1. Petrus: Uskup Roma?

Dari Pinggiran ke Pusat Dunia Romawi

Sekitar satu mil di luar tembok kuno kota Roma terdapat sebuah kapel kecil di Via Appia (Appian Way), jalan Romawi kuno. Nama kapelnya adalah Quo Vadis, ungkapan Latin yang berarti Kemana engkau pergi? Legenda yang tercantum pada kapel pertama kali dicatat dalam apokrif Kisah Petrus (Acts of Peter) pada akhir abad kedua. Menurut legenda, Petrus, karena takut akan nyawanya di tahun 64 selama penganiayaan Nero, melarikan diri dari Roma. Saat dia berlari di Via Appia (Jalan Appian) dia bertemu dengan seorang pria yang sedang berjalan menuju kota yang dia kenali sebagai Tuhan. “Mau kemana?” tanya Petrus. “Ke Roma, untuk disalibkan lagi.” Dengan itu Petrus menyadari bahwa tugasnya adalah kembali ke Roma dan tinggal bersama kawanannya selama masa sulit ini, yang mungkin berarti mati sebagai konsekuensinya. Legenda itu sebenarnya tidak memiliki dasar, tetapi menimbulkan pertanyaan penting: apakah Petrus benar-benar datang ke Roma dan mati syahid di sana? Saya ulangi: seluruh sejarah kepausan selanjutnya bergantung pada jawaban afirmatif atas pertanyaan tersebut (lihat gbr. 1.1).

LAMPIRAN B: TANGGAL EMPAT KERAJAAN DANIEL

Kota Abadi

Pada dasarnya ada dua perspektif yang berbeda sehubungan dengan penanggalan Kitab Daniel: abad ke-6 SM., dan abad ke-2 SM. Menurut tradisi, kitab Daniel adalah sebuah karya kenabian yang disusun berdasarkan namanya tidak lama setelah penawanan Babilonia pada abad ke-6 SM. Dalam Alkitab Kristen, kitab Daniel adalah yang keempat dari “nabi-nabi besar” (major prophets) setelah Yesaya, Yeremia, dan Yehezkiel. Namun, dalam Alkitab Ibrani, kitab Daniel tidak dikumpulkan di antara Neviim (“Para Nabi”) tetapi di antara Ketuvim (“Tulisan”), setelah Ester dan sebelum Ezra. Alasannya adalah karena kitab Daniel tidak mencapai bentuk finalnya sampai setelah bagian dari Neviim (“Para Nabi”) diselesaikan dan “ditutup”.1

8. ROMA MENGHANCURKAN YERUSALEM

Kota Abadi

Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”

– Tuhan kita Yesus Kristus
St. Luk 19:41-44


Tanda binatang (Mark of the Beast) adalah sebuah konsep yang telah memesona baik orang Kristen maupun non-Kristen. Berbagai “pakar akhir zaman” telah berspekulasi tentang Tanda Binatang dan berbagai saran telah dibuat tentang apa itu: bar code yang ditemukan pada setiap item di toko bahan makanan, kartu kredit, uang fiat (fiat money), tato di dahi dan tangan, atau microchip yang ditanamkan di wajah dan tangan. Siapa pun yang memiliki pemahaman mendalam tentang sejarah dan simbol-simbol zaman kuno akan tahu bahwa pendapat-pendapat ini tidak hanya tidak mungkin, tetapi juga mungkin kehilangan maksud teologis dari Kitab Suci. Seperti dibahas dalam buku sebelumnya The Crucified Rabbi, ini adalah satu lagi alasan mengapa pengetahuan tentang Perjanjian Lama sangat penting untuk memahami Kitab Suci dan Katolikisme. “Tanda” di dahi mengingatkan kembali pada nubuatan Yehezkiel bahwa umat Allah akan ditandai di dahi dengan huruf Ibrani kuno “tau / tav” yang selaras dengan huruf “T” kita. Ini adalah nubuatan bahwa umat beriman dalam Perjanjian Baru akan ditandatangani dengan salib (ditandai dengan huruf T) di kepalanya, seperti yang terjadi pada saat pembaptisan dan penguatan.1

11. Paulus Tentang Persekutuan Para Kudus

Perspektif Katolik Tentang Paulus

… bagaikan awan yang mengelilingi kita…
Ibr 12:1

Persekutuan Mistik Yang Manis

Banyak orang mengenal himne indah yang ditulis pada tahun 1866 oleh Samuel John Stone berjudul “Satu Fondasi Gereja” (The Church’s One Foundation). Ayat terakhir berbunyi demikian:

III. Melanjutkan Ketaatan Kristen pada Tradisi Yahudi (Farisi) dan Hukum Musa

100 Argumen Alkitabiah Melawan Sola Scriptura

Argumen analogis yang lebih luas dan agak penting yang diilustrasikan oleh semua sub-argumen atau potongan-potongan bukti berikut dalam bagian ini dengan kekuatan kumulatif adalah sebagai berikut: Dengan sepenuhnya menerima Hukum Yahudi dan berbagai tradisi Yahudi, Yesus dan para rasul menerima gagasan tentang, pertama, sebuah Tradisi yang mengikat dan diterima secara terus-menerus yang secara organik berkembang menjadi tradisi apostolik Kristen berikutnya dan, kedua, paradigma otoritas Yahudi, yang dengan sendirinya selalu menganut Tradisi lisan (oral) maupun tertulis.

II. Tradisi Lisan dan Deuterokanonika

100 Argumen Alkitabiah Melawan Sola Scriptura

13. Perjanjian Baru mengutip tradisi-tradisi yang tidak dijabarkan dalam Perjanjian Lama

Banyak orang Protestan hanya berasumsi tanpa argumen bahwa segala sesuatu yang berotoritas pasti ada di dalam Alkitab. Namun, dalam Perjanjian Baru kita membaca kutipan-kutipan otoritatif dari tradisi-tradisi tak tertulis.

BAB 16. Teks-teks Apokrif dan Heretik

Misa Umat Kristen Mula-mula

Kitab-kitab Gereja mula-mula mencakup apa yang disebut Yustinus sebagai “riwayat para rasul” (memoirs of the apostles) : Injil-injil, Kisah Para Rasul, dan surat-surat dari orang-orang yang dipilih Yesus. Ini adalah buku-buku yang dikanonisasi, atau disetujui untuk digunakan dalam liturgi.

Pelajaran 6 : Ratu yang Diangkat ke dalam Surga

Ratu Suci : Bunda Allah menurut Firman Allah

Tujuan pelajaran

Untuk memahami dasar alkitabiah Dogma [Maria] Diangkat ke Surga.
Untuk memahami simbol mendalam Perjanjian Lama dan gambaran dalam Wahyu 12, dan hubungannya dengan iman Katolik tentang Maria.
Untuk memahami bagaimana gambaran alkitabiah tentang Maria direfleksikan dan ditafsirkan dalam liturgi Gereja.