6. Jerome dan Deuterokanonika

Setelah Perjanjian Baru

Salah satu dari orang-orang itu adalah St. Jerome (ca. 347–420). Namun, sikapnya ambigu dan mungkin telah berubah seiring waktu. Saat memperlajari menerjemahkan bahasa Ibrani, Jerome berhubungan dengan orang Yahudi non-Kristen yang merupakan keturunan intelektual orang Farisi dan, oleh karena itu, menolak deuterokanonika.

Di bawah pengaruh ini, dia meragukan kanonisitas deuterokanonika. Hal ini ditunjukkan dalam prolognya untuk Vulgata, di mana dia mengatakan beberapa kitab-kitab tertentu tidak kanonik (misalnya, dia mengatakan tentang Kebijaksanaan [Salomo], Sirakh, Yudit, dan Tobit dalam prolog Raja-raja). Dalam kasus lain, dia mengatakan sebuah kitab tidak dibaca di antara orang Yahudi yang berbahasa Ibrani tetapi tidak secara jelas menyatakan pandangannya sendiri (misalnya, dia mengatakan tentang Barukh dalam prolog Yeremia).

Namun demikian, Jerome menunjukkan rasa hormat terhadap keputusan Gereja. Dalam prolog Yudit, dia memberi tahu penyokongnya (his patrons) bahwa “karena kitab ini berdasakan Konsili Nicea [tahun 325 M] telah dihitung di antara kitab suci, saya telah menyetujui (acquiesced; menyetujui tanpa bantahan) permintaan Anda (atau haruskah saya katakan menuntut!)” untuk menerjemahkannya.1 Ini menarik karena kita hanya memiliki sebagian catatan tentang [Konsili] Nicea I, dan sebaliknya kita tidak tahu apa yang dikatakan konsili ekumenis ini mengenai kanon.

Rasa hormat Jerome kepada Gereja juga diilustrasikan oleh pembelaannya terhadap bagian deuterokanonika dari Daniel. Dia menulis: “Dosa apa yang telah saya lakukan dalam mengikuti pertimbangan gereja?”.2 Di tempat yang sama, dia menyatakan bahwa apa yang dia katakan tentang Daniel dalam prolognya adalah apa yang dikatakan orang Yahudi non-Kristen tetapi itu bukan pandangannya sendiri. Ini kiranya menunjukkan bahwa Jerome berubah pikiran atau bahwa laporannya tentang pandangan Yahudi tidak menunjukkan pendapatnya sendiri.

Rasa hormat Jerome kepada Gereja benar. Bimbingan Roh Kudus diberikan kepada Gereja secara keseluruhan. Tidak seorang pun Bapa Gereja, betapapun terkemukanya dia, yang dapat menetapkan kanon Kitab Suci, dan mengenai hal ini Jerome adalah minoritas.

Terlepas dari sikapnya yang ambigu terhadap deuterokanonika, Jerome mempersembahkan sebuah pelayanan yang sangat berharga bagi Gereja.


1  “because this book is found by the Nicene Council [of A.D. 325] to have been counted among the number of the sacred scriptures, I have acquiesced to your request (or should I say demand!)” to translate it.

2  “What sin have I committed in following the judgment of the churches?”, Against Rufinus 2:33.


Leave a comment