3. Ecclesial Faith

Ecclesial Deism

Bagaimana saya mulai menyadari ecclesial deism saya sebagaimana adanya? Saya mulai melihatnya ketika mengambil seminar pascasarjana tentang St. Thomas Aquinas. Aquinas terus-menerus merujuk pada tradisi Gereja, dan kepada para Bapa Gereja. Saya merasa frustrasi dengan metode teologisnya. Saya ingin dia melakukan eksegese dari Alkitab ketika membuat argumen-argumen teologis, tidak merujuk pada Bapa Gereja. Profesor yang mengajar dalam seminar itu menanggapi keberatan saya dengan menjelaskan bahwa Aquinas percaya bahwa pemeliharaan ilahi (divine providence) membimbing para Bapa Gereja dan perkembangan Gereja. Profesor ini menunjukkan bahwa Aquinas bukan penganut ecclesial deism. Jawaban singkat itu memicu saya untuk melakukan banyak refleksi, karena saya menyadari pada saat itu bahwa saya tidak menganut cara Aquinas yang non-deistik untuk memahami perkembangan Gereja.