8.2. Kurban yang “Sekali Untuk Selamanya”

Ekaristi dan Misa

Kebanyakan apologis Protestan yang menyangkal bahwa Misa adalah sebuah kurban biasanya mengutip Surat kepada Orang Ibrani dan rujukannya pada kurban Kristus yang “satu kali untuk selama-lamanya” (10:10), atau “satu korban” (10:14). Menurut apologis Protestan John Ankerberg dan John Weldon,

BAB 11. St. Yustinus Martir

Misa Umat Kristen Mula-mula

Deskripsi kita yang paling lengkap tentang Misa Gereja awal, seperti yang dirayakan di Barat, berasal dari Yustinus, yang menetapkannya untuk Kaisar Romawi Antoninus Pius sekitar tahun 155. Yustinus menulis dari Roma, tetapi dia adalah orang Samaria sejak lahir, pagan karena dibesarkan, dan seorang filsuf karena panggilan. Perjalanannya ke Gereja dan kota Roma mencakup banyak putaran (loop) dan jalan memutar (detours).

30. Ratu Elizabeth I dari Inggris mengantarkan zaman keemasan baru bagi rakyatnya, yang menyambut Gereja Inggris yang baru dengan antusias

Renaisans dan Reformasi

Keluarga Tudor naik takhta Inggris melalui kekerasan, dan terus menggunakan kekerasan sepanjang masa pemerintahannya. Pengaruh keluarga terhadap orang-orang Inggris dimulai pada Battle of Bosworth Field pada tahun 1485, ketika pasukan Henry Tudor berhasil mengalahkan pasukan kerajaan Raja Richard III (memerintah 1483–1485), dinasti Plantagenet terakhir, yang terbunuh di medan perang. Henry naik takhta sebagai Raja Henry VII (memerintah 1485–1509). Dia mengkonsolidasikan kekuasaannya dengan memastikan bahwa keempat anaknya yang selamat dari masa pertumbuhan menikah dengan bangsawan asing, memungkinkan dia untuk membangun aliansi yang aman. Putra pertamanya, Arthur, menikah dengan Catherine dari Aragon, putri Raja Fernando dan Ratu Isabel dari Spanyol. Tetapi Arthur meninggal empat bulan setelah pernikahannya, jadi saudaranya Henry, calon Raja Henry VIII (memerintah 1509–1547), wajib menikahi Catherine. Henry VIII dan anak-anaknyalah yang akan menceraikan Gereja di Inggris dari Roma, mengukuhkan keberhasilan Revolusi Protestan, dan memastikan dari generasi ke generasi gagasan bahwa seorang patriot Inggris haruslah anti-Katolik.1