5. Tradisi Suci

Menggali Ajaran Katolik

Tradisi adalah sebuah kata “bendera merah” (red flag; warning, danger…red) bagi banyak non-Katolik. Mereka melihat dalam kutukan Kristus atas “tradisi manusia” (Mrk 7:1–13; Mat 15:1–9) sebagai suatu kutukan menyeluruh atas semua tradisi. Tapi ini adalah kesalahpahaman tentang apa yang Dia maksud ketika Dia berbicara tentang tradisi manusia yang “membatalkan firman Tuhan”.[1]

Orang-orang Farisi mengarang-ngarang “tradisi” tertentu untuk menghindari mengikuti hukum-hukum Tuhan. Contoh terbaik adalah yang Kristus kutuk dalam Matius 15, yang disebut “aturan Korban”. Di bawah skema ini, orang Yahudi dapat “menyumbangkan” semua uang mereka ke perbendaharaan bait sebagai tindakan amal yang saleh. Hal ini akan memberi mereka alasan untuk “tidak dapat” membantu jika orang tua mereka yang miskin atau lemah mendekati mereka ketika membutuhkan bantuan (meskipun mereka sebenarnya memiliki akses penuh ke dana-dana itu).

Mengabaikan dengan tanpa perasaan kebutuhan orang tua akan melanggar perintah Tuhan “Hormatilah ayah mu dan ibumu” (Kel 20:12). Jadi, di bawah aturan Korban, seseorang yang secara teknis telah menyumbangkan semua uangnya kepada Tuhan akan memiliki alasan yang “sah” untuk tidak memberikan uang kepada orang tuanya. Penipuan dari “tradisi manusia” ini jelas, seperti alasan mengapa Kristus mengutuk tradisi itu sebagai rusak dan bertentangan dengan keadilan Tuhan.

Tapi tidak semua tradisi itu buruk. Faktanya adalah, kanon Perjanjian Baru adalah bagian dari wahyu Tuhan kepada Gereja. Tetapi wahyu itu tidak datang ke Gereja dalam halaman-halaman Kitab Suci, Firman Tuhan yang tertulis. Sebaliknya, Tuhan secara bertahap mengungkapkan semua informasi penting ini kepada Gereja melalui cara yang berbeda, sama sekali di luar Kitab Suci. Lagi pula, tidak ada “daftar isi yang diilhami” di dalam Alkitab yang memberi tahu kita buku mana yang termasuk di dalamnya.

Wahyu ini dipelihara dan diajarkan dengan setia oleh Gereja Katolik, ditransmisikan dalam integritasnya dari satu generasi ke generasi berikutnya.[2] Itulah mengapa kita umat Katolik memiliki dua puluh tujuh kitab yang sama dalam Perjanjian Baru kita — dari Matius sampai Wahyu — dengan yang dimiliki oleh Protestan, Mormon dan Saksi Yehova. Mereka memiliki kitab-kitab ini dalam Alkitab mereka karena, suka atau tidak, disadari atau tidak (dan sangat sedikit dari mereka yang menyadarinya), Gereja Katoliklah yang menerima dari Tuhan wahyu bahwa kitab-kitab ini diilhami (lih. 2 Tim 3:16), dan selama beberapa abad berikutnya Gereja menetapkan kanon yang tepat dari buku-buku ini.[3]

“Bagaimana Anda umat Katolik percaya pada api penyucian atau Dikandung Tanpa Noda?” tanya mereka. “Ajaran-ajaran itu tidak diajarkan di mana pun di dalam Alkitab. Lebih buruk lagi, itu adalah tradisi manusia (lih. Mat 15:1–9; Mrk 7:1–13; Kol 2:8; Ef 4:14), ajaran tidak alkitabiah yang bertentangan dengan apa yang Allah katakan dalam Alkitab”. Sikap ini umum di kalangan Protestan, dan Anda mungkin akan mengalaminya, jadi penting bagi Anda untuk mengetahui apa yang harus dikatakan tentang Tradisi — apa itu Tradisi, apa yang bukan, apa yang dilakukannya, dan mengapa kita membutuhkannya.

Bagi banyak Protestan, “Tradisi” berkonotasi dengan jenis-jenis tradisi terburuk buatan manusia, jenis yang diperingatkan oleh Kristus dalam Mrk 7:1–13 dan Mat 15:1–9. Mereka melihat tradisi Katolik, seperti Kehadiran Nyata, baptisan bayi dan api penyucian, sebagai contoh-contoh utama dari doktrin-doktrin buatan manusia yang bertentangan dengan Alkitab. Berdasarkan prinsip Reformasi sola scriptura, mereka berpendapat bahwa umat Katolik telah menambahkan hal-hal ke dalam Kitab Suci, sesuatu yang mereka anggap sebagai sesuatu yang tidak sesuai atau tidak dapat diterima (major no-no).

Banyak orang akan mengatakan bahwa tradisi Katolik itu buruk bukan hanya karena hal-hal itu “ditambahkan” ke dalam Alkitab tetapi, lebih buruk lagi, karena mereka merasa semua itu bertentangan langsung dengannya.

Oleh karena itu, penting untuk memahami apa itu Tradisi Katolik dan apa yang bukan, sehingga kita dapat melihat bahwa tidak semua tradisi bertentangan dengan Kitab Suci. Faktanya, ketika seseorang memahami Tradisi dengan benar, hal itu tidak hanya berhenti menjadi batu sandungan tetapi bahkan bisa menjadi batu loncatan kepada Gereja Katolik. Banyak orang yang memeluk agama Katolik mengatakan kepada saya bahwa ini adalah pengalaman mereka ketika mereka bertemu dengan seorang Katolik yang bersedia dan mampu menjelaskan Tradisi yang otentik berdasarkan Kitab Suci.

Mari kembali lagi ke St. Paulus, yang memberi kita risalah-mini teologis tentang sifat dan tujuan Tradisi, langsung di halaman-halaman Kitab Suci. Perhatikan kata-kata yang dipilih St. Paulus (1 Kor 15:1–3).

Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri.dia “memberitakan” ajaran ini
(Yunani: euangelion);
ada sebuah pokok ajaran yang “kamu terima”
(Yunani: parelabete);
Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu–kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.kita harus “teguh berpegang”, artinya kita tidak diizinkan untuk mengabaikan atau membuang ajaran lisan ini (lih. juga 2 Tes 2:15);
Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri,ia “menerima” ajaran lisan ini terlebih dahulu dan kemudian “menyampaikan” (Yunani: paredoka) ajaran ini secara lisan kepada para pembacanya (yang merupakan arti tepat dari Tradisi: menerimanya dan meneruskannya);
ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab SuciAjaran yang disampaikan secara lisan ini “sesuai dengan” dan menjunjung ajaran Kitab Suci, sebagaimana ini merupakan sebuah interpretasi yang pasti dari apa yang tercermin dalam Kitab Suci (yaitu, hubungan yang tak terpisahkan antara Kitab Suci dan Tradisi).

Di sini St. Paulus, salah satu uskup dan doktor Gereja Perdana, berfungsi dalam kapasitasnya sebagai anggota magisterium, atau “tugas mengajar” Gereja: untuk menjelaskan makna Kitab Suci dan dengan setia menyampaikan pesan kepada umat beriman (Mat 28:19–20).

1 Kor 15 memberi kita latar belakang alkitabiah yang sangat baik untuk memahami bagaimana Tradisi Suci bekerja dalam Gereja — bersama-sama, dan tidak pernah bersaing dengan Kitab Suci.


Bacaan lebih lanjut: Luk 1:1–4; 1 Kor 11:2; 2 Tes 2:15 KGK, 75–100


[1] Lih. https://mykowalska.wordpress.com/2021/01/19/5-kitab-suci-dan-tradisi/

[2] Bdk. Dei Verbum 8, lih. https://mykowalska.wordpress.com/2021/01/22/8-bisakah-dogma-berkembang/

[3] Lih. juga https://mykowalska.wordpress.com/2021/01/20/7-apa-otoritasmu/


Leave a comment