6.2. Argumen-argumen Historis menentang Kepausan

Kepausan

Beberapa kritikus mengklaim bahwa para uskup Roma yang sederhana tidak akan terlihat seperti para paus modern yang bergerak melalui kerumunan orang via “mobil paus”. Di satu sisi itu benar, tetapi gereja-gereja rumah mula-mula yang sederhana tidak akan juga terlihat seperti “gereja-gereja megah” Protestan modern. Karena itu tidak menyangkal teologi Evangelikal, perubahan-perubahan dalam adat-kebiasaan kepausan juga tidak menyangkal teologi Katolik. Dalam arti lain, para paus awal didekati oleh kerumunan orang, dan, dalam kasus Petrus, beberapa dari kerumunan orang seperti ini berharap bayangannya akan mengenai mereka sehingga mereka dapat disembuhkan dari sakit mereka (Kis 5:15); jadi ada preseden sejarah untuk sanjungan yang sering diterima paus saat ini.

Para kritikus lain, seperti Geisler dan MacKenzie, mengklaim bahwa adanya banyak penuntut (penggugat) kepausan (atau anti-paus) adalah bukti yang bertentangan dengan doktrin kepausan. Mereka menulis, “Bagaimana bisa ada dua paus yang infalibel dan beroposisi pada saat yang sama?”1 Tapi ini adalah a straw man dari posisi Katolik. Umat Katolik tidak berpendapat bahwa pernah ada dua paus yang sah sekaligus, apalagi keduanya infalibel. Sebaliknya, ada kejadian langka dalam sejarah Gereja ketika, setelah pemilihan satu paus, individu lain mulai secara salah mengaku sebagai paus dan mampu menarik banyak pengikut.2 Tetapi sama seperti keberadaan Kitab Suci yang dipalsukan atau tiruan tidak menyangkal keberadaan firman Allah yang diilhami, keberadaan “para pemalsu kepausan” tidak menyangkal asal-usul ilahi dari jabatan kepausan.

Para apologis lain berusaha untuk menyangkal kepausan dengan mengutip contoh-contoh sejarah spesifik dari para Bapa [Gereja] yang tampaknya menyangkal otoritas paus. Menurut William Webster, “Tidak ada bapa yang menyangkal bahwa Petrus memiliki keutamaan atau [menyangkal] bahwa ada sebuah suksesi Petrine”. Webster memenuhi syarat pengakuan ini, akan tetapi mengatakan bahwa “masalahnya adalah bagaimana para bapa menafsirkan konsep-konsep itu. Mereka sama sekali tidak berpegang pada pandangan Katolik Roma abad-abad kemudian bahwa keutamaan dan suksesi ‘secara eksklusif’ terkait dengan para uskup Roma”.3 Sebagai contoh, Webster berkata, ” ‘Kursi Petrus adalah istilah yang berlaku untuk semua uskup tidak peduli apa pun Tahta mereka dan semua adalah penerus Petrus”.4 Dengan kata lain, klaim persatuan (unity) oleh Siprianus yang berasal dari kursi Petrus merujuk kepada para uskup secara keseluruhan, dan bukan kepada paus secara khusus. Webster kemudian berkata tentang Siprianus:

Pandangannya serupa dengan Augustinus dalam mempertahankan bahwa Petrus adalah sebuah simbol dari prinsip persatuan. Seluruh keuskupan, menurut Siprianus, adalah dasar Gereja. . . Semua uskup membentuk Gereja dan memerintah wilayah tanggung jawab masing-masing sebagai rekan sederajat.5

Tetapi sementara Siprianus keberatan dengan beberapa aspek otoritas Roma, tidak akurat untuk mengatakan bahwa dia percaya semua uskup memiliki otoritas yang sama. Siprianus mendesak Paus Stefanus untuk mengekskomunikasi Marcianus dari Arles yang sesat meskipun orang itu tinggal di Galia, yang memiliki uskupnya sendiri. Ketika Stefanus mengancam Siprianus dengan pengucilan, Siprianus tidak menyangkal bahwa paus memiliki otoritas untuk membuat hukuman seperti itu. Afanassief, yang menolak pandangan Katolik tentang kepausan, memberikan ringkasan yang lebih akurat tentang pandangan Siprianus tentang keutamaan Roma:

Menurut Siprianus, setiap uskup menempati takhta Petrus (Uskup Roma antara lain), tetapi Tahta Petrus adalah takhta Petrus yang par excellence. Uskup Roma adalah ahli waris langsung Petrus, sedangkan yang lain adalah ahli waris hanya secara tidak langsung, dan kadang-kadang hanya dengan perantaraan Roma. Karenanya desakan Siprianus bahwa Gereja Roma adalah akar dan matriks Gereja Katolik.6

Calvin juga percaya Siprianus mengajarkan bahwa “keuskupan Kristus saja yang universal”, tetapi ia menambahkan klaim lebih lanjut bahwa Paus Gregorius Agung “jijik dengan nama uskup universal sebagai profan, menghujat, dan pelopor anti-Kristus”.7 Geisler dan MacKenzie juga mengklaim bahwa Gregorius mengatakan ini dan menyatakan bahwa setiap klaim sebagai uskup universal membawa “kerusakan gereja, dan bahkan mungkin pekerjaan Antikristus”.8

Apa yang dimaksud oleh para apologis ini adalah perselisihan Paus Gregorius Agung dengan John the Faster, patriark Konstantinopel (Johanes IV dari Konstantinopel…red), yang menggunakan gelar “uskup universal” yang terakhir. Dalam mengutuk gelar “uskup universal”, Gregorius tidak menyangkal bahwa satu uskup memiliki keunggulan di atas yang lainnya. Dalam suratnya yang kedua belas Gregorius secara eksplisit mengatakan Konstantinopel tunduk pada otoritas paus.9

Malahan, Gregorius menyangkal bahwa paus atau uskup mana pun yang melayani wilayah metropolitan (seperti seorang patriark di Timur) adalah uskup dari setiap wilayah individual (individual territory) dan para uskup di bawah otoritasnya hanyalah wakil-wakil yang bertindak atas namanya. Pandangan seperti itu akan merampas otoritas sah sesama uskup, meskipun mereka tetap tunduk pada Gregorius karena dia adalah penerus Petrus. Seperti yang dikatakan Gregorius dalam suratnya yang kedua puluh satu, “Mengenai apa yang mereka katakan tentang Gereja Kristus, siapa yang meragukan bahwa ia tunduk pada Takhta Apostolik?”10 J. N. D. Kelly dengan tepat menyimpulkan bahwa “Gregorius berargumen bahwa amanat St. Petrus [misalnya, dalam Mat 16:18-19] membuat semua gereja, termasuk Konstantinopel, tunduk kepada Roma”.11


1  “How can there be two infallible and opposing popes at the same time?”, Norman L. Geisler dan Ralph E. MacKenzie, Roman Catholics and Evangelicals: Agreements and Differences (Grand Rapids, MI: Baker Books, 1995), 217.

2  Geisler dan MacKenzie menyadari hal ini tetapi masih mengklaim bahwa ini hanyalah sebuah“solusi teoretis” karena “umat beriman tidak memiliki cara untuk mengetahui dengan pasti [paus] mana yang benar”, Ibid. Tapi hal itu mengasumsikan Kristus tidak mendirikan sebuah Gereja yang melaluinya orang percaya dapat mengetahui paus mana yang otentik dan mana yang tidak. Jika Geisler dan MacKenzie percaya bahwa Roh Kudus dapat membantu orang percaya mengetahui tulisan mana yang asli dan mana yang bukan, maka apa yang akan mencegah Roh Kudus membimbing Gereja dengan cara yang sama?

3  “No father denies that Peter had a primacy or that there is a Petrine succession”. . . “the issue is how the fathers interpreted those concepts. They simply did not hold to the Roman Catholic view of later centuries that primacy and succession were ‘exclusively’ related to the bishops of Rome”, William Webster, personal email dikutip dalam Ray, Upon This Rock, 13.

4  “ ‘The chair of Peter’ was a term that applied to all bishops no matter what See they were in and all were the successors of Peter”, Webster, Church of Rome at the Bar of History, 50.

5  “His view is similar to that of Augustine’s in maintaining that Peter is a symbol of the principle of unity. The entire episcopate, according to Cyprian, is the foundation of the Church. . . All of the bishops constitute the Church and rule over their individual areas of responsibility as co-equals”, Ibid., 49.

6  “According to Cyprian, every bishop occupies Peter’s throne (the Bishop of Rome among others), but the See of Peter is Peter’s throne par excellence. The Bishop of Rome is the direct heir of Peter, where as the others are heirs only indirectly, and sometimes only by the mediation of Rome. Hence Cyprian’s insistence that the Church of Rome is the root and matrix of the Catholic Church”, Nicholas Afanassieff, “The Church which Presides in Love”, 98.

7  “execrates the name of universal bishop as profane, nay, blasphemous, and the forerunner of the anti-Christ”, John Calvin, “Articles of Faith”, dalam Tracts and Treatises of John Calvin, vol. 1, terj. Henry Beveridge (Eugene, OR: Wipf and Stock, 2002), 112.

8  “the corruption of the church, and perhaps even the work of the Antichrist”, Geisler and MacKenzie, Roman Catholics and Evangelicals, 206.

9  Dikatakan, sebagian: “For as to what they say about the Church of Constantinople, who can doubt that it is subject to the Apostolic See, as both the most pious lord the emperor and our brother the bishop of that city continually acknowledge?”, St. Gregorius Agung, Registrum Epistolarum, book 9, letter 12.

10  “As to what they say of the Church of Christ, who doubts that it is subject to the Apostolic See?”, St. Gregorius Agung, Letters of Gregory 9.12.

11  “Gregory argued that St. Peter’s commission [e.g., in Matthew 16:18-19] made all churches, Constantinople included, subject to Rome”, Kelly, Dictionary of Popes, 64.


Baca juga : Keutamaan Petrus dan Pengganti-penggantinya, Gereja Perdana Tidak Mengakui Keutamaan Petrus, Uskup Roma Adalah Penerus Petrus, Uskup Roma Memiliki Otoritas Unik, Suksesi Apostolik, BAB I. Gereja dan Kepausan, Infalibilitas Kepausan, Petrus dan Kepausan.

Leave a comment