15.5. Bukti Keperawanan Abadi Maria

Maria

Menurut Katekismus, “Pengertian imannya yang lebih dalam tentang keibuan Maria yang perawan, menghantar Gereja kepada pengakuan bahwa Maria dengan sesungguhnya tetap perawan, juga pada waktu kelahiran Putera Allah yang menjadi manusia” (KGK 499).1 Hal ini dapat dilihat dalam tulisan-tulisan orang-orang seperti Origenes, Athanasius, Epiphanius, Jerome, dan Augustinus.2 Augustinus mengklaim bahwa tanggapan Maria yang bingung terhadap pernyataan malaikat bahwa dia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki menunjukkan bahwa Maria tidak berencana untuk melakukan hubungan seksual dalam pernikahan. Secara khusus, Maria berkata kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” (Luk 1:34; terj. Inggris : How shall this be, since I know not man?). Jika Maria khawatir tentang mengandung seorang anak sebelum menikah dengan Yusuf, dia bisa saja berkata, “How can this be, I know not a man yet”. Luk 23:53 menggunakan konstruksi serupa ketika dikatakan bahwa Yesus ditempatkan di sebuah kuburan, “di mana belum pernah [Yun. oupo] dibaringkan mayat” [where no one had ever yet been laid]. Sebaliknya, Mary menggunakan present tense, yang oleh beberapa penulis dianggap sebagai bukti bahwa Maria mengambil sumpah keperawanan dan bertunangan dengan Yusuf untuk perlindungannya di masyarakat.3

15.4. Sebuah Takhayul yang Bodoh?

Maria

Beberapa orang Protestan menolak keibuan ilahi Maria bukan atas dasar alkitabiah, logika, atau sejarah, tetapi atas dasar praktis. Menurut mereka, meskipun Maria adalah Bunda Allah, orang Kristen tidak boleh mengatakan dia demikian karena hal itu dapat menyesatkan orang-orang yang kurang berpendidikan. Sebagai contoh, Calvin berkata, “Memanggil Perawan Maria sebagai bunda Allah hanya akan membantu menegaskan kebodohan dalam takhayul mereka”.1 Matt Slick berkata, “Istilah, ‘bunda Allah,’ mengandung risiko yang menyiratkan bahwa Maria entah bagaimana adalah ilahi dan bagian dari Ketuhanan”.2 Gustafson juga mengklaim adalah “menyeramkan” untuk menyebut Maria Bunda Allah karena ini memunculkan gambaran Maria sebagai istri Allah.3

15.3. Kembalinya para Nestorian

Maria

Keberatan-kebaratan paling umum terhadap dogma theotokos menggemakan bidat Nestorianisme. Ironisnya, ajaran sesat inilah yang memotivasi Konsili Efesus untuk pertama-tama mendefinisikan Maria sebagai theotokos.1 Dinamakan sesuai nama uskup abad keempat Nestorius, bidat ini mengklaim bahwa Yesus ada (existed) sebagai dua pribadi, satu ilahi dan yang satunya manusia.2 Kaum Nestorian percaya bahwa Maria hanya melahirkan pribadi Yesus yang manusia atau kodrat manusia Kristus, dan bukan Putra Allah yang ilahi. Karena Maria tidak menyediakan (provide) Kristus dengan keilahian-Nya, kaum Nestorian mengklaim, Maria adalah yang melahirkan Kristus (christotokos) tetapi bukan yang melahirkan Allah (theotokos).

15.2. Tuhan Dan Logika Kita

Maria

Beberapa Protestan berpendapat bahwa karena Kitab Suci tidak pernah menggambarkan Maria sebagai “Bunda Allah”, orang Kristen tidak boleh menyebut Maria dengan gelar itu. Moisés Pinedo berkata, “Alkitab menyebut Maria sebagai ibu Yesus, tetapi tidak pernah sebagai ‘Bunda Allah’ ”.1 Itu benar, tetapi Alkitab juga tidak pernah menyebut Allah mati bagi dosa-dosa kita; Alkitab hanya mengatakan Yesus atau Kristus mati untuk dosa-dosa kita. Karena Yesus adalah Allah, maka tepat untuk mengatakan bahwa “Allah telah mati di kayu Salib untuk dosa-dosa kita” sebagaimana juga pantas untuk mengatakan, “Maria adalah Bunda Allah,” meskipun kedua frasa tersebut tidak ada dalam Kitab Suci.

15.1. Bukti-bukti untuk Theotokos

Maria

Bukti terkuat bagi dogma Maria sebagai Bunda Allah (atau theotokos) adalah bahwa hal itu secara logis mengikuti Kristologi yang ditegaskan oleh Protestan dan Katolik. Katekismus mengatakan bahwa Yesus “sungguh benar Putera Bapa yang abadi, Pribadi kedua Tritunggal Maha kudus. Gereja mengakui bahwa Maria dengan sesungguhnya ‘Bunda Allah’ ” (KGK 495).1 Dengan kata lain, jika Yesus adalah Allah, dan Maria adalah Ibu Yesus, maka Maria adalah Bunda Allah.