30. Otoritas Paus

Gereja dan Paus

Para Bapa Gereja mengakui bahwa para penerus Petrus berbagi otoritas atau keunggulannya yang istimewa. Dalam berbagai cara, para Bapa membuktikan fakta bahwa gereja Roma adalah pusat, gereja yang otoritatif. Mereka mengandalkan Roma dalam meminta nasihat, untuk mediasi dalam perselisihan, dan untuk bimbingan sehubungan dengan masalah-masalah doktrinal. Mereka mencatat, seperti yang dilakukan St. Ignatius dari Antiokhia, bahwa Roma memegang “kepemimpinan” (presidency) di antara gereja-gereja lain, dan bahwa, seperti yang dijelaskan St. Irenaeus dari Lyons, “karena asalnya yang unggul, semua gereja harus setuju” dengan Roma. Para bapa Gereja juga dengan gamblang pada fakta bahwa persekutuan dengan Roma dan uskup Romalah yang menyebabkan seseorang berada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik. Ini menunjukkan pengakuan bahwa, seperti yang dikatakan St. Siprianus dari Kartago, Roma adalah “gereja utama, di mana kesatuan keimamatan memiliki sumbernya.”

2. Uskup Roma Memiliki Otoritas Unik

Mengapa Itu Ada Dalam Tradisi?

Ada banyak contoh dari para Bapa Gereja mula-mula yang dapat kita gunakan untuk menunjukkan bahwa paus memiliki keutamaan otoritas yang khusus dalam Gereja, otoritas yang dengan segera diterima, bahkan kadang-kadang dengan begitu semangatnya dipertahankan, oleh para uskup dari keuskupan lain. Salah satu contoh yang sangat mencolok dari seorang uskup Roma mula-mula yang mempraktekkan keutamaan yurisdiksi ini adalah pada masa kepemimpinan Paus Victor I. Pada tahun 190, ia berusaha untuk mengakhiri kontroversi antara Katolik Timur dan Barat mengenai pertanyaan kapan harus merayakan Paskah.1