14. Terjemahan-terjemahan Baru Katolik

Setelah Perjanjian Baru

Sayangnya, kaum anti-Katolik belakangan salah mengartikan sikap Gereja terhadap Alkitab edisi anti-Katolik seolah-olah Gereja memusuhi Alkitab itu sendiri.

Kadang-kadang, klaim luar biasa dibuat — dan bahkan sampai hari ini kadang-kadang masih dibuat — bahwa Gereja Katolik “membenci” Alkitab dan melakukan semua yang bisa dilakukan untuk menekannya dengan mempertahankannya dalam bahasa Latin dan melarang orang membacanya dalam bahasa mereka sendiri.

7. Vulgata

Setelah Perjanjian Baru

Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani, yang merupakan bahasa internasional utama. Itu bahkan digunakan secara luas di Roma, di mana bahasa Latin adalah bahasa ibu. Seiring waktu, bahasa Latin menjadi lebih menonjol di beberapa bagian kekaisaran, dan ada kebutuhan untuk menerjemahkan Alkitab ke dalamnya.

4.2. Sejarah Kanon

kanon Perjanjian Baru

Kesaksian para Bapa apostolik paling awal menunjukkan bahwa mereka tidak hanya tidak memiliki kanon Kitab Suci yang tertutup (closed canon), tetapi mereka juga mengandalkan kesaksian lisan untuk melengkapi catatan tertulis ini. Papias, yang menulis pada tahun 125 M, mencari kesaksian dari mereka yang mengenal para rasul dan berkata, “Saya membayangkan bahwa apa yang akan didapat dari kitab-kitab tidak begitu menguntungkan bagi saya seperti apa yang datang dari suara yang hidup dan kekal”.1 Karya-karya abad pertama seperti Didache dan First Epistle of Clement tampaknya menggunakan Injil Matius, tetapi lebih sering mereka mendukung ajarab-ajaran mereka dengan kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama atau tradisi lisan.2

3.4. Bukti Kristen (50 — 100 M)

Kanon Perjanjian Lama

Contoh paling jelas dari perbedaan pemikiran di antara orang-orang Yahudi abad pertama tentang kanon adalah bahwa orang Saduki hanya menganggap Pentateukh sebagai yang berwibawa. Misalnya, orang Saduki menyangkal adanya kebangkitan di masa depan (Mrk 12:18; Kis 23:8) meskipun para nabi secara eksplisit berbicara tentang kebangkitan orang mati (Dan 12:2).1 Lee Martin McDonald berkata tentang orang Saduki, “Mengingat apa yang kita baca tentang mereka dalam Perjanjian Baru dan para bapa Gereja awal, ini membawa kita untuk menyimpulkan bahwa Kitab Suci mereka berbeda dari yang diadopsi oleh orang Farisi atau Eseni”.2

3.2. Dugaan Kesalahan

Kanon Perjanjian Lama

Sarjana Injili, Josh McDowell, mengatakan kitab-kitab deuterokanonika “penuh dengan ketidakakuratan dan anakronisme sejarah dan geografis. Mereka mengajarkan doktrin-doktrin yang salah dan memupuk praktik-praktik yang berbeda dengan Kitab Suci yang diilhami”.1 Tetapi ketika para apologis Protestan diperlihatkan kesulitan-kesulitan yang sama dalam kitab-kitab protokanonik dari Kitab Suci, mereka tidak menyangkal inspirasi dari kitab-kitab itu. Sebaliknya, mereka mengklaim bahwa kitab-kitab ini hanya berisi kesalahan-kesalahan semu (aapparent) daripada kesalahan-kesalahan yang aktual. Menurut Geisler: