7. “Apa Otoritasmu?”

Kitab Suci dan Tradisi
  • Apa hal pertama yang harus Anda tanyakan kepada seorang misionaris yang mengetok pintu rumah Anda?
  • Ayat-ayat Alkitab mana yang kemungkinan besar akan dia kemukakan sebagai tanggapan, dan mengapa ayat-ayat tersebut tidak menjawab pertanyaan itu?
  • Apa peran Alkitab dalam iman Kristen?
  • Bagaimana tulisan-tulisan para Bapa Gereja perdana menunjukkan perlunya otoritas mengajar Gereja Katolik?

Dalam seminar-seminar yang diadakan oleh The Catholic Answers, kami menekankan bahwa Anda harus selalu meminta agar seorang misionaris yang datang ke rumah Anda terlebih dahulu menetapkan otoritasnya atas apa yang hendak dia katakan kepada Anda, dan baru kemudian melanjutkan untuk membahas masalah-masalah tertentu yang ada dalam pikirannya.

Yang kami maksud dengan otoritas bukanlah mandat-mandat pribadi atau akademisnya. Yang kami maksud adalah otoritasnya untuk mengklaim bahwa dia dapat menafsirkan Alkitab dengan benar. Misionaris (kecuali dia adalah orang Mormon, yang tentu saja dalam hal ini otoritasnya adalah Kitab Mormon) akan selalu mengklaim untuk kembali pada otoritas Kitab Suci. “Kitab Suci mengatakan ini. . .”, atau dia akan berkata “Kitab Suci membuktikan bahwa. . .”. Jadi sebelum Anda beralih ke ayat-ayat yang dia kemukakan, dan dengan demikian ke topik yang dia kemukakan, minta dia untuk mendemonstrasikan beberapa hal;

Pertama, minta dia untuk membuktikan dari Alkitab bahwa Alkitab adalah satu-satunya aturan iman (jika dia seorang Protestan Injili atau Fundamentalis, dia berpegang pada teori Reformasi sola scriptura — hanya Alkitab).

Kedua, minta dia memberi tahu Anda terlebih dahulu bagaimana dia bisa tahu kitab-kitab mana yang termasuk dalam Alkitab.

Dan ketiga, wajibkan untuk dia membuktikan kepada Anda berdua bahwa dia memiliki otoritas untuk menafsirkan Alkitab untuk Anda (ingat bahwa doktrin-doktrinnya akan hampir selalu diambil dari interpretasi-interpretasi terhadap teks suci daripada kata-kata [teks] itu sendiri) dan bahwa interpretasi-interpretasinya selalu tepat.

Bayangkan percakapannya berlangsung kira-kira seperti ini:

“Selamat siang, tetanggaku. Bolehkah saya membagikan dengan Anda beberapa kata tentang kebenaran Kristiani?”
“Tentu,” katamu. “Di mana Anda mendapatkan kebenaran ini?”
“Dari Alkitab, tentu saja.”
“Itu otoritasmu? Alkitab?”
“Iya. Itu satu-satunya otoritas bagi orang Kristen”
“Bisakah Anda membuktikannya dari Alkitab?”
“Maksud kamu apa?”
“Maksud saya, saya tidak percaya bahwa Alkitab mengklaim sebagai satu-satunya aturan iman. Maksud saya  bahwa, doktrin sola scriptura itu sendiri tidak alkitabiah. Tolong tunjukkan di mana dalam Alkitab yang mengklaim status seperti itu.”


Sebuah aturan iman yang cukup?

Pada titik ini si misionaris mungkin akan mengemukakan salah satu dari beberapa ayat. Bagian yang paling sering dikemukakan oleh kaum Injili dan Fundamentalis adalah 2 Tim 3:16–17. Dalam King James Version, ayatnya dibaca seperti ini: “All Scripture is given by inspiration of God and is profitable for doctrine, for reproof, for correction, for instruction in righteousness; that the man of God may be perfect, thoroughly furnished unto all good works” — “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”.

Banyak yang mengklaim bahwa 2 Tim 3:16–17 menyatakan bahwa Kitab Suci cukup sebagai aturan iman. Namun pemeriksaan terhadap ayat dalam konteksnya menunjukkan bahwa ayat tersebut tidak mengklaim hal itu sama sekali. Ayat tersebut hanya mengklaim bahwa Kitab Suci itu “bermanfaat [profitable]” (Yunani: ōphelimos), yakni membantu [menguntungkan, berguna…red]. Banyak hal yang bisa jadi bermanfaat untuk menggerakkan seseorang menuju suatu tujuan tapi tidak cukup untuk membuatnya mencapai tujuan. Perhatikan bahwa perikop tersebut bahkan tidak memberi petunjuk bahwa Kitab Suci “cukup” —yang tentu saja, persis seperti itulah yang dipikirkan kaum Protestan tentang arti perikop tersebut.

Tandaskan bahwa konteks 2 Tim 3:16–17 adalah bahwa Paulus memberikan sebuah pedoman bagi Timotius untuk memanfaatkan Kitab Suci dan Tradisi dalam pelayanannya sebagai seorang uskup. Paulus berkata, “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah [Yunani: Theopneustos, “God-breathed”][1] memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim. 3:14–17). Di ayat 14, Timotius pada awalnya dinasihati untuk berpegang pada ajaran-ajara lisan — Tradisi — yang dia terima dari rasul Paulus. Ini menggemakan peringatan Paulus tentang nilai Tradisi lisan dalam 1:13–14: “Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus. Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita” ; “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain” (2:2). Di sini Paulus merujuk secara eksklusif pada pengajaran lisan dan mengingatkan Timotius untuk mengikutinya sebagai “pola” untuk pengajarannya sendiri. Hanya setelah ini Kitab Suci disebutkan sebagai “bermanfaat” untuk pelayanan Timotius.

Beberapa ayat lain yang mungkin dibawa-bawa untuk “membuktikan” kecukupan Kitab Suci dapat ditangani dengan cara yang sama. Tidak seorang pun menggunakan kata cukup — masing-masing menyiratkan ke-bermanfaat-an atau ke-berguna-an, dan banyak yang diberikan pada saat yang sama sebagai nasihat untuk tetap berpegang teguh pada ajaran lisan Tuhan kita dan para rasul. Hal yang perlu diingat adalah tidak ada tempat di mana pun dalam Alkitab yang mengatakan, “Hanya Alkitab saja sudah cukup”, dan tidak juga di mana pun dalam Alkitab menyiratkannya.


Memahami peran Alkitab

Setelah Anda menunjukkan bahwa ayat-ayat yang dikemukakan si misionaris tidak membuktikan hal ini, lanjutkan pembahasan seperti ini:

“Jika Anda mengenali Kitab Suci apa adanya, Anda akan melihat bahwa [Alkitab] tidak dimaksudkan sebagai alat instruksional bagi orang-orang yang bertobat. Nyatanya, tidak ada satu pun kitab dalam Alkitab yang ditulis untuk orang-orang yang tidak percaya. Kitab-kitab Perjanjian Lama ditulis untuk orang Yahudi, kitab-kitab Perjanjian Baru untuk orang yang sudah menjadi Kristen”.

“Alkitab bukanlah katekismus atau risalah teologis skala penuh. Lihat saja dua puluh tujuh kitab Perjanjian Baru. Anda tidak akan menemukan satu pun yang menjelaskan unsur-unsur iman seperti yang dilakukan katekismus atau bahkan seperti yang dilakukan oleh kredo-kredo kuno. Dua puluh tujuh kitab tersebut sebagian besar ditulis (kecuali, misalnya, Injil-Injil dan surat-surat umum seperti Yakobus dan 1 dan 2 Petrus) sebagai dokumen-dokumen sementara [darurat…red?] yang ditujukan kepada khalayak tertentu untuk tujuan tertentu.

“Sebagian besar surat-surat”, Anda bisa melanjutkan, “ditulis untuk gereja-gereja lokal yang mengalami masalah-masalah moral dan / atau doktrinal. Paulus dan sebagian besar penulis Perjanjian Baru lainnya mengirim surat ke gereja-gereja lokal ini untuk memperbaiki masalah-masalah ini. Tidak ada upaya dari pihak para penulis untuk memberitahukan sebuah bagan besar dari instruksi doktrinal dasar kepada orang-orang yang tidak percaya, atau bahkan untuk meringkas segalanya bagi orang-orang percaya yang menerima surat-surat itu”.

“Saya tidak setuju dengan semua itu,” jawab misionaris itu.
“Perjanjian Baru adalah dasar dari iman Kristen”

“Tapi bagaimana mungkin,” Anda menjawab,
“Iman Kristen ada dan berkembang selama bertahun-tahun sebelum kitab pertama Perjanjian Baru ditulis? Kitab-kitab Perjanjian Baru disusun puluhan tahun setelah Kristus naik ke surga, dan butuh waktu berabad-abad agar ada kesepakatan umum di antara orang-orang Kristen tentang buku-buku mana yang terkandung kelak dalam Perjanjian Baru”.

“Dan hal itu menunjukkan poin lain lagi. Bagaimana Anda tahu apa yang dimaksud dengan kanon Perjanjian Baru? Bagaimana Anda mengetahui dengan pasti bahwa dua puluh tujuh kitab di Perjanjian Baru Anda ini sungguh diilhami dan harus ada dalam Perjanjian Baru? Dan bagaimana Anda tahu dengan pasti bahwa beberapa buku yang diilhami belum dikeluarkan dari kanon?”.

…halam berikut


[1] Theopneustos lih., https://biblehub.com/greek/2315.htm

Leave a comment