V. KOHENIM YAHUDI – IMAM-IMAM KATOLIK

Rabi yang Disalibkan

Mereka itu akan membawa semua saudaramu dari antara segala bangsa sebagai korban untuk TUHAN… Juga dari antara mereka akan Kuambil imam-imam dan orang-orang Lewi, firman TUHAN.
– Yes 66:20-21

Kurban membutuhkan seorang imam. Karena Ekaristi adalah kurban, seperti yang kita amati di bab sebelumnya, kita dengan benar mengharapkan Perjanjian Baru juga memiliki imam-imam. Kata Ibrani untuk “imam” adalah kohen, artinya orang yang mempersembahkan korban. Jika Anda pernah memiliki teman Yahudi dengan nama belakang Kohen, Kohan, Cohn, Kahn, Kohn, Coen, atau Cahn, kemungkinan teman Yahudi Anda memiliki keturunan imam. Kohenim (bentuk jamak dari kohen) adalah para imam Perjanjian Lama. Para imam ini menjalankan pelayanan suci mereka melalui hierarki yang ditetapkan secara ilahi. Dalam masyarakat kita yang demokratis dan egaliter, kita sering menolak gagasan hierarki. Namun, hierarki didasarkan dalam sifat penciptaan:

Tingkat-tingkat makhluk-makhluk dinyatakan oleh urutan “enam hari”, yang melangkah dari yang kurang sempurna kepada yang lebih sempurna. (Katekismus Gereja Katolik no. 342)

Tatanan alami makhluk ciptaan bersifat hierarkis karena alam berorientasi pada efisiensi, dan efisiensi dicapai melalui sebuah rantai komando (chain of command). Inilah mengapa umat manusia memiliki kecenderungan alami terhadap struktur hierarkis. Setiap kali kemenangan, kelangsungan hidup, atau kesuksesan menjadi perlu, umat manusia selalu menyesuaikan diri dengan struktur hierarkis. Tim sepak bola, militer, dan Gereja Katolik mengorganisasikan dirinya ke dalam hierarki-hierarki yang jelas, bukan karena hierarki bertentangan dengan alam, tetapi karena hierarki secara tepat menyesuaikan diri dengan alam.

Unit militer mana pun pasti akan kalah dalam perang jika berfungsi di bawah prinsip-prinsip demokrasi. Jika tim sepak bola memilih permainan mana yang akan dijalankan, akan ada kekacauan yang menyebabkan kekalahan. Untuk alasan ini, hierarki juga terbukti efisien dalam tugas manusia yang paling penting: keselamatan jiwa-jiwa.

Umat Kristiani mungkin ingin mengabaikan prinsip alami hierarki, tetapi baik bangsa Israel maupun Gereja Yesus Kristus bersifat monarkis dan hierarkis. Baik Israel maupun Gereja tidak hadir sebagai republik demokratis. Kristus tidak dipilih — Bapa menobatkan Dia sebagai Raja di atas segala Raja. Dimulai dengan penciptaan, kita melihat bahwa Adam ditempatkan sebagai tuan sekaligus imam atas ciptaan. Berdasarkan inkarnasi, Kristus dijadikan “sedikit lebih rendah daripada para malaikat” (Mzm 8:5; …a little lower than the angels – TB: Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah) untuk menjadi perantara yang sempurna antara Allah dan ciptaan. Meskipun Kristus adalah Pribadi Ilahi, namun Dia mengambil kodrat manusia dan mempersatukan kodrat manusia ini dengan keilahian-Nya (tanpa mencampurkan atau mengacaukan keduanya).1 Hierarki penebusan ilahi mengalir dari inkarnasi Kristus karena semua ciptaan diserahkan / ditundukkan kepada-Nya.

Keimamatan Anak Sulung sebelum Hukum Musa

Sebelum Tuhan memberikan Hukum kepada Musa di Gunung Sinai, ayah dari keluarga memegang jabatan imam. Sang ayah menyerahkan imamatnya kepada putra sulungnya melalui berkat. St. Thomas Aquinas memandang “imamat anak sulung” (primogeniture priesthood) dari putra yang sulung ini sebagai sebuah institusi yang ditetapkan dalam hukum alam (natural law).2 Thomas menulis bahwa hukum alam menuntun manusia untuk memahami gagasan “kebapakan” tentang imamat ini. Ayah dari sebuah keluarga menerima tanggung jawab alami untuk mengajar keluarganya dan membuat pendamaian atas dosa-dosa istri dan anak-anaknya. Putra sulung secara alami menjadi pewaris utama dan kepala agama dari keluarga besar. Dia mengambil tempat ayahnya sebagai mediator dan hakim untuk adat kebiasaan agama dan hukum keluarganya.

Kita melihat beberapa contoh dari imamat paternal (paternal priesthood) ini dalam kitab Kejadian. Nuh mempersembahkan korban darah (Kej 8:20) atas nama keluarganya. Demikian pula, Abraham dan Yakub mempersembahkan korban darah (Kej 15:9; 22:1-13; 31:54). Ishak mempersembahkan tubuhnya sendiri sebagai korban (Kej 22). Kisah tentang Yakub yang memperdaya saudara laki-lakinya demi berkat dari ayah mereka yang sedang sekarat adalah kisah tentang bagaimana Yakub menerima berkat-berkat perjanjian dan “penahbisan” (ordination) kebapakan dari Ishak ayahnya (bdk. Kej 27). Contoh paling mencolok dari imamat dari bapak keluarga (paternal priesthood) ditemukan dalam kisah tentang Ayub:

Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: “Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.” Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa (Ay 1:5).

Kebapakan Ayub terikat dengan imamatnya. Sang ayah memegang otoritas spiritual keluarganya. Maka, kebiasaan Katolik menyebut para imam “bapa” berasal dari hubungan kuno dan alami antara mediasi imamat dan kebapakan alami.3

Imamat Lewi dalam Hukum Musa

Ketika Tuhan membawa Israel keluar dari Mesir, Dia menyatakan bangsa itu sebagai “anak-Ku yang sulung” (Kel 4:22, 36:12[?]) di antara bangsa-bangsa. Sama seperti putra sulung menjadi perantara warisan ayahnya kepada saudara-saudaranya, demikian pula Israel menjadi perantara warisan Allah kepada bangsa-bangsa. Inilah sebabnya Tuhan berkata tentang mereka: “Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam” (Kel 19:5-6).

Tak lama setelah orang Israel menerima status imam ini, mereka meninggalkan panggilan ilahi mereka dengan menyembah anak lembu emas. Musa menghancurkan loh yang bertuliskan Sepuluh Perintah, dan orang Lewi menghukum para penyembah berhala dalam tindakan semangat demi Tuhan. Sebagai imbalannya, Tuhan mengganjari pengabdian yang teguh dari suku Lewi dengan menggantikan keimamatan anak sulung kepada orang Lewi. Musa secara resmi mengawasi pergantian yang menyedihkan ini. Orang Israel kehilangan status mereka sebagai imam, dan orang Lewi menjadi satu-satunya imam yang diakui bagi umat Allah. Oleh karena itu, imamat kebapakan dari putra sulung Israel dipindahkan ke orang Lewi saja (Bil 3:5-51; 8:15-19). Ini memulai imamat Lewi yang menjadi ciri seluruh Perjanjian Lama sampai kematian Kristus.

Hierarki klerikal orang Lewi ada tiga. Pertama adalah imam besar, Harun adalah yang pertama. Kedua, di bawah imam besar adalah keturunan Harun — para imam. Ketiga, semua orang Lewi yang bukan keturunan Harun. Orang Lewi pada umumnya melayani sebagai asisten para imam.

Kohen Gadol (“Imam Besar”) yang pertama adalah Harun, saudara laki-laki Musa; namun, dia jarang disebut sebagai imam besar. Kitab Suci hanya menggambarkannya sebagai Ha-Kohen (“imam” Bil 3:6). Imam besar juga disebut:

imam agung (Im 21:10; imam terbesar – great priest)
imam kepala (2 Rj 25:18 – head priest)
imam yang diurapi (Im 4:3 – anointed priest)
imam besar secara konsisten dalam Perjanjian baru4

Tuhan memerintahkan Musa untuk menguduskan Harun dan anak-anaknya sebagai imam dengan Harun sebagai pemimpin mereka:

Engkau harus menyuruh abangmu Harun bersama-sama dengan anak-anaknya datang kepadamu, dari tengah-tengah orang Israel, untuk memegang jabatan imam bagi-Ku–Harun dan anak-anak Harun, yakni Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar. Haruslah engkau membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, sebagai perhiasan kemuliaan (Kel 28:1-2).

Pentahbisan imam besar terdiri dari pengurapannya dengan minyak (Im 8:12). Mzm 133 menggambarkan pengurapan Harun sebagai minyak wangi yang mengalir dari rambutnya, ke janggutnya, dan ke jubahnya, sampai ke jahitan di pergelangan kakinya (cat: Mzm 133:2 Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya [TB]. Terjemahan Inggris [KJV misalnya] – [It is] like the precious oil upon the head, Running down on the beard, The beard of Aaron, Running down on the edge of his garments). Minyak suci aromatik ini terdiri dari mur, kayu manis, tebu, cassia (kayu teja), dan minyak zaitun (Kel 30:23-25).5

Jabatan imam besar diturunkan dari Harun kepada putra sulungnya dan seterusnya — sehingga tetap berada dalam keluarga Harun (Im 6:22). Jika imam besar tidak memiliki anak laki-laki, maka jabatan tersebut beralih ke kakak laki-laki tertua berikutnya.6

Imam besar adalah satu-satunya imam yang diizinkan masuk ke Ruang Maha Kudus, dan ini hanya sekali setahun pada Yom Kippur (Day of Atonement – “Hari Pendamaian”). Itu adalah tugas imam besar yang paling mulia dan luar biasa. Itu juga merupakan tugasnya yang paling berbahaya. Nyatanya, para imam lain akan mengikatkan tali di pergelangan kakinya sehingga jika dia meninggal di hadirat Tuhan, dia dapat ditarik keluar dari Ruang Maha Kudus tanpa ada orang lain yang pergi ke tempat suci untuk mengambil jenazahnya. Imam-imam ini tahu bahwa hanya imam besar yang dapat melihat Tabut Perjanjian sementara dia mengadakan pendamaian bagi dosa seluruh Israel.

Setelah penawanan Babilonia pada abad ke-6 SM jabatan imam besar menjadi pion dalam manuver politik otoritas sipil. Imam besar biasanya menerima “pengangkatan” dari seorang hakim non-Yahudi — jauh dari apa yang Tuhan maksudkan.

Para imam Perjanjian Lama ditahbiskan dengan cara yang sama seperti putra Harun (Kel 40:12-14; Im 8:1-36). Kaum laki-laki tidak dipanggil kepada imamat, mereka dilahirkan ke dalam imamat. Para imam hanyalah “keturunan Harun” (Im 21:21). Tidak masalah apakah keturunan Harun saleh atau tidak – dia akan menjadi imam dengan hak kesulungan. Imamat itu benar -benar turun temurun.

Seorang laki-laki keturunan Harun (Aaronite) mulai bertugas sebagai imam pada usia dua puluh tahun dan “dinonaktifkan” pada usia lima puluh tahun (2 Taw 31:17, mungkin maksudnya juga Bil 8:25 [?]). Saat menjabat, seorang imam melakukan mandi tevilah pemurnian (Kel 29:4; 40:12), diurapi dengan minyak (Kel 29:21; Im 8:30), dan mengenakan jubah suci. Kesejajaran yang jelas antara pentahbisan Perjanjian Lama dan ritus baptisan Katolik menjadi jelas. Keduanya meliputi pembasuhan, pengurapan, dan pakaian putih. Jika anak laki-laki Harun memiliki cacat tubuh, dia dilarang menjadi imam. Sepuluh syarat berikut ini merupakan halangan fisik untuk menjadi imam (Im 21:18-20):

Orang buta atau katarak
Timpang
Cacat muka
Tungkai yang tidak proporsional
Patah / cacat kakinya atau tangannya
Bungkuk / berbongkol atau kerdil
Berkedal / berkurap
Rusak buah pelirnya

Hukum itu juga mengharuskan seorang imam keturunan Harun menikahi seorang perawan Yahudi — ia tidak boleh menikahi seorang wanita yang diceraikan atau seorang bukan Yahudi (Im 21:7). Para imam keturunan Harun tidak melayani Bait Suci secara penuh, tetapi hanya pada waktu yang ditentukan sepanjang tahun. Harun memiliki dua puluh empat cucu dan keimamatan Harun dibagi menjadi dua puluh empat rombongan (1 Taw 24:1-19). Dua puluh empat rrombongan imam melayani di Bait Suci dalam siklus mingguan. Ini berarti bahwa setiap rombongan akan melayani di Bait Suci setidaknya selama dua minggu setiap tahun. Semua dua puluh empat rombongan ini akan hadir pada hari-hari raya besar. Kita melihat contoh sistem ini bekerja dalam catatan Lukas tentang dikandungnya dan dilahirkannya Yohanes Pembaptis. Imam Zakharia melayani di Bait Suci menurut rombongan imamnya:

Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan. Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ (Luk 1:5, 8-9).

Saat bertugas, para imam keturunan Harun tidak diperbolehkan melakukan hubungan seksual dengan istri mereka, juga tidak diperbolehkan minum alkohol. Selain itu, kenajisan upacara apa pun membuat orang Lewi, Imam, atau Imam Besar mana pun tidak dapat bertugas di Bait Suci. Tuhan menuntut kemurnian mutlak dari para imamnya karena mereka memegang standar kekudusan untuk semua umat Tuhan. Daftar alkitabiah tentang tugas-tugas suci mereka mengungkapkan bahwa para imam terlibat dalam hal-hal religius dan praktis:

1. Mempersembahkan korban harian dan ukupan (Kel 29:38; Kel 30:7)
2. Memeriksa penderita kusta, apakah mereka tahir atau najis (Im 13-14; Ul 24:8; bdk. Mat 8:4)
3. Memelihara api di mezbah untuk korban bakaran (Im 6:9)
4. Mengajarkan Hukum Musa kepada orang Israel (Im 10:11; Ul 33:10)
5. Mengganti Roti Sajian di atas meja emas (Im 24:9)
6. Memperbarui minyak di menorah emas (Im 24:2)
7. Menakar semua persembahan yang dinazarkan di tabernakel (Im 27)
8. Menyiapkan air kutukan untuk para istri yang dicurigai berzina (Bil 5:12-31)
9. Mempersembahkan korban bagi mereka yang melanggar hukum orang Nazir (Bil 6:1-21; lih. BAB IX mengenai Nazir Yahudi)
10. Meniup terompet pada hari-hari suci (Bil 10:2)
11. Mendamaikan perkara hukum (Ul 17:8; 19:17; 21:5)
12. Memelihara Kitab Hukum (Ul 17:18)

Imam Besar mengawasi pelayanan para imam Harun dan berfungsi seperti Uskup bagi seluruh Israel. Para imam Harun juga dibantu oleh kaum Lewi, yang berfungsi seperti Diakon-diakon.

Kaum Lewi, para imam, dan imam besar menerima penghasilan mereka dari persepuluhan dan buah sulung. Mereka juga memiliki hak atas daging yang tersisa dari pengorbanan, serta kulit hewan (Im 27; Bil 8:14). Mereka adalah kelas / golongan berpendidikan terbaik di Israel dan dihormati orang-orang. Para nabi sering menegur mereka karena meninggalkan panggilan mereka kepada kekudusan (bdk. Yer 5:31; Yeh 22:26; Hos 6:9; Mi 3:11; Mal 1:7).

Orang-orang Lewi dan para imam berhenti berfungsi ketika orang-orang Romawi menghancurkan bait suci di Yerusalem pada tahun 70 A.S., sebuah peristiwa yang diprediksi oleh Yesus Kristus dalam Matius bab dua puluh empat:

Ia berkata kepada mereka: “Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan…Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi” (Mat 24:2; 34).

Perlu dicatat bahwa “para rabi” bukanlah imam dalam arti kata Perjanjian Lama. Mereka hanyalah scholars (sarjana, cendekiawan). Dalam Yudaisme kontemporer, rabi berfungsi dalam peran pastoral, tetapi mereka bukan imam.

Kristus Sang Imam Besar … halaman berikut


1  Konsili ekumenis Kalsedon (A.D. 451).

2  St. Thomas Aquinas, Summa theologiae II-II, q. 87, a. 1, ad 3.

3  Baca juga Memanggil Para Imam “Bapa”, Jangan Memanggil Seorang pun “Bapa”, Memanggil Para Imam Dengan “Bapa”, Jangan Memanggil Seorang pun Bapamu.

4  Penggunaan dalam Perjanjian Baru berasal dari terminologi Yunani yang ditemukan dalam terjemahan Yunani Perjanjian Lama (Septuaginta): archiereus, hiereus ho protos, dan hiereus ho megas (Im 4:3).

5  Josephus, Antiquities 3, 8.

6  Namun, pada zaman Eli, imam besar diteruskan ke cabang keluarga Itamar. Namun demikian, Raja Salomo menggulingkan Abyatar dan menunjuk Zadok, keturunan Eleazar, sebagai gantinya (1 Rj 2:35; 1 Taw 24:2-3).

Leave a comment