Lampiran II

lampiran

Glosarium (adalah daftar beberapa istilah yang terdapat dalam buku ini ditambah dengan penjelasan dari Kamus Teologi).1

5. Tahap-tahap Dalam Proses

Setelah Perjanjian Baru

Saat Roh Kudus membimbing Gereja Katolik, batas-batas kanon menjadi lebih tegas. Namun, proses ini memakan waktu. Di awal tahun 300-an, Uskup Eusebius dari Kaisarea menulis Sejarah Gereja-nya yang terkenal di mana dia menggambarkan keadaan pandangan pada zamannya sendiri. Dia membagi kitab-kitab itu menjadi beberapa kategori:

2. Kitab-kitab Abad Kedua

Setelah Perjanjian Baru

Para penulis setelah Zaman Apostolik menggunakan banyak jenis dokumen untuk mengkomunikasikan Iman: surat, homili, komentar atas buku-buku alkitabiah, dan risalah teologis.

Suatu bentuk yang menjadi sangat penting pada abad kedua adalah apology (Yun. apologia) — sebuah pembelaan iman Kristen yang diajukan kepada orang non-Kristen, baik penyembah berhala maupun Yahudi. Sebagai contoh, St. Yustinus Martir menulis sebuah pembelaan Iman Kristiani yang terkenal untuk kaisar Romawi Antonius Pius pada tahun 150-an M.

4. Kanon Perjanjian Baru

The Case for Catholicism

Mengatakan sebuah tulisan diilhami berarti Tuhanlah penulisnya. Mengatakan sebuah tulisan adalah kanonik berarti itu adalah bagian dari aturan iman bagi Gereja. Sejak Konsili Trente, tujuh puluh tiga kitab dalam Alkitab Katolik masing-masing dianggap sebagai firman Allah yang diilhami dan masing-masing sama-sama termasuk dalam kanon Kitab Suci. Namun, pemahaman isi kanon berkembang dari waktu ke waktu, baik dalam Perjanjian Lama (seperti yang kita lihat di bab 3) dan dalam Perjanjian Baru. Perdebatan tentang kanon Perjanjian Baru bahkan terjadi selama Reformasi, seperti yang terlihat dalam kata pengantar asli Luther untuk Surat Yakobus (1522), yang mengatakan:

IV. Gereja Mengompilasi Perjanjian Baru

Hutang kita kepada Gereja Katolik

Kita tahu bahwa Injil dan surat-surat Perjanjian Baru dibacakan dengan lantang kepada jemaat-jemaat Kristen yang bertemu pada hari pertama minggu itu untuk Misa Kudus (sama seperti yang tetap ada di antara kita sekarang), satu Injil di sini, yang lain di sana; satu surat Paulus di satu tempat, surat yang lain di tempat lain, semuanya tersebar di berbagai belahan dunia di mana ada kumpulan orang Kristen. Dan pertanyaan berikutnya secara alami muncul di benak kita adalah, Kapan karya-karya terpisah ini dikumpulkan bersama untuk membentuk sebuah volume dan ditambahkan ke Perjanjian Lama untuk membentuk apa yang sekarang kita sebut Alkitab? Well, mereka tidak terkumpul paling tidak selama tiga ratus tahun pertama.

7. Gereja Katolik melenyapkan buku-buku tertentu dalam Alkitab (misalnya, Injil gnostik) untuk mengontrol pesan Yesus

Gereja Mula-mula

Sesekali muncul berita-berita tentang penemuan sebuah “teks Kristen kuno” yang bukan merupakan bagian dari Kitab Suci yang konon diberantas oleh Gereja Katolik karena isinya bertentangan dengan ajaran Gereja yang ortodoks. Contoh terbaru adalah apa yang disebut Injil Istri Yesus yang “membuktikan” bahwa Yesus menikah. Awalnya diterima sebagai otentik, kemudian terbukti sebuah pemalsuan modern.[1] Tuduhan bahwa Gereja Katolik mengubah pesan Yesus bukanlah hal baru. Propagandis Romawi Porphyry (234–305) menyatakan bahwa meskipun Yesus mengajar para pengikut-Nya untuk menyembah satu Allah yang benar, setelah kematian-Nya para rasul mengajarkan bahwa Yesus-lah Tuhan itu sendiri. Sebuah kelompok bid’ah mula-mula yang dikenal sebagai Gnostik menghasilkan sejumlah besar literatur, yang kebanyakan fiksi, mengklaim memiliki pengetahuan rahasia tentang apa yang sebenarnya diajarkan Yesus, yang berbeda dengan apa yang diajarkan Gereja. Para kritikus modern Gereja memanfaatkan “Injil-injil gnostik” ini dalam upaya untuk mendiskreditkan ajaran-ajaran dan kedudukan Gereja di dunia.