18. Surat-surat Katolik

Penulisan Perjanjian Baru

Menjelang akhir Perjanjian Baru ada kumpulan tujuh surat yang tidak terkait dengan St. Paulus. Surat-surat itu disebut sebagai surat-surat katolik (Yun. katholikê, “umum”, “universal”) karena sebagian besar ditulis untuk khalayak luas daripada untuk individual gereja (meskipun 2 Yohanes ditulis untuk sebuah gereja dan 3 Yohanes untuk seorang individu).

7.3. Pengakuan Dosa

imamat

Kritikus lain keberatan dengan sakramen pengakuan dosa dengan mengacu pada 1 Yoh 1:9: “Jika kita mengaku [Yunani, homologōmen; akar homologeō] dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni dosa-dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.1 Mereka mengatakan bahwa tidak disebutkan perlunya pengakuan di depan umum kepada seorang imam dan bahwa kita hanya perlu mengakui dosa-dosa kita secara langsung kepada Tuhan. Tetapi konteks perikop itu menyangkut apa yang kita katakan atau akui kepada orang lain daripada apa yang kita komunikasikan kepada Tuhan. Ayat sebelumnya, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada di dalam kita”,2 dan ayat berikutnya, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita”,3 menggambarkan orang-orang percaya yang berbicara satu sama lain. Faktanya, selain Ibr 13:15, homologeō tidak pernah digunakan untuk menggambarkan pengakuan apa pun kepada Tuhan, dan dalam tulisan-tulisan Yohanes itu selalu digunakan untuk menggambarkan pengakuan sebuah kepercayaan kepada orang-orang lain.4

39. Paus adalah Antikristus, dan Gereja adalah Pelacur Babel

kepausan

Kitab Wahyu mungkin yang paling disalahpahami dari tujuh puluh dua kitab dalam Alkitab. Bahasa dan citranya yang misterius membuatnya matang untuk banyak interpretasi yang berbeda dan sering dibuat-buat. Kaum revolusioner Protestan di abad keenam belas menggunakannya untuk kecaman-kecaman anti-Katolik mereka, mengidentifikasi kepausan dengan Antikristus dan Gereja itu sendiri dengan Pelacur Babel. Sayangnya, retorika semacam itu berlanjut hingga hari ini di berbagai buku dan di situs-situs web yang dimaksudkan untuk mengungkap “kebenaran” yang mengerikan tentang Gereja Katolik.1