VI. JUBAH YAHUDI – JUBAH KATOLIK

Rabi yang Disalibkan

Demikianlah pakaian imam besar, baik itu maupun bagian-bagiannya memiliki arti yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Karena seluruh jubah sebenarnya adalah representasi dan salinan dari kosmos, dan bagian-bagiannya adalah representasi dari beberapa bagiannya.1
– Philo Judaeus dari Aleksandria

Saat pasangan membuat reservasi untuk makan malam di restoran yang elegan, mereka mengharapkan empat hal. Pertama, mereka berharap pengalaman makan malam yang luar biasa akan lebih mahal daripada yang biasanya mereka bayarkan di restoran lain. Kedua, mereka mengharapkan masakan yang unggul dan anggur yang luar biasa. Ketiga, mereka mengharapkan lingkungan yang menarik dan formal: taplak meja putih, lampu redup, karya seni canggih, musik yang sesuai, dan cahaya lilin. Dan yang tidak kalah pentingnya, mereka mengharapkan layanan yang cepat dan penuh hormat.

Pengantar

Rabi yang Disalibkan

Apakah Paus Memakai Yarmulke?

Dalam melakukan penelitian untuk buku ini, saya menemukan bahwa salah satu pertanyaan paling umum yang dimiliki orang Yahudi mengenai Gereja Katolik adalah: “Mengapa Paus Anda memakai yarmulke?”1 Mereka merujuk, tentu saja, pada “topi” putih kecil yang dikenakan Paus di depan umum dan dalam liturgi. Tepatnya, Paus sebenarnya tidak memakai yarmulke, melainkan zucchetto,2 yang dalam bahasa Italia berarti “labu kecil” (little gourd), seperti dalam sayuran yang kita sebut zucchini. Zucchetto adalah tutup bundar dari delapan panel segitiga yang dijahit menjadi satu. Tutupnya agak menyerupai setengah labu kecil, oleh karena itu dinamai “labu kecil” atau zucchetto.

3. Ecclesial Faith

Ecclesial Deism

Bagaimana saya mulai menyadari ecclesial deism saya sebagaimana adanya? Saya mulai melihatnya ketika mengambil seminar pascasarjana tentang St. Thomas Aquinas. Aquinas terus-menerus merujuk pada tradisi Gereja, dan kepada para Bapa Gereja. Saya merasa frustrasi dengan metode teologisnya. Saya ingin dia melakukan eksegese dari Alkitab ketika membuat argumen-argumen teologis, tidak merujuk pada Bapa Gereja. Profesor yang mengajar dalam seminar itu menanggapi keberatan saya dengan menjelaskan bahwa Aquinas percaya bahwa pemeliharaan ilahi (divine providence) membimbing para Bapa Gereja dan perkembangan Gereja. Profesor ini menunjukkan bahwa Aquinas bukan penganut ecclesial deism. Jawaban singkat itu memicu saya untuk melakukan banyak refleksi, karena saya menyadari pada saat itu bahwa saya tidak menganut cara Aquinas yang non-deistik untuk memahami perkembangan Gereja.

48. Gereja Menindas (dan Selalu Menindas) Kaum Perempuan

a Mixed Bag

Sungguh ironi yang menyedihkan bahwa organisasi yang telah berbuat paling banyak untuk melindungi, mengangkat, dan memuliakan martabat unik kaum perempuan diserang karena merendahkan dan menindas mereka. Feminis anti-Katolik menggambarkan Gereja sebagai konspirasi kaum pria yang cemas yang menundukkan kaum wanita baik secara langsung dengan mengecualikan mereka dalam posisi kekuasaan gerejawi atau secara tidak langsung dengan mendukung sebuah lembaga patriarkhal. Meskipun tidak ada keraguan bahwa diskriminasi dan penindasan nyata terhadap perempuan telah terjadi di beberapa lembaga, dulu dan sekarang, tinjauan catatan sejarah mengungkapkan bahwa Gereja telah menjadi sahabat terbesar bagi kaum perempuan yang pernah mereka miliki.

13. Mengapa Mengaku Dosa Kepada Imam

Menggali Ajaran Katolik

“Mengapa saya harus mengaku dosa kepada seorang imam?” Tanya seorang wanita muda di depan mikrofon kepada saya. “Sebagai seorang Kristen, saya mengaku dosa-dosa saya secara langsung kepada Tuhan”. Pertanyaannya, yang diangkat pada salah satu seminar apologetika paroki saya baru-baru ini, adalah umum di kalangan Protestan.

24. LILIN

Kebiasaan Orang Katolik

Ketika orang Israel mempersembahkan pujian, dalam Perjanjian Lama, mereka melakukannya di tengah kerlap-kerlip banyaknya pelita. “Salomo membuat . . .kandil-kandil dari emas murni, lima di sebelah kanan dan lima di sebelah kiri, di depan ruang belakang; kembang-kembangnya, lampu-lampunya dan sepit-sepitnya, dari emas” (1 Raj 7:48–49). Begitu pentingnya tempat-tempat lilin ini sehingga yang utama, menorah, menjadi simbol Yudaisme yang paling dikenal. Simbol itu muncul di koin, jimat-jimat, dan lampu rumah yang tak terhitung jumlahnya dari zaman kuno. Ketika Kaisar Romawi Titus ingin memperingati penaklukannya atas Yerusalem, ia melakukannya dengan gambar pasukan-pasukannya yang membawa menorah.