6. Jerome dan Deuterokanonika

Setelah Perjanjian Baru

Salah satu dari orang-orang itu adalah St. Jerome (ca. 347–420). Namun, sikapnya ambigu dan mungkin telah berubah seiring waktu. Saat memperlajari menerjemahkan bahasa Ibrani, Jerome berhubungan dengan orang Yahudi non-Kristen yang merupakan keturunan intelektual orang Farisi dan, oleh karena itu, menolak deuterokanonika.

2. Ecclesial Deism

Ecclesial Deism

Maksud saya dalam mempertimbangkan contoh Mohler adalah untuk tidak memilih Mohler atau kaum Baptis. Dilema khusus ini tidak unik bagi orang Baptis; ini datang dari sifat asali Protestan, karena Protestantisme, seperti Mormonisme, mengandaikan apa yang saya anggap sebagai ecclesial deisme. Deisme mengacu pada kepercayaan bahwa Tuhan menciptakan dunia, dan kemudian membiarkannya berjalan sendiri. Kadang-kadang dibandingkan seperti “pembuat jam” yang memutar jam dan kemudian “membiarkannya berjalan.” Deisme berbeda dari teisme di mana teisme menegaskan tidak hanya bahwa Allah menciptakan dunia, tetapi juga bahwa Allah terus menopang dan mengatur semua ciptaan. Ecclesial deisme adalah gagasan bahwa Kristus mendirikan Gereja-Nya, tetapi kemudian mengundurkan diri, tidak lagi melindungi Magisterium Gereja-Nya (yakni, Para Rasul dan / atau penerus mereka dalam tugas pengajaran Gereja) agar tidak jatuh ke dalam bidat atau kemurtadan. Ecclesial deisme bukanlah suatu kepercayaan bahwa anggota individu Magisterium dapat jatuh ke dalam bidat atau kemurtadan. [Tapi bahkan] Suatu kepercayaan bahwa Magisterium itu sendiri dapat kehilangan atau merusak beberapa hal penting dari perbendaharaan iman, atau menambahkan sesuatu pada perbendaharaan iman, sebagaimana menurut Protestan, diduga terjadi pada konsili ekumenis kelima, keenam, dan ketujuh.

1. Sebuah Dilema

Ecclesial Deism

Beberapa minggu setelah saya lulus dari seminari, beberapa misionaris Mormon datang ke rumah kami. Istri saya mengundang mereka masuk, dan kami mulai bercakap-cakap. Tapi baru saja kita mulai masuk ke pertanyaan-pertanyaan penting, waktu sudah habis. Jadi, kita sepakat untuk bertemu kembali minggu depan. Akhirnya mereka datang tiap minggu sepanjang musim panas. Karena saya baru saja menyelesaikan 4 tahun pelatihan teologi Kitab Suci, Bahasa Yunani dan Ibrani, saya merasa sangat percaya diri kalau saya dapat membujuk para remaja misionaris ini dengan argumen-argumen eksegese dari Kitab Suci yang menunjukkan kalau Mormonisme itu adalah salah dan Kitab Suci, seperti yang kami mengerti, adalah benar.

ABAD V

sejarah Gereja

Sebagaimana di abad ke-4, di abad ke-5 juga muncul paham-paham sesat yang mengguncang Gereja yang bahkan sampai menimbulkan perpecahan atau skisma. Konsili lokal maupun eukumenis harus diadakan untuk mencegah berkembangnya paham-paham itu.

ABAD IV

sejarah Gereja

Abad ke-4 tercatat sebagai periode terpenting dalam perjalanan sejarah Gereja setelah abad pertama. Beberapa kejadian penting di abad ini akan mempengaruhi perjalanan Gereja selanjutnya bahkan hingga saat ini.

17. Keilahian Kristus

Tuhan

Kesalahan lain mengenai Trinitas muncul pada tahun 300-an, ketika seorang imam bernama Arius menyatakan bahwa Yesus sebenarnya bukan Tuhan tetapi adalah makhluk ciptaan — yang pertama dari semua makhluk ciptaan. Kontroversi selanjutnya mengarah pada konsili ekumenis pertama — Nicaea I pada tahun 325 — yang secara definitif mengajarkan bahwa Kristus adalah Allah dan yang menulis dua bagian pertama Pengakuan Iman Nicea.

15. Trinitas

Tuhan

Fakta bahwa hanya ada satu Allah ditekankan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama (lih. bab 22), tetapi ketika Yesus datang, Dia mengungkapkan kepada kita lebih banyak tentang kehidupan Allah, khususnya bahwa Allah yang esa ada (exist) sebagai tiga Pribadi ilahi — Bapa, Putra, dan Roh Kudus.1

10. Kenalilah Konsili-konsilimu

ad fontes

Bagian ini memberikan deskripsi singkat tentang berbagai konsili dan sinode yang dikutip dalam karya ini.1

Kebanyakan konsili bersifat “regional”. Konsili-konsili ini mengumpulkan para uskup dari wilayah tertentu dan menghasilkan keputusan-keputusan yang mengikat hanya di wilayah itu.

Beberapa konsili bersifat “ekumenis”. Konsili-konsili ini berusaha untuk mengumpulkan sejumlah besar uskup dari jangkauan yang lebih luas dari dunia Kristen. Dengan persetujuan paus, keputusan konsili-konsili ini mengikat bagi seluruh Gereja.

9. Kenali Bapa-bapamu

ad fontes

Seruan “Ad fontes!” (Lat. “[kembali] ke sumber!”) telah digunakan dalam berbagai konteks di zaman Renaisans, Reformasi, dan oleh tokoh-tokoh Katolik seperti Erasmus dari Rotterdam.

8. Afrika Utara

Dunia para Bapa

Meskipun kita tidak menganggap Afrika Utara sebagai tempat Kristen hari ini, namun demikianlah jauh sebelum penaklukan Muslim tahun 600-an.