BAB I : HAWA DAN ULAR

Tujuh Belas Pejuang Kudus

Rayuan, Kebohongan, dan Keraguan

Apa strategi Musuh? Pertama, memecah belah dan kemudian taklukkan. Ketika perempuan itu sendirian, Iblis mendatanginya. Dan begitu dia mengatasinya, dia [Iblis] akan pergi  pada suaminya, melalui dia [istrinya]. Dia tidak akan mendekati mereka bersamaan; karena bersama, mereka punya lebih banyak kekuatan untuk melawan.

Ketika Iblis mendapati Hawa, dia berbicara dengan fasih, lembut, bukan dengan ancaman atau bahkan tantangan, tetapi dengan mengajukan pertanyaan yang masuk akal. “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” (Kej 3: 1).

Perempuan itu menjawab bahwa Tuhan telah berfirman kalau mereka dapat memakan buah dari semua pohon kecuali satu: pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Jika mereka makan dari pohon itu, atau bahkan menyentuhnya, Allah telah memperingatkan, mereka akan mati (lih. Kej 3:2–3).

Jelas, dia tahu perintah ilahi itu. Jadi tugas Iblis adalah membujuknya untuk tidak mematuhinya dengan sengaja. Jika dia melakukannya, dia akan tergabung dalam pemberontakannya. Iblis tahu persis trik ini.

Pertama, Iblis menanamkan keraguan dalam pikirannya tentang karakter dan maksud Tuhan. “Sekali-kali kamu tidak akan mati,” dia bersikeras (Kej 3: 4). Tuhan adalah pembohong. “Tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (ayat 5). Allah melihatmu sebagai saingan. Dia ingin mencegahmu menjadi ancaman bagi kuasa-Nya. Pikiran beminyak [oily; bisa juga berarti “licik”…red] itu melumasi pikirannya, sehingga imannya kepada Tuhan mulai menghilang.

“Kamu akan menjadi seperti Allah”. Kata-kata itu bergema dalam dirinya dengan kuat, karena itu menggemakan kerinduannya yang terdalam. Bagaimanapun, Tuhan telah membuatnya menurut gambar-Nya sendiri; Dia telah menciptakannya untuk menjadi seperti Dia. Tidak heran dia merasa tertarik pada pohon itu.

“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian” (Kej 3:6). Musuh itu penuh tipu daya. Dia menunjukkan padanya hal-hal menarik yang secara alami diinginkannya, karena hal-hal itu baik dalam dirinya: keserupaan dengan Tuhan, makanan bergizi, kecantikan, kebijaksanaan. Kemudian dia [iblis] menyarankan jalan pintas untuk mendapatkan hal-hal itu, yakni: ketidaktaatan kepada Tuhan.

Tampaknya, Hawa menyerah tanpa perlawanan. Dia memakan buah itu dan memberikannya kepada Adam. Adam juga menyerah. Mereka kalah dalam pertempuran sesegera setelah pertempuran itu baru dimulai.

Dunia yang Celaka

Para tahanan baru diseret ke kamp Musuh, telanjang dan gemetar, penuh ketakutan dan rasa malu. Penghakiman Tuhan menyusul dengan cepat, karena masing-masing mencoba melarikan diri dari hukuman dengan melontarkan kesalahan: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan” (Kej 3:12). “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan” (ayat 13).

Kutukan ilahi menutup takdir mereka: Rasa sakit dan kesedihan, kerja keras dan masalah akan menjadi nasib mereka yang menyedihkan. Sama seperti mereka memberontak melawan Tuhan, tubuh mereka juga memberontak melawan jiwa mereka, dan bumi akan memberontak melawan pengawasan mereka, sampai kematian datang pada akhirnya — lega, ya, tapi kelegaan yang menakutkan.

Meski begitu, dalam kegelapan yang bertumpuk, satu percikan harapan muncul. Allah menubuatkan bahwa akan datang harinya ketika Benih wanita itu — keturunannya — akan meremukkan kepala Ular (lih. Kej 3:15). Selama ribuan tahun, ingatan akan kata-kata yang penuh teka-teki itu memicu perdebatan yang tak terhitung jumlahnya tentang apa maksudnya.

Namun satu hal yang pasti. Meskipun pertempuran pertama telah hilang, perang di bumi baru saja dimulai.


Leave a comment