20. Lima Paus dan Sebuah Konsili

Renaisans dan Reformasi

Delapan belas tahun Konsili Trente, 1545-1563, berlangsung selama lima kepausan – Paulus III, Julius III, Marselus II, Paulus IV, dan Pius IV. Pada tahun-tahun tersebut, konsili sebenarnya hanya bersidang sekitar empat kali, yang dibagi menjadi tiga periode yang berbeda, dengan jeda sepuluh tahun antara periode kedua dan ketiga, yaitu 1545-1547, 1551-1552, 1562-1563. Kumpulan legatus yang berbeda memimpin masing-masing periode. Begitu banyak waktu yang berlalu di antara dua periode terakhir dan begitu sedikit peserta yang kembali yang pernah mengikuti konsili pertama (kematian dan usia tua telah memakan korban) sehingga banyak orang menuntut agar konsili ketiga mendeklarasikan diri sebagai konsili yang baru. Hal-hal lain juga terjadi dalam Katolikisme selain konsili. Dua perkembangan yang sangat penting bagi Gereja Katolik selama periode ini terjadi secara terpisah dari konsili, yaitu pendirian ordo-ordo religius yang baru dan pengiriman para misionaris ke daerah-daerah jajahan Spanyol dan Portugis di luar negeri. Para paus sendiri memiliki kekhawatiran lain selain Trente, dengan pertahanan melawan Turki yang membebani pikiran mereka seperti halnya konsili.

1. Rabi Saulus dan Rasul Paulus

Perspektif Katolik Tentang Paulus

Rabi Saulus

Apa yang kita ketahui tentang kehidupan awal St. Paulus berasal dari Kisah Para Rasul karya St. Lukas. Ia lahir di Tarsus di Kilikia (Kis 21:39), yang sekarang terletak di Turki bagian timur. Orang tuanya adalah orang Israel dari suku Benyamin (Flp 3:5), dan dia dinamai Saul (Saulus) seperti nama raja pertama Israel yang juga berasal dari suku Benyamin. Saulus dilahirkan dengan hak istimewa sebagai warga negara Romawi, yang berarti bahwa ayahnya juga pernah menjadi warga negara Romawi (Kis 22:26-28).

Pertanyaan #15

rebuttal

John : Apa perbedaan antara Pembenaran (Justification) dan Pengudusan (Sanctification)? Pembenaran adalah suatu tindakan di mana Allah pada suatu saat menyatakan orang berdosa benar. Secara harfiah pada saat itu orang berdosa berpindah dari kematian ke kehidupan, dari kerajaan kegelapan ke kerajaan Anak Allah yang terkasih. Dia diringankan (commuted) dari hukuman neraka dan dia diberikan kemuliaan abadi di surga. Itu adalah tindakan di mana Allah menyatakan orang berdosa sebagai orang benar tidak atas dasar jasa orang berdosa tetapi karena Yesus benar-benar membayar hukuman untuk semua dosanya. Dengan demikian dosa-dosanya dibayar karena Allah bebas untuk memberinya kebenaran Kristus, itulah Pembenaran. Pengudusan, dimulai pada saat itu, karena tentu saja orang berdosa dipisahkan – itulah artinya dikuduskan – dia dipisahkan oleh pembenaran itu dari dosa. Pengudusan dimulai pada saat itu tetapi berlanjut sepanjang hidup. Sebuah proses di mana orang berdosa itu semakin taat, semakin dibentuk menjadi gambar Kristus. Kemudian Pemuliaan (Glorification) adalah penyempurnaan (consummation) ketika kita kehilangan daging yang tidak ditebus, ketika kita kehilangan natur berdosa dan dibawa ke dalam kemuliaan.

Pertanyaan #13

rebuttal

John : Bagaimana ajaran-ajaran tentang Misa, api penyucian, dan perbuatan baik, menyimpang dari Injil Kristus dan karya Kristus yang telah selesai? Jelas sekali, jika Anda menambahkan komponen selain apa yang Kristus lakukan, Anda telah mengacaukan Injil. Jika ada perbuatan di sana, Paulus berkata kepada jemaat di Roma: kasih karunia bukan lagi kasih karunia. Ini semua karena Kristus.

11.3. Pembenaran dalam Galatia

pembenaran

Dalam Suratnya kepada Jemaat Galatia, Paulus marah karena pendengarnya meninggalkan Injil yang dia beritakan (Gal 1:6). Setelah mempertahankan mandat apostoliknya, Paulus menjelaskan Injil palsu yang diterima oleh beberapa “orang Galatia yang bodoh” (3:1). Tampaknya sementara komunitas mulai dalam Roh, mereka “sekarang mengakhirinya di dalam daging” (Gal 3:3), dengan kembali ke praktik ritual Yahudi atau “melakukan hukum Taurat” (Gal 3:2, 5). Paulus menegur jemaat Galatia atas keputusan ini, dengan mengatakan:

11. PEMBENARAN (BAGIAN II)

The Case for Catholicism

Sekarang setelah kita meninjau kembali apa yang Yesus dan Yakobus ajarkan tentang doktrin pembenaran, kita siap untuk memeriksa tulisan-tulisan St. Paulus tentang masalah ini. Tulisan-tulisan ini penting karena banyak orang Protestan mempertaruhkan mayoritas, jika bukan keseluruhan, pembelaan sola fide mereka pada tulisan-tulisan ini. Dalam bukunya Faith Alone, R. C. Sproul hampir seluruhnya berfokus pada Paulus dan tidak pernah memberikan analisis rinci tentang ajaran Yesus tentang pembenaran.1 James White berkata, “Kita harus mengizinkan ekspositor utama dari masalah ini, dalam hal ini, Rasul Paulus, untuk berbicara terlebih dahulu; surat-suratnya kepada Roma dan Galatia harus mendefinisikan masalah-masalahnya”.2

10.6. Pandangan Katolik tentang “Iman dan Perbuatan”

pembenaran

Maksud menggunakan Abraham sebagai contoh terungkap dalam ayat 2:24, di mana Yakobus menyimpulkan, “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”. Upaya-upaya Protestan untuk menghindari ayat ini biasanya menghadirkan definisi alternatif yang sama untuk “iman” yang telah kita bahas sebelumnya—tetapi tidak ada yang berhasil. Jika “iman” hanya berarti “iman yang mati”, maka Yakobus akan berkata, “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman yang mati”. Ini menyiratkan bahwa seseorang dibenarkan oleh kombinasi “iman yang mati” dan “perbuatan”. Orang-orang Protestan biasanya menentang dengan mengatakan bahwa Yakobus tidak dapat menggunakan definisi Paulus tentang “membenarkan” mengacu pada iman yang otentik, karena jika ya, maka dia akan bertentangan dengan Paulus.

10.5. Ajaran Yakobus

pembenaran

Sejak Reformasi, Surat Yakobus telah dianggap sebagai salah satu dari saksi-saksi paling kontroversial atas ajaran Alkitab tentang pembenaran. Luther mengatakannya seperti ini:

Surat Yakobus itu memberi kita banyak masalah, karena para paus menerimanya sendirian dan mengabaikan yang lainnya. Sampai saat ini saya telah terbiasa menghadapi dan menafsirkannya sesuai dengan pengertian Kitab Suci lainnya… Jika mereka tidak mau menerima penafsiran saya, maka saya akan membuat puing-puingnya juga. Saya hampir ingin melemparkan Jimmy (James / Yakobus…red) ke kompor, seperti yang dilakukan pendeta di Kalenberg.1

10.4. Ajaran Yesus

pembenaran

Pada sebuah konferensi tahun 2010, John Piper memberikan kuliah berjudul “Apakah Yesus Mengkhotbahkan Injil Paulus?”.1 Scot McKnight mengatakan tentang pendekatan Piper, “Urutan itu—menanyakan apakah Yesus cocok dengan Paulus!—mungkin membuat marah banyak pembaca dan sejarawan Alkitab, tetapi pertanyaan tentang Alkitab seperti itu bukanlah hal yang tidak pantas”.2 Namun, penulis Evangelikal Alan Stanley, mengajukan sebuah pertanyaan penting: “Mengapa Yesus harus didamaikan dengan Paulus seolah-olah Paulus adalah tolok ukurnya? Jika ada yang harus menjadi patokan, bukankah itu seharusnya adalah Yesus sendiri?”3

10.3. Kesamaan?

pembenaran

Untuk meringkas posisi kita sejauh ini, orang Protestan biasanya percaya bahwa pembenaran melibatkan satu momen di mana kita mengenakan kebenaran Kristus. Kebenaran yang diperhitungkan (imputed) ini menutupi dosa-dosa kita tetapi tidak mengubah jiwa kita. Umat Katolik, di sisi lain, percaya bahwa pembenaran adalah baik suatu peristiwa juga proses yang dimulai pada satu momen yang tidak pantas dan berlanjut sepanjang hidup kita ketika kebenaran Kristus dimasukkan (infused) ke dalam jiwa kita dan membantu kita menjadi kudus sama seperti Allah itu kudus.