16. Rosario

Maria dan Para Kudus
  • Apa arti rosario, dan devosi apakah rosario itu?
  • Doa apa yang terkait dengan rosario, dan apakah itu alkitabiah?
  • Apa baris paling bermasalah dari “Salam Maria” bagi non-Katolik, dan mengapa?
  • Apa yang penting untuk dipahami tentang misteri-misteri rosario?
  • Apakah misteri-misteri ini alkitabiah?
  • Bagaimana dan kapan rosario dilembagakan?

Kata rosario berasal dari bahasa Latin dan berarti “sebuah karangan bunga mawar”, mawar menjadi salah satu bunga yang digunakan untuk melambangkan Perawan Maria. Jika Anda bertanya objek apa yang paling melambangkan umat Katolik, orang mungkin akan berkata, “Rosario, tentu saja”. Kita sudah familiar dengan gambar-gambar itu: bibir seorang wanita tua yang bergerak tanpa suara sambil memegang manik-maniknya, rosario besar yang tergantung di pinggang biarawati yang keriput itu, dan yang trend sekarang, rosario dekoratif semata yang tergantung di kaca spion.

Setelah Vatikan II, rosario relatif jarang digunakan lagi. Hal yang sama berlaku untuk devosi Maria secara keseluruhan. Namun dalam beberapa tahun terakhir, rosario kembali muncul, dan tidak hanya di kalangan umat Katolik. Banyak orang Protestan sekarang mendoakan rosario, mengakuinya sebagai bentuk doa yang benar-benar alkitabiah — lagipula, doa-doa yang menyusunnya sebagian besar berasal dari Alkitab.

Rosario adalah sebuah devosi untuk menghormati Perawan Maria dan terdiri dari sejumlah doa khusus. Pertama adalah doa-doa pengantar: satu kali Pengakuan Iman Rasuli (credo, Apostles’ Creed), satu kali Bapa Kami (Pater Noster, Our Father/the Lord’s Prayer), tiga kali Salam Maria (Ave Maria, Hail Mary), dan satu kali Kemuliaan (Gloria Patri, Glory Be).


Pengakuan Iman Rasuli

Disebut demikian, Pengakuan Iman Rasuli, bukan karena disusun oleh para rasul itu sendiri, tetapi karena mengungkapkan ajaran mereka. Bentuk asli dari kredo mulai digunakan sekitar tahun 125 M, dan bentuk yang sekarang berasal dari abad kelima. Bunyinya seperti ini:

“Aku percaya akan Allah, Bapa yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi. Dan akan Yesus Kristus, Putera-Nya yang tunggal, Tuhan kita. Yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria. Yang menderita sengsara, dalam pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, wafat dan dimakamkan. Yang turun ketempat penantian, pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati. Yang naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa. Dari situ Ia akan datang mengadili orang hidup dan mati. Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang Kudus, Persekutuan para Kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal. Amin”.

Protestan Tradisional mampu melafalkan Pengakuan Iman Rasuli tanpa keraguan, yang berarti setiap barisnya, meskipun untuk beberapa baris mereka harus memberikan arti yang berbeda dari yang diberikan oleh Gereja Katolik, yang menyusun kredo tersebut. Misalnya, kita merujuk pada “Gereja Katolik yang Kudus”, yang berarti satu Gereja tertentu, yang dapat diidentifikasi di bumi. Kaum Protestan biasanya menafsirkan ulang ini untuk merujuk pada “gereja tak terlihat” yang terdiri dari semua “orang-orang percaya sejati” di dalam Yesus.

Kaum Protestan, ketika mereka mengucapkan doa itu, merujuk pada “gereja katolik yang kudus” (dengan huruf kecil), menggunakan kata katolik hanya dalam arti “universal” (“Am”…red), tidak menyiratkan hubungan apa pun dengan Gereja Katolik (huruf besar), yang berbasis di Roma. (Ini terlepas dari kenyataan bahwa istilah Katolik sudah digunakan untuk merujuk pada satu Gereja tertentu, yang terlihat, sejak abad kedua dan telah kehilangan arti meluas dari kata “universal”).

Terlepas dari perbedaan ini, Protestan menganut Pengakuan Iman Rasuli tanpa keengganan, melihatnya sebagai perwujudan kebenaran-kebenaran dasar Kristiani sebagaimana mereka memahaminya.


Bapa Kami

Doa berikutnya dalam rosario —Bapa Kami (diambil dari kata pembukaannya dalam bahasa Latin; Pater Noster), juga dikenal sebagai the Lord’s Prayer— bahkan lebih dapat diterima oleh orang Protestan karena Yesus sendiri yang mengajarkannya kepada murid-murid-Nya.

Doa itu terdapat dalam Alkitab dalam dua versi yang sedikit berbeda (lih. Mat 6:9–13; Luk 11:2–4). Yang terdapat dalam Matius adalah yang kita [Katolik] pakai (Kita tidak perlu menulisnya lagi di sini. Semua orang Kristen sudah menghafalnya).


Salam Maria

Doa berikutnya dalam rosario, dan doa yang benar-benar menjadi inti dari devosi ini, adalah Salam Maria. Karena Salam Maria adalah sebuah doa untuk Maria, banyak orang Protestan menganggap bahwa itu tidak alkitabiah. Justru sebaliknya. Mari kita lihat.

Doanya dimulai dengan, “Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu”. Ini tidak lain adalah salam yang diberikan malaikat Gabriel kepada Maria dalam Luk 1:28 (Versi Confraternity). Bagian selanjutnya berbunyi seperti ini:

“Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus”. Ini persis seperti yang dikatakan kerabat Maria, Elizabeth, kepadanya dalam Luk 1:42. Satu-satunya hal yang ditambahkan pada kedua ayat ini adalah nama Yesus dan Maria, untuk menjelaskan siapa yang dimaksud. Jadi bagian pertama dari Salam Maria sepenuhnya alkitabiah.

Bagian kedua dari Salam Maria tidak diambil langsung dari Kitab Suci, tetapi sepenuhnya alkitabiah dalam gagasan-gagasan yang diungkapkannya. Bunyinya:

“Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin”.

Mari kita lihat pada kata-kata pertama. Beberapa Protestan keberatan untuk mengatakan “Santa Maria” (Holy Mary) karena mereka mengklaim bahwa Maria adalah orang berdosa seperti kita semua. Tetapi Maria adalah seorang Kristen (tepatnya, orang Kristen pertama — yang pertama menerima Yesus: lih. Luk 1:45), dan Alkitab menggambarkan umat Kristen secara umum sebagai kudus. Faktanya, mereka disebut saints, yang berarti “orang-orang kudus” (lih. Ef 1:1; Flp 1:1, Kol 1:2). Selain itu, sebagai Bunda Yesus Kristus, Pribadi kedua dari Tritunggal Mahakudus yang berinkarnasi, tentu saja Maria adalah wanita yang sangat suci.

Beberapa Protestan keberatan dengan gelar “Bunda Allah”, tetapi cukup untuk mengatakan bahwa gelar tersebut tidak berarti bahwa Maria lebih tua dari Allah; maksudnya bahwa pribadi yang lahir darinya adalah pribadi ilahi, bukan manusia. (Yesus adalah satu pribadi, yang ilahi, tetapi memiliki dua kodrat, ilahi dan manusia. Adalah salah jika mengatakan bahwa Dia adalah pribadi manusia). Penyangkalan bahwa Maria memiliki Tuhan di dalam rahimnya adalah bid’ah yang dikenal sebagai Nestorianisme (yang mengklaim bahwa Yesus adalah dua pribadi, satu ilahi dan satu manusia), yang mana (bid’ah ini) telah dikutuk sejak awal abad kelima dan yang selalu ditolak oleh para Reformis dan sarjana Alkitab Protestan.


Pengantara yang lain?

Kalimat yang paling bermasalah untuk non-Katolik biasanya adalah yang terakhir: “doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati”. Banyak orang non-Katolik menganggap permintaan seperti itu menyangkal ajaran 1 Tim 2:5 : “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”. Namun dalam empat ayat sebelumnya, Paulus menginstruksikan umta Kristen untuk saling mendoakan, yang berarti bahwa hal itu tidak dapat merintangi kepengantaraan Kristus: “Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang. . .Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita” (1 Tim. 2:1–3).

Kita tahu nasihat untuk berdoa bagi orang lain ini berlaku juga bagi orang-orang kudus di surga yang, seperti diungkapkan Why 5:8, menjadi perantara bagi kita dengan mempersembahkan doa-doa kita kepada Tuhan: “. . .tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus”.

…halaman berikut

Leave a comment