13. Urutan Injil

Penulisan Perjanjian Baru

Dalam urutan apa Injil ditulis? Kita mengenal urutan kanonisnya, yang menempatkan Matius pertama, Markus kedua, dan seterusnya, tetapi ini tidak berarti bahwa mereka disusun dalam urutan itu.

Jelas ada semacam hubungan antara ketiga Injil — Matius, Markus, dan Lukas. Mereka menceritakan kisah Yesus dengan cara yang sama, sehingga mereka disebut sebagai Injil sinoptik karena mereka memberi kita gambaran umum tentang pelayanan-Nya (Yunani, sun “bersama” (together) + opsis “melihat” (melihat) ). Studi tentang bagaimana mereka terkait dikenal dalam keilmuan alkitab sebagai Masalah Sinoptik (the Synoptic Problem), dan ini dapat menjelaskan urutan penulisannya.

Hubungan antara Injil sinoptik begitu dekat sehingga banyak bagian di dalamnya mencatat peristiwa-peristiwa dari pelayanan Yesus dengan kata-kata yang persis sama. Ini berlaku tidak hanya untuk kutipan dari Yesus tetapi juga untuk kata-kata narasi yang menggambarkan apa yang Dia lakukan. hal ini menunjukkan bahwa setelah penginjil pertama menulis Injilnya, dua dari penginjil lainnya memasukkan materi dari Injilnya sendiri.

Untuk sebagian besar sejarah Gereja, adalah umum untuk berpendapat bahwa Matius adalah yang pertama menulis. Ini mungkin karena Injil Matius adalah Injil yang paling jelas ditulis untuk pembaca Yahudi (yaitu, orang Kristen Yahudi). Karena orang percaya pertama adalah orang Yahudi, wajar saja jika diasumsikan bahwa Injil paling Yahudi ditulis terlebih dahulu.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar pakar menjadi yakin bahwa Markus adalah yang pertama. Ada beberapa alasan. Salah satunya adalah gaya Markus yang kurang dipoles. Hal ini membuat seolah-olah Markus menulis terlebih dahulu dan kemudian Matius dan Lukas memoles bahasanya ketika mereka menulis.

Selain itu, Markus menghilangkan (omit; mengabaikan) materi yang biasanya diharapkan dalam biografi seperti informasi tentang kelahiran Yesus dan garis keturunan keluarga. Juga, edisi asli Markus tidak mencantumkan penampakan Yesus kepada para murid setelah kebangkitan-Nya. Bagian akhir Markus saat ini, yang memuat penampakan-penampakan (lih. Mrk 16:9–20), tidak ditemukan dalam manuskrip Markus yang paling awal.

Para sarjana bertanya-tanya mengapa dia meniadakan ini. Apakah ada sesuatu yang menghentikan dia dari menyelesaikan Injilnya? Apakah itu sengaja diterbitkan sebelum dia siap? Ada banyak usulan. Yang baru-baru ini adalah bahwa Markus tidak pernah bermaksud untuk menghasilkan karya sastra yang sudah jadi. Sebaliknya, dia membuat kumpulan catatan yang tidak terpoles tentang pelayanan Yesus — yang oleh orang dahulu disebut hypomnêmata — dan dia menyerahkannya kepada orang lain untuk mengatur, melengkapi, dan memoles bahannya.1

Ini cocok dengan beberapa kesaksian awal yang kita miliki tentang Markus. Pada awal abad kedua, seorang uskup bernama Papias menulis sebuah karya lima jilid tentang Yesus, dan dia mengutip tokoh abad pertama sebelumnya yang dikenal sebagai Yohanes si Penatua (John the Elder). Menurut Papias:

Ini juga yang dikatakan penatua: “Markus, setelah menjadi penerjemah Petrus, menulis dengan akurat, meskipun tidak berurutan, apa pun yang dia ingat tentang hal-hal yang dikatakan atau dilakukan oleh Kristus. Karena dia tidak mendengar Tuhan atau mengikuti-Nya, tetapi setelah itu, seperti yang saya katakan, dia mengikuti Petrus, yang memberikan ajarannya dalam bentuk anekdot, tetapi tanpa niat untuk memberikan penjelasan terkait wacana-wacana Tuhan, sehingga Markus tidak melakukan kesalahan sementara dia menulis beberapa hal seperti yang dia ingat. Karena dia berhati-hati terhadap satu hal, tidak menghilangkan satu pun dari hal-hal yang telah dia dengar, dan tidak menyatakan salah satu darinya secara salah.”2

Papias berkata bahwa Yohanes si Penatua adalah saksi mata dari pelayanan Yesus dan dia berada dalam posisi yang baik untuk mengetahui para penulis Perjanjian Baru. Menurutnya, Markus prihatin untuk secara akurat melestarikan fakta tentang Yesus tetapi tanpa menempatkannya dalam tatanan sastra yang dipoles. Tugas itu dilakukan oleh para penginji yangl kemudian.

Pernyataan Yohanes si Penatua bahwa Markus didasarkan pada khotbah Petrus juga menunjukkan bahwa itu adalah Injil pertama yang ditulis, karena didasarkan pada sumber lisan — Petrus — bukan karya tertulis sebelumnya.

Matius dan Lukas kemudian tampaknya melengkapi materi Markus dengan informasi yang biasanya diharapkan dalam biografi seperti keadaan seputar kelahiran Yesus dan latar belakang keluarga. Mereka menulis apa yang disebut Infancy Narratives yang berkaitan dengan kehidupan awal Yesus (Mat 1:18–2:23; Luk 1:5–2:52) dan menyajikan silsilah untuk mengungkapkan latar belakang keluarga-Nya dan hubungannya dengan Raja Daud (Mat 1:1–17; Luk 3:23–38). Di akhir Injil mereka, mereka juga menyertakan informasi tentang penampakan-Nya setelah Kebangkitan (Mat 28:9–20; Luk 24:13–53). Dan secara umum, mereka menyempurnakan kisah pelayanan Yesus dengan mencatat lebih banyak ajaran-Nya dan peristiwa yang terjadi pada-Nya.

Dari mana mereka mendapatkan materi ini? Pendapat yang paling umum saat ini adalah bahwa setidaknya sebagian darinya, mereka mengandalkan sumber yang disebut Q (dari bahasa Jerman, Quelle, (source) “sumber”). Para sarjana menyarankan sumber ini untuk menjelaskan lebih dari 200 ayat dalam Matius yang sangat mirip dengan ayat-ayat dalam Lukas.

Namun, tidak semua orang yakin bahwa dokumen Q itu ada. Bisa jadi Markus menulis terlebih dahulu, Matius melengkapi Markus, dan kemudian Lukas mengambil materi yang dikaitkan dengan Q dari Matius. Atau bisa jadi Markus menulis terlebih dahulu, Lukas melengkapi Markus, dan kemudian Matius mengambil “materi Q” dari Lukas.

Apa yang secara umum disepakati adalah bahwa Yohanes menulis terakhir. Yohanes tampaknya berharap para pembacanya sudah mengetahui tentang Injil sinoptik. Awalnya, dia membahas Yohanes Pembaptis, dan dia tiba-tiba berkata, “sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara” (Yoh 3:24). Anda tidak akan tahu tentang Yohanes Pembaptis yang dipenjarakan dari apa pun yang dikatakan Yohanes dalam Injilnya; itu adalah cerita yang direkam dalam sinoptik. Dengan demikian, tampaknya Yohanes ditulis belakangan dan bahwa ia mengetahui dan mengharapkan para pembacanya untuk mengetahui satu atau lebih Injil sinoptik.3 Ini membantu menjelaskan mengapa Injil Yohanes berbeda dari yang lain. Dia tidak tertarik untuk hanya mengulangi apa yang dikatakan sinoptik: dia tertarik untuk mengisi beberapa hal yang tidak memiliki ruang untuk dimasukkan.


1  Lih. Matthew D.C. Larsen, Gospels Before the Book (Oxford, England: Oxford University Press, 2018).

2  This also the elder said: “Mark, having become the interpreter of Peter, wrote down accurately, though not in order, whatsoever he remembered of the things said or done by Christ. For he neither heard the Lord nor followed him, but afterward, as I said, he followed Peter, who gave his teaching in the form of anecdotes, but with no intention of giving a connected account of the Lord’s discourses, so that Mark committed no error while he thus wrote some things as he remembered them. For he was careful of one thing, not to omit any of the things which he had heard, and not to state any of them falsely”, Eusebius, Church History 3:15.

3  Lih. Jimmy Akin, Did John Use Mark as a Template?, JimmyAkin.com, November 15, 2014.


Leave a comment