelewengan-penyelewengan mulai berkembang biak ketika karya-karya amal / sedekah (charitable work of almsgiving) dilampirkan pada indulgensi-indulgensi tertentu; jadi Konsili Trente melarang sedekah dilampirkan pada indulgensi di kemudian hari.1

13.6. Bukti Sejarah

api penyucian

Tidak jarang orang Protestan mengklaim bahwa api penyucian “diciptakan” pada akhir Abad Pertengahan. Misalnya, teolog Anglikan Gerald Bray menyebut api penyucian sebagai “ciptaan abad pertengahan yang membawa rasa keteraturan dan tujuan baru ke gagasan yang sebelumnya samar tentang apa yang disimpan oleh kehidupan setelah kematian”.1 Beberapa kritikus bahkan mengklaim bahwa api penyucian diciptakan untuk memperkaya paus melalui sumbangan-sumbangan yang dipersembahkan untuk Misa-Misa yang dimohonkan atas nama orang-orang yang sudah meninggal.2 Tetapi menempatkan api penyucian di akhir sejarah Kristen mengabaikan referensi-referensi yang jelas tentang doktrin yang dapat ditemukan berabad-abad sebelumnya.

13.3. Api Penyucian dan Yudaisme Kuno

api penyucian

Katekismus mengatakan doktrin api penyucian “juga berdasarkan praktik doa untuk orang yang sudah meninggal tentangnya Kitab Suci sudah mengatakan: ‘Karena itu [Yudas Makabe] mengadakan kurban penyilihan untuk orang-orang mati, supaya mereka dibebaskan dari dosa-dosanya’ ” (KGK 1032). Ini adalah referensi ke 2 Mak 12:39-45, yang menjelaskan bagaimana Yudas Makabe menemukan jimat-jimat yang didedikasikan untuk berhala pagan di bawah jenazah rekan-rekannya yang gugur. Yudas dan rekan-rekan prajuritnya “[Merekapun] lalu mohon dan minta, semoga dosa yang telah dilakukan itu dihapus semuanya” (12:42). Yudas kemudian mengumpulkan dua ribu drachmas (dirham) perak untuk dikirim sebagai korban penghapus dosa ke Bait Suci di Yerusalem. Ayat 45 mengatakan, “Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka”. Menurut Paus Benediktus XVI:

13.1. Penjelasan Tentang Api Penyucian

api penyucian

Kata Latin purgatorius adalah kata sifat yang mengacu pada “membersihkan” (cleaning) atau “memurnikan” (purifying). Seperti yang akan kita lihat ketika kita membahas sejarah doktrin ini, sementara kata benda Latin purgatorium berasal dari Abad Pertengahan, gagasan bahwa jiwa menjalani poenae purgatoriae, atau hukuman api penyucian (purgatorial punishment), setelah kematian dapat ditelusuri kembali ke Gereja awal. Katekismus menjelaskan pemahaman Gereja saat ini tentang api penyucian sebagai berikut:

13. API PENYUCIAN

The Case for Catholicism

Pada awal Reformasi Protestan, perdebatan tentang api penyucian tidak menyangkut keberadaannya, tetapi otoritas Gereja untuk mengampuni (remit; membatalkan, membebaskan, mengurangi…red) hukuman-hukuman yang harus ditanggung di sana. Misalnya, dalam Sembilan Puluh Lima Tesis Martin Luther menulis, “Paus melakukannya dengan sangat baik ketika dia memberikan pengampunan kepada jiwa-jiwa di api penyucian, bukan dengan kuasa kunci, yang tidak dia miliki, tetapi dengan cara syafaat bagi mereka”.1 Empat tahun kemudian Luther berkata, “Keberadaan api penyucian tidak pernah saya sangkal. Saya masih berpendapat bahwa itu ada, seperti yang telah saya tulis dan akui berkali-kali meskipun saya tidak menemukan cara untuk membuktikannya secara tak terbantahkan dari Kitab Suci atau akal budi”.2

40. DOA-DOA UNTUK ORANG YANG SUDAH MENINGGAL

Kebiasaan Orang Katolik

Beberapa tahun yang lalu saya melakukan ziarah ke Roma dengan seorang teman baik. Saya tidak mengetahuinya pada saat itu, tetapi salah satu ujudnya untuk perjalanan itu adalah penyembuhan. Dia ingin Tuhan “memperbaiki” (fix) emosi yang bertentangan yang dia rasakan terhadap ayahnya, yang telah meninggal selama bertahun-tahun. Teman saya memang disembuhkan, di salah satu dari situs-situs suci, oleh aliran rahmat yang tiba-tiba, terwujud dalam luapan air mata.