9. Menyelamatkan Kepausan dari Dirinya Sendiri

Membawa Keteraturan dari Kekacauan

Hampir di tahun yang sama Rollo menjadi adipati (duke) Normandia dan para pengikutnya menjadi Kristen, William yang Saleh (William I / William the Pious), adipati Aquitaine (duke of Aquitaine), mendirikan biara Cluny (Cluny Abbey) di Burgundia, Prancis tengah-timur dekat Mâcon. Biara dan jaringan biara dalam tradisinya yang akhirnya tersebar luas di Eropa Barat merupakan mesin yang sangat kuat dalam kebangkitan agama yang berdampak positif pada lapisan masyarakat yang lebih tinggi. Meskipun Cluny penting, itu hanya satu dari ledakan baru semangat monastik yang akan berlangsung selama dua abad. Fenomena ini sekarang dimungkinkan karena kondisi politik baru yang stabil yang mulai terjadi pada pertengahan abad ini setelah penahanan orang-orang Saracen, Hun, dan Norsemen.

3. Konstantinus : Rasul Ketigabelas

Dari Pinggiran ke Pusat Dunia Romawi

Konstantinus bukanlah seorang paus tetapi kaisar Romawi dari tahun 312 sampai 337. Namun, dengan pengecualian Santo Petrus sendiri, dia lebih penting bagi kepausan dan bagi kekristenan itu sendiri daripada paus mana pun. Beberapa orang memuji dekrit Konsili Vatikan II (1962–1965) tentang hubungan gereja-negara sebagai “akhir era Konstantinus”, yang berarti akhir dari 1700 tahun pola-pola tertentu hubungan gereja-negara yang memiliki asal muasalnya dengan kaisar. Penegasan itu mungkin dibesar-besarkan, tetapi setidaknya menunjukkan bahwa sesuatu yang penting terjadi pada gereja dengan Konstantinus.

2. Setelah Petrus dan Paulus

Dari Pinggiran ke Pusat Dunia Romawi

Periode antara kematian Petrus dan toleransi agama Kristen oleh Kaisar Konstantinus pada tahun 313 sering direpresentasikan sebagai masa gereja yang murni, gereja dengan katakombe-katakombe, gereja dengan kesederhanaan yang agung, gereja di mana semua orang Kristen hidup tanpa cela dan siap mati demi iman mereka. Tidak diragukan lagi, ada banyak hal yang patut dikagumi dari orang-orang Kristen di abad-abad awal ini, tetapi mereka adalah umat manusia yang memiliki kesalahan-kesalahan, kegagalan-kegagalan, dan terkadang kelemahan-kelemahan yang parah.

43. “Ciptaan-ciptaan” Katolik 2

Anti-Katolikisme
  • Mengapa kaum Fundamentalis mengklaim bahwa Katolik Roma terus-menerus menyimpang dari Injil dan dengan demikian tidak dapat menjadi Gereja yang didirikan oleh Kristus?
  • Kapan tanda salib pertama kali digunakan, dan apakah itu disebutkan dalam Alkitab?
  • Apakah para imam selalu mengenakan pakaian yang berbeda dari orang awam, atau apakah itu “ciptaan” orang-orang Katolik?
  • Apakah sakramen minyak suci ditemukan dalam Alkitab?
  • Kapan ide selibat dalam imamat muncul, dan apakah itu alkitabiah?
  • Mengapa umat Katolik menceritakan dosa-dosa mereka kepada seorang imam dan bukan langsung kepada Tuhan?

13.7. Api Penyucian dan Indulgensi

api penyucian

Masalah indulgensi berada di luar cakupan bab ini, tetapi harus dibahas, setidaknya secara singkat, karena hubungannya dengan doktrin api penyucian.

Mengutip Konstitusi apostolik Indulgentiarum Doctrina 1 Januari 1967 dari Paus Paulus VI, Katekismus mendefinisikan indulgensi sebagai ” ‘Indulgensi adalah penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk dosa-dosa yang sudah diampuni’ (Norm 1)” (KGK 1471). Indulgensi tidak mengampuni dosa tetapi menghapus hukuman sementara yang disebabkan dosa ketika orang berdosa menebus kesalahan melalui tindakan doa dan amal. Indulgensi tidak pernah dijual, tetapi penyelewengan-penyelewengan mulai berkembang biak ketika karya-karya amal / sedekah (charitable work of almsgiving) dilampirkan pada indulgensi-indulgensi tertentu; jadi Konsili Trente melarang sedekah dilampirkan pada indulgensi di kemudian hari.1

7.6. “Suami Dari Satu Istri”

imamat

Menurut Katekismus, selibat imamat adalah disiplin yang berlaku di Gereja Barat bagi mereka yang “dipanggil untuk menguduskan diri dengan hati yang tak terbagi kepada Tuhan dan ‘perkara Tuhan’ (1 Kor 7:32)” (KGK 1579). Gereja-gereja Katolik Timur mempertahankan tradisi yang mengizinkan para imam menikah, tetapi, seperti juga kebiasaan di Gereja Barat, mereka yang memegang jabatan uskup harus tidak menikah. Karena itu adalah disiplin yang diperkenalkan kemudian dalam sejarah Gereja oleh otoritas Gereja, kehadiran klerus yang menikah dalam Kitab Suci tidak menyangkalnya.

BAB 8. St. Klemens dari Roma

Misa Umat Kristen Mula-mula

Paus Klemens dari Roma adalah sosok seperti bayangan yang hanya sedikit kita ketahui; dan para sejarawan bahkan dengan sengit memperdebatkan sedikit hal yang kita pikir mungkin kita ketahui. Suratnya kepada Jemaat Korintus, jelas termasuk di antara segelintir artefak yang paling penting bagi sejarah Gereja awal. Karena itu tentu saja merupakan salah satu dokumen Kristen paling kuno yang bertahan hingga zaman kita.

SEBUAH PEMIKIRAN TERAKHIR TENTANG TRADISI

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Dokumen Vatikan II tentang wahyu Ilahi, Dei Verbum (“Sabda Allah”) merangkum kesatuan esensial dari Kitab Suci, Tradisi, dan magisterium:

“Maka jelaslah tradisi suci, Kitab suci dan Wewenang Mengajar Gereja (magisterium), menurut rencana Allah yang mahabijaksana, saling berhubungan dan berpadu sedemikian rupa, sehingga yang satu tidak dapat ada tanpa kedua lainnya, dan semuanya bersama-sama, masing-masing dengan caranya sendiri, di bawah gerakan satu Roh Kudus, membantu secara berdaya guna bagi keselamatan jiwa-jiwa” (DV 10, par.3).

iii. Apa Yang Dikatakan Alkitab Tentang Tradisi Suci

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Pertama, mari kita singkirkan anggapan banyak orang non-Katolik bahwa semua tradisi itu buruk. Ini, tentu saja, adalah omong kosong. Tuhan mengutuk “tradisi manusia” yang buruk dalam Mrk 7:1-13 dan Mat 15:1-9 karena “membatalkan perintah Allah.” Dia bahkan memilih salah satu dari tradisi-tradisi buatan manusia yang korup ini — “aturan Korban” — sebagai kecaman khusus.

25. Gereja menjual indulgensi serta jabatan-jabatan gerejawi. Penyalahgunaan ini menyebabkan Reformasi Protestan

Renaisans dan Reformasi

Narasi standar tentang Reformasi Protestan mencakup pernyataan bahwa Gereja Katolik yang korup menjual indulgensi dan mempraktikkan simoni (jual beli jabatan gerejawi). Pelanggaran-pelanggaran ini, menurut narasi itu, mendorong Martin Luther dalam semangat yang benar untuk mengumumkan Sembilan Puluh Lima Tesisnya dan meluncurkan reformasi Gereja, yang ditolak oleh paus dan para uskup Katolik, sehingga mengarah pada perpecahan Tatanan Keristenan.